04.

4.6K 629 45
                                    

"Semesta sayang Mas Jendral, Mas Jendral ga boleh sakit!"

-




Malam itu menjadi cerita tersendiri bagi Semesta dan lukanya. Setelah ditimpa pukul tongkat yang membuat tulangnya terasa remuk. Semesta mendudukkan dirinya lemah, dan mengambil kain basah. Ia mengelapi luka yang baru ia terima sekaligus luka yang kemarin belum sembuh betul.

Ia berusaha menahan rasa sakit saat kain basah tersebut menyentuh lukanya. Ia ini anak kuat, masa karena luka ini ia menangis.

Tiba tiba pintu kamar Semesta terbuka, menampakkan Jendral yang sedang membawa makanan dan alkohol. Ia duduk disamping Semesta. Meraih kain basah tersebut dan menatap Semesta lama.

"Mas Jendral, siniin!" Ucap Semesta, Jendral mengambil kapas dan menuangkan alkohol. Ia mengobati lelaki dihadapannya tersebut.

Semesta tercengang, "Bi-biar Semesta aja mas!" Semesta hendak meraih kapas yang berada di tangan Jendral namun Jendral malah menatapnya tajam.

Dengan cekatan dan lembut, Jendral mengobati luka tersebut. Semesta menatap Jendral dengan tatapan hangat. Apa Jendral mulai menghargai kehadirannya? Saat sudah selesai Jendral mengambil makanan yang sedari tadi berada di kasur, menyendokkan nasi dan hendak menyuapi Semesta.

"Mas biar Semesta aja" Tolak Semesta, ia merasa tidak enak dengan kakaknya itu.

"Gausah bacot, mau gue pukul?" Ujar Jendral, Semesta bergidik ngeri lalu membuka mulutnya. Satu persatu suapan nasi masuk ke mulutnya, hingga makanan yang berada dipiring tandas.

Jendral membereskan semuanya lalu beranjak pergi namun langkahnya ditahan oleh tangan Semesta.

"Makasih mas Jendral" Ucap Semesta, Jendral menyingkirkan tangan Semesta kasar. Lalu meninggalkan kamar Semesta tanpa sepatah kata apapun.

Harusnya gue yang bilang makasih, batin Jendral.

-

-

-


Semesta merasa dahaga ditengah mimpinya, ia terbangun dan melangkah kan kakinya ke dapur. Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Semesta langsung kembali ke kamarnya. Langkahnya tertahan ketika melihat kamar Jendral sedikit terbuka.

Tanpa permisi ia mengintip kamar tersebut, memperlihatkan Jendral yang sedang tertidur pulas dibawah lantai yang berserakan banyak buku. Semesta tersenyum, ternyata Jendral belajar begitu keras.

Ia membopong tubuh Jendral yang beratnya dua kali lipat dari dirinya. Dengan susah payah ia menidurkan tubuh Jendral di kasurnya. Lalu menarik selimut sampai ke dada Jendral.

Ia melirik tugas PR Jendral yang belum selesai. Ia mulai menuliskan beberapa angka dan rumus guna menyelesaikan tugas tersebut. Setelah selesai berkutat dengan beberapa tugas Jendral, ia langsung kembali kekamarnya.

Tanpa sadar sedari tadi Jendral sedang memperhatikan Semesta dalam diam.

-

-

-


Esok paginya, Jendral merasa kepalanya sangat pening sampai tak kuat berjalan. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak sekolah, didaun pintu bertengger Semesta yang menatapnya sendu.

Setelah Johnathan dan Aren pergi dari kamar Jendral, Semesta yang ingin berangkat sekolah menyempatkan diri melihat keadaan Jendral.

"Mas Jendral, jangan sakit ya?" Semesta melihat mata Jendral yang terpejam, Jendral mendengar suara Semesta.

Semesta dan sendunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang