We cant forget you! [bonchap]

2.6K 306 27
                                    

Oh ya, chapter ini aku buat untuk readers tercintaku yang masih nyimpen book ini di perpusnya.

-


"Semesta!"












Seorang lelaki dewasa berpakaian formal menyerukan suara itu dengan khas bariton. Cuaca yang cukup panas, membuatnya melonggarkan dasi yang terlilit dikerah kemeja yang ia kenakan. Tangan besarnya merengkuh tubuh kecil itu dari belakang. Ia memeluk tubuh mungil itu dengan erat, tak segan ia mengendus ceruk leher anak kecil itu. Membuat sang empu mengerang kegelian.

"Ayah, gelii tauuu!" Ucapnya masih terbata bata, wajar saja, umurnya masih menginjak 3 tahun. Dengan sekuat tenaga ia meronta, meminta lelaki yang ia sebut ayah itu melepaskan pelukan eratnya.

Jendral terkekeh, lalu melepaskan pelukan itu. Senyum tercipta diwajahnya, hingga kedua matanya nyaris tertutup sempurna.

Semesta, Semesta, Semesta. Jendral selalu merasa deja vu ketika mendengar nama itu. Padahal setiap hari ia selalu memanggil nama itu. Kejadian 10 tahun yang lalu membuat kehidupan Jendral berubah 360 derajat. Tak ada lagi Jendral yang dingin dan kejam, Jendral yang sekarang adalah Jendral yang penyayang juga perhatian. Semesta tidak akan pernah mati baginya, karena Semesta selalu hidup didalam hati juga buah hatinya.

Ya, Jendral kini bukan remaja lajang lagi. 4 tahun silam, dirinya memutuskan untuk menikahi perempuan yang sangat ia cintai layaknya ia mencintai sang mama yang sudah dipanggil tuhan beberapa hari sebelum pernikahannya digelar. Ah, rasanya Jendral tidak akan pernah menyesal menikahi perempuan ini, bukan hanya menerima apa adanya, perempuan ini juga menerima tentang masa lalu Jendral yang kelam.

Sasa namanya, kadang dengan jahilnya Jendral plesetkan menjadi Sasayang. Lalu dengan anarkis Sasa mencubit pipi Jendral karena terus mempermainkan namanya yang bagus itu.

Cinta kedua makhluk tuhan itu semakin lengkap saat Semesta kecil hadir. Jangan tanyakan kenapa anak mereka diberikan nama Semesta. Sasa sendiri yang meminta, setelah mendengar cerita masa lalu Jendral malam itu, Sasa tiba tiba menjadi fans berat Semesta. Bahkan anaknya pun ia namakan Semesta. Jendral tidak bisa menolak. Ia hanya berharap, semoga kelak anaknya persis dengan Semesta.

"Hey dude!!" Itu suara Mark, lelaki yang sekarang menjadi bule canada itu menyenggol siku Jendral.

Jendral hanya tersenyum, lalu menjabat tangan Mark, "Baru nyampe kak?" Sambutnya sopan, hubungannya dengan Mark setelah hari itu sekarang menjadi erat. Tak sungkan Jendral memanggil namanya dengan embel embel 'kakak'.

Mark membalas jabatan itu dengan senang hati, lalu membawa Jendral kedalam pelukan hangat. "Apa kabar Jen?" Tanyanya dalam pelukan lalu melepas pelukan itu.

"Baik, kak. Wah ponakan gue udah gede." Jendral tersenyum lagi saat melihat disamping Mark berdiri seorang anak perempuan berusia 5 tahun.

Waktu itu, setelah Mark menikah ia memutuskan untuk pindah ke kanada. Alasannya ingin belajar mandiri. Ia memboyong istri barunya untuk tinggal disana. Sesekali dalam setahun Mark berkunjung kesini, mengenalkan anaknya kepada sanak saudara agar lebih dekat. Contohnya sekarang.

Mereka mengadakan pertemuan keluarga tahunan, tidak banyak. Hanya Taentariksa, Mark, Jendral dan Koh Win.

"Hi Bianca!" Sapa Jendral menyamakan tingginya dengan gadis tersebut.

Bianca yang sedang bersembunyi ditangan ayahnya itu langsung menguarkan senyum, "Hayyie om!" Sapanya balik, Jendral mencubit pipi Bianca gemas.

Jendral berdiri lagi, "Kak Viel mana?" Tanya Jendral basa basi menanyakan keberadaan kakak iparnya tersebut.

Semesta dan sendunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang