"Maafin Semesta ya yah!"
-
Makan malam yang hangat disertai canda tawa diselanya, seperti keluarga bahagia pada umumnya. Sedangkan Semesta hanya tersenyum miris melihat kebahagiaan tersebut. Tanpa dirinya, mereka sudah bahagia. Apa dirinya masih dibutuhkan didunia ini?
Sungguh jika jujur, Semesta lelah dengan dunianya. Dunia yang memaksanya untuk tetap kuat dan tabah. Tapi dia hanyalah manusia biasa, bolehkan dia menyerah?
Semesta menghampiri meja makan dan ikut duduk disana. Melihat keharmonisan seorang keluarga, bahkan dirinya seperti diasingkan!
"Ma, Jendral boleh ya beli handphone baru? Kan kemarin ulangan harian Jendral dapet nilai seratus!" Pinta Jendral, Sosok yang dipanggil Mama itu mencium surai anaknya lembut. Jendral tersenyum hingga matanya membentuk seperti bulan sabit.
"Iya sayang boleh, besok kita beli sama ayah ya?" Aren sang Mama mengenggam tangan Johnathan meminta persetujuan.
"Iya boleh besok kita ke Mall oke?"
"Yess yeayyy!!!" Jendral berteriak kesenangan. Sedangkan Semesta, kehadirannya disini seperti tidak dianggap.
"Yah, Semesta boleh beli tas? Tas Semesta udah robek hehe." cicit Semesta, ia memberanikan diri.
"Ngga, lagian kalo dibeliin tas baru nilai kamu ga bakal berubah juga!" Jawab Johnathan sarkas, Semesta hanya menunduk. Sudah ia duga jawabannya akan seperti ini belum lagi tatapan sinis kedua orang tuanya yang terlihat begitu menyeramkan.
Ia menyudahi makan malamnya dan beranjak ke kamar duluan. Bisakah orang tuanya memberinya perhatian walau sedikit. Bulir airmata mulai menuruni dan membasahi pipi. Ia meraih buku dan membacanya. Ia harus berusaha menjadi anak pintar agar orang tua nya bangga.
-
-
-
"Mas jendral?" Panggil Semesta, ia melihat kakaknya tersebut sedang merusak beberapa bagian handphonenya lamanya.
"Ngapain Mas?" Tegurnya.
"Stt diem lo!" Jendral masih sibuk mempreteli handphone nya agar terlihat rusak.
"Mending buat Semesta aja Mas!" Semesta menawarkan diri. Tanpa pikir panjang Jendral memberikan handphone itu ke Semesta. Membuat Semesta memekik kegirangan. Akhirnya ia bisa memegang sebuah handphone idamannya walaupun bekas dan sedikit rusak.
Semesta langsung kekamarnya dan sibuk memperbaiki barang tersebut. Tak peduli jika ia harus menghabiskan waktu liburnya untuk memperbaiki ini.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu menghentikan kegiatan asyik Semesta. Tanpa aba aba Semesta melihat sang ayah dengan mata marah menatap Semesta. Apa lagi yang ia perbuat? Dia sedari tadi hanya dikamar.Johnathan menarik rambut Semesta kasar dan membantingnya ketembok. "Akhh." pekik Semesta, keningnya mengalirkan darah segar. Tubuhnya sempoyongan, benturan itu membuat kepalanya pusing bukan kepalang.
"Jadi kamu yang ngerusakin handphone Jendral!?" Bentak Johnathan keras ia melihat handphone Jendral dan mengambilnya. Lalu kembali menatap Semesta.
"Ngga yah, Mas Jendral yang ngasih buat Semesta." Ucap jujur Semesta seraya memegangi keningnya yang berdarah.
"AYAH GA PERNAH NGAJARIN KAMU BUAT BOHONG SEMESTA!" Nada bicara Johnny naik oktaf, membuat Semesta refleks menutup kupingnya. Johnathan mengambil buku tebal di rak buku Semesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta dan sendunya
Hayran Kurgu[ANGST-AU] [END] "Semesta tidur dulu ya..." Story murni hasil ide @weathereAL