07.

4.4K 571 65
                                    

"Semesta capek...."

-



"Pagi bi!" Sapa Semesta, ia menaruh tas selempangnya tersebut dimeja. Seharusnya ia tak harus datang pagi pagi seperti ini, karena biasanya cucian piring menumpuk pada siang hari. Tapi Semesta adalah anak yang rajin, dan mengerjakan tugasnya dengan baik.

"Pagi Semesta, bantu bibi beresin ini dulu" Ucap nya, Semesta langsung menghampiri wanita yang sedang bersusah payah mengangkat bangku dan meja. Dengan cepat semua meja sudah berjejer rapi.

"Apa lagi?" Tanya Semesta.

"Kamu pulang aja dulu, nanti sekitar jam 10 kesini lagi" Perintah wanita tua tersebut, ia tidak tau harus memberi tugas apa kepada Semesta. Jadi ia menyuruh anak itu pulang, Semesta yang baru menaruh tas selempangnya 5 menit yang lalu langsung mengalungkan kembali tas tersebut.

"Oke , Semesta pergi dulu" Pamit Semesta, lalu kakinya melangkah keluar dari warung kecil tersebut. Jika bibi itu menyuruhnya pulang, oh maaf Semesta justru mengarah ke toko Koh Win.

Entah kenapa Semesta hanya merasa nyaman dengan lelaki tua itu. Lagipula pasti pagi pagi begini Koh Win kesepian. Lelaki berkebangsaan china itu sering bercerita banyak tentang keluarganya kepada Semesta. Bahkan pernah menunjukkan sebuah figura foto yang berisi keluarga kecil. Disitu terdapat Koh Win dan tepat disebelahnya ada istrinya. Lalu disampingnya ada anak dan menantunya, serta dibawah itu terdapat 3 lelaki muda. Yang bisa Semesta tebak itu adalah cucunya.

Koh Win pernah bilang kalau Semesta mirip cucu bungsunya. Semesta hanya tertawa saat itu menanggapi pernyataan Koh Win, pasti sangat beruntung menjadi cucu seorang Koh Win.

Semesta membuka pintu yang diperkirakan usianya melebihi umur Semesta, "Koh Win" panggilnya.

Lelaki yang sedang memegang kemonceng itu menoleh, menyadari kehadiran Semesta. "Kenapa datang pagi sekali?"

Semesta menghampiri Koh Win, "bibi menyuruh Semesta pulang karena belum ada pekerjaan, tapi daripada pulang Semesta disini aja. Gapapa kan?"

Koh Win senyum serta terkekeh, tangannya menyentuh pundak Semesta. "Gapapa, justru seneng"

Tangan yang diselimuti kulit yang mengeriput itu masih setia membersihkan debu pada buku buku tua nya. Semesta mengambil kemonceng ditangan Koh Win, "biar Semesta aja Koh"

Lalu Semesta menirukan yang dilakukan Koh Win sebelumnya, kadang ia meniup debunya sampai terbatuk batuk. Sedangkan Koh Win hanya memperhatikan anak itu sambil duduk. Didalam hatinya terbesit rasa rindu pada anaknya.

Dulu anaknya juga suka membantunya waktu bekerja, rindu sekali.

"Semesta udah selesai koh!" Semesta membuyarkan lamunan Koh Win.

Koh Win mengambil kotak nasi yang berada di meja ujung, "mau sarapan bareng?"

Semesta menggeleng, "enggak Koh, tadi Semesta udah sarapan" bohong Semesta.

"Hm, yaudahlah" Koh Win menyimpan kembali kotak nasi tersebut. Sedikit kecewa dengan keputusan yang diambil Semesta.

Semesta meraih buku kesehatan yang berada paling atas, dengan berjinjit ia berhasil mengambil buku itu. Di usap nya buku yang berdebu itu. Koh Win memperhatikan Semesta, "Ngapain?" Tanyanya.

"Hah, engga Koh. Liat aja" Semesta membuka halaman pertama yang berisi daftar bab. Matanya tertuju pada bab 4 tentang penyakit gagal ginjal. Jendral mengidap penyakit itu bukan?

Koh Win ikut serta melihat bab itu, melihat Semesta yang serius membacanya. "Siapa yang sakit gagal ginjal?"

Semesta menengok, "Mas Jendral, kakaknya Semesta Koh" Koh Win mengangguk paham.

Semesta dan sendunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang