06.

4.4K 587 77
                                    

"oh, ini artinya 'kematian adalah perpisahan yang paling menyakitkan' "

-




Semesta mengelap keringatnya kasar, ia kini sedang berkerja diwarung makan. Kerjanya disini hanya mencuci piring dan mendapat upah yang tidak begitu besar. Pembicaraan waktu itu dirumah sakit kini menjadi kenyataan.

Johnathan tidak main main dengan ucapannya, ia benar benar menghentikan sekolah Semesta. Kini Semesta harus berkerja serabutan demi membantu ayahnya. Jendral harus dipulangkan karena biaya yang Johnathan punya semakin menipis.

Uang hasil menjual perusahaan ternyata tidak cukup untuk membayar biaya rumah sakit dan biaya rumah tangga. Kini Semesta turun tangan untuk mencari uang. Semesta tidak pernah mengeluh, walau kadang ia merasa lelah. Tapi ia cukup senang karena bisa membantu keluarganya.

"Sudah selesai bi, Semesta pamit pulang!" Semesta meraih tas nya dan pergi keluar dari warung makan kecil tersebut. Sudah terhitung 7 hari ia bekerja diwarung itu. Kini ia harus bekerja lagi menjadi penunggu toko yang berada diujung jalan.

Begini, Semesta dari pagi hingga siang bekerja di warung makan lalu selanjutnya dari siang hingga matahari terbenam ia bekerja di toko buku yang berada diujung jalan dekat komplek perumahannya.

Semesta berjalan kaki dengan riang, sambil bergumam sebuah lagu. Tiba tiba pikirannya melayang ke Mark, temannya ah bukan sahabatnya lebih pasti. Bagaimana Mark tanpa dirinya? Bagaimana Mark sekarang? Apakah Mark tau kalau dia sekarang berhenti sekolah?

Tiba tiba ia merindukan suasana belajar dan sekolah. Sangat, padahal baru seminggu ia berhenti tapi mengapa rasanya begitu hampa.

Suara lonceng pintu berbunyi ketika Semesta membuka benda tersebut. Ia masuk kedalam toko buku antik, dimana ia menggantikan seorang pria tua yang membutuhkan jasanya. Pria tua itu sangat baik kepadanya, memperlakukan Semesta seperti anaknya sendiri. Kadang Semesta tidak ingin pulang jika berada disini.

"Hai koh!" Sapa Semesta sambil melambaikan tangan lalu tersenyum, ia langsung duduk didepan meja kasir dan melaksanakan tugasnya.

"Akhirnya kamu datang juga" Lelaki itu mendekat dan mengusap rambut Semesta, yang berhasil membuat Semesta tersenyum.

"Koh, Semesta mau baca buku yang seru lagi, ada koh?"

"Ada sebentar ya" begitulah Semesta terhadap Koh Win, lelaki berusia 70 tahunan itu menjual buku kuno dan karena lokasinya yang tidak strategis membuat toko itu sepi.

Kadang Koh Win menceritakan hidupnya yang begitu kesepian, anak satu satunya meninggal karena permusuhan bisnis. Dan kini hanya tersisa 3 cucunya yang pergi entah kemana.

Semenjak kehadiran Semesta, Koh Win merasa seperti punya keluarga lagi. Ia berharap agar Semesta tidak bosan bekerja ditempatnya. Awalnya ia menolak lamaran pekerjaan Semesta, namun Semesta merengek dan membuat Koh Win menerima tawarannya.

Saat Koh Win bertanya apa sebab Semesta bekerja, Semesta hanya bilang ia ingin membantu keluarganya. Dari situlah Koh Win mulai kagum pada anak yang sudah hampir seminggu lebih berada ditempatnya.

Koh Win mengambil buku dirak dan meniup debu yang terletak disana, "ini, ini cerita tentang seorang pemuda yang merantau dan menghilang ditengah laut"

Semesta meraih buku tebal tersebut, "Terimakasih Koh"

Semesta mulai membuka halaman pertama buku tersebut, membacanya dengan teliti dan seksama. Membuat Koh Win terkekeh saat Semesta bingung jika ada bahasa China yang tertulis disana.

Semesta dan sendunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang