10.

4.7K 508 68
                                    


"Tidur yang tenang Semesta ku"

-








Ruangan bernuansa putih pucat serta bau obat obatan menyengat kini menjadi keseharian seorang Semesta dan Jendral yang sedang dirawat intensif. Ini sudah hari ke 3 sejak kejadian Aren tersebut. Dengan paksa pihak rumah sakit jiwa membawa Aren yang sudah sakit mentalnya. Dan ini juga hari ke 3 Taentariksa mencoba mencari donor ginjal untuk Jendral, jangan tanya kenapa Taentariksa begitu giat mencari, karena itu adalah keinginan Semesta juga Mark.

Sekejam apapun Taentariksa ia tidak bisa menolak keinginan adiknya. Walaupun Jendral adalah anak dari orang yang ka benci, tapi ia tak boleh menyalahkan Jendral begitu saja.

Semesta dinyatakan koma akibat benturan keras dikepalanya membuat dia harus kehilangan kesadaran. Belum lagi luka di dada nya masih basah. Jendral juga masih menutup mata, dokter sengaja memasukkan obat tidur kedalam kantung infusnya. Itu agar Jendral tidak berteriak kesakitan.

Terkadang Taentariksa juga merasa kasihan terhadap kedua orang ini, mereka berdua sudah dipindahkan ke ruangan yang sama di kamar VIP. Koh Win tidak menjenguk lagi karena dilarang oleh Taentariksa. Entah apa alasan Taentariksa.

Kini ia harus bergantian dengan Mark jika berjaga.

"Mark, pulang sana mandi! Bau!" Taentariksa baru datang dan membuka pintu ruangan tersebut melihat adiknya yang sedang merentangkan tangan.

Mark menguap, "yaudah oke, bye Kak!" Mark pergi dan melambaikan tangan pada Taentariksa. Senyum kecil tercetak di bibir tipis Taentariksa.

Ia lalu duduk di sofa menggantikan posisi Mark disana, rasanya tidak kuat melihat Semesta terbaring lemah disitu. Ini semua terjadi karena Aren, demi apapun ia benci pada bedebah itu!

Taentariksa menghela nafas panjang lalu mengeluarkan benda persegi dari sakunya. Benda kotak itu berisi hadiah untuk Semesta, minggu depan ia ulang tahun kan? Ia tatap lamat kotak yang berisi jam tangan bermerk itu.

"Jam ini akan terus berputar mengikuti detak jantung kamu Semesta, dan jam ini juga akan berhenti berputar ketika kamu..." Taentariksa menghentikan kata katanya, ia teringat petuah omongan itu doa. Ia menggigit bibirnya perlahan, merasa menyesal dengan apa yang ia katakan.

Cklek!

Suara pintu ruangan terbuka, memperlihatkan dokter yang selama ini mengontrol Semesta dan Jendral.

"Tuan Taentariksa bisa berbicara sebentar diruangan saya?" Kata dokter itu, Taentariksa mengangguk dan mengikuti langkah dokter tersebut ke arah ruangannya.

-

-

-


"Dampak dari benturan kepala yang mengakibatkan cedera otak, antara lain terganggunya kemampuan berbahasa dan berbicara, koma, sakit kepala kronis, kejang-kejang, kelumpuhan, serta terganggunya kemampuan indera penglihatan, pendengaran, pencium, perasa atau pengecap." Jelas dokter tersebut, Taentariksa tak henti hentinya memperhatikan.

"Lalu dok?" Tanya Taentariksa was was, ia hanya takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh Semesta.

"Itu kemungkinan yang terjadi jika Semesta kembali pulih, dan apakah Tuan sudah menemukan donor ginjal?" Taentariksa menggeleng dan mendengus.

"Baiklah, anda harus cepat mencari Tuan jika tidak mau kehilangan nyawa Jendral" Ya dokter itu begitu mengenal nama pasiennya .

Setelah Taentariksa keluar dari ruangan tersebut. Ia berpikir keras, Semesta akan mengalami lumpuh dan segala kemungkinan tadi? Sendu sekali hidup Semesta. Kenapa takdir selalu mempermainkannya. Jujur saja Kenapa orang baik selalu bernasib sial ? Taentariksa hanya bisa meninju tembok rumah sakit yang tidak bersalah. Kali ini ia kesal kepada takdir.

Semesta dan sendunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang