aku pernah tinggal di terminal
yang jauh dari besi yang bisa terbang
aku pernah memanjat bus jurusan ajal
yang selalu berhasil, berhasil untuk gagal. kautertawa di atas kereta.
“hei bodoh! kau salah jurusan!”
suaramu abu yang kucoba kumpulkan dalam saku
orang-orang asing memenuhi terminal
mereka menjadi lebah, yang memburu madu di tempat sampah.
mereka lebih bodoh dariku, yang salah memilih jurusan.
yang salah memilih tujuan.
yang pernah salah tinggal, di terminal yang lupa membeli tiket.pedagang tisu lewat depan sepatu
aku membelinya dan kubayar dengan
keping uang receh sisa kembalian dari tukang permen kapas.
kuberikan sebagian tisu untukmu yang
masih tertawa di atas kereta dan
melaju entah ke mana.kucatat di sebagian tisu yang lain
hei jangan lupa beli tiket!
lalu, kusebar di seluruh penjuru terminal
biar, tidak ada yang gagal
biar, tidak ada yang nekat menaiki bus
jurusan ajal.—para
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Kolong
Poesía[kumpulan puisi] ❛❛ sedari dulu aku selalu menjadi penonton. melihat semuanya dari luar pagar. entah siapapun pemilik rumahnya aku selalu terjebak dalam ketakutanku sendiri. atau mungkin, sudah seharus...