PART 6

530 56 6
                                    

ACHA

11 tahun yang lalu ...

Gue menatap sosok anak laki-laki yang berdiri di depan kami. Menggunakan sebuah kaos hitam bergambar batman dan celana jeans pendek. Tingginya mungkin 5 sampai 10 cm di atas gue. Matanya hanya menatap ke depan dengan pandangan kosong.

Ia baru saja mengucapkan namanya saat diminta untuk memperkenalkan diri.

Farish? Farid? Fahmi?

Gue tidak mendengarnya dengan baik, karena gue terlalu fokus menatap matanya yang entah mengapa pada saat itu bisa membuat gue terhipnotis dan enggan melepaskan pandangan gue dari matanya.

Bunda dan Pak Okan sudah meninggalkan kami di ruang tengah, namun anak laki-laki itu masih berdiri di tempatnya saat anak-anak lain sudah mulai meninggalkan tempatnya. 

Gue bangkit dan berjalan ke arahnya. Gue berdiri tepat di hadapannya dan benar saja ia lebih tinggi 7 cm dari gue. Namun, anak tersebut masih terdiam seperti patung yang ada di halaman rumah.

"Halo?"sapa gue 

Cukup lama sampai akhirnya anak tersebut menoleh ke arah gue. Akhirnya mata kami bertemu. 

"Ruang makannya ada disana."ujar gue sambil menunjuk sebuah lorong 

Anak tersebut terdiam.

"Makanan disini gak enak."lanjut gue

Anak tersebut memandang gue dengan tatapan datar namun gue dapat melihat kebingungannya.

ʘʘʘ ʘʘʘ

AARVEN

11 tahun yang lalu ...

"Orang tuamu meninggal?"

"Kamu sendirian?"

"Kamu gak punya keluarga lain?"

"Kamu gak punya adik? Kakak?"

Gue mendesah panjang tak berniat menjawab. Sudah hampir 2 minggu gue berada disini. Namun pertanyaan-pertanyaan bodoh tersebut masih terus gue dapatkan. Pertanyaan yang sebenarnya sudah bisa terjawab dengan kehadiran gue yang ada di antara mereka semua ini.

Gue bermain dengan sebuah ranting patah dan memainkannya di atas pasir. Gue tidak mempedulikan anak-anak lain yang menatap gue dengan pandangan bingung dan asing. Gue tidak mempedulikan anak-anak lelaki yang bermain bola tak jauh dari gue. 

"mereka semua bodoh."

Tangan gue terhenti begitu mendengar sebuah suara yang tak terlalu jauh. 

"jangan main sama mereka. nanti kamu ikutan bodoh."

Gue mengangkat wajah gue dan menoleh ke arah sumber suara.

Ah, cewek ini lagi. 

Anak wanita yang sejak hari pertama bertingkah aneh. Anak wanita dengan rambut yang dikuncir asal-asalan. Anak wanita yang selalu dimarahi oleh Bunda.

"kamu pintar?"tanya gue 

Anak wanita tersebut menatap gue tak percaya, "kamu bisa ngomong?"

Gue terdiam.

Dia tersenyum lebar, "Yes! Tiara kalah taruhan."serunya

"Taruhan?"

Dia mengangguk cepat, "aku taruhan sama Tiara kalau kamu bisa ngomong."

Gue hanya terdiam. 

UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang