ACHA
Gue memejamkan mata menahan cambukan yang sedari tadi terus gue dapatkan dari sebuah rotan panjang.
Tanpa gue sadari mata gue meneteskan air mata karena menahan rasa sakit.
Bunda yang ada di belakang gue terus menghujam rotan panjang tersebut ke punggung gue yang mungkin kini sudah mengeluarkan darah.
Gue tidak mengeluarkan sepatah katapun sedangkan Bunda terus melontarkan kalimat menyakitkan dan sumpah serapah. Gue bisa melihat beberapa anak berkumpul di luar ruangan.
"Farrel mana?"bisik mereka semua
"Lagi lomba di luar kota."jawab yang lain
"Kasian Kiara."
"Salah sendiri jadi anak nakal."
Setelah hampir satu jam menerima seluruh emosi dari Bunda, gue keluar dari ruangan Bunda menuju kamar dengan tertatih-tatih, seluruh anak yang mengatakan bahwa mereka semua saling bersaudara tidak ada yang berani mendekati apalagi membantu.
Gue langsung terkapar di atas ranjang. Hati dan tubuh gue sangat terluka. Rasanya ingin marah, tapi gue tidak tau kepada siapa gue harus marah. Ingin menangis, tapi gue tau tidak ada gunanya gue menangis.
Gue akhirnya hanya memejamkan matanya dan berharap bisa tertidur secepatnya sehingga tubuh gue tidak harus merasakan sakit lebih lama lagi.
ʘʘʘ ʘʘʘ
AARVEN
Sudah 8 tahun semenjak kejadian mengenaskan itu terjadi. Namun, kenapa setiap malam gue masih terus memimpikan kejadian itu? Sampai-sampai gue selalu takut untuk tidur, terlalu takut bahwa mimpi itu akan selalu datang menghantui gue.
Sudah 8 tahun berlalu, namun kenapa gue masih terus teringat bagaimana ketika seluruh orang yang sebelumnya ia kenal sebagai saudara pergi meninggalkan gue? Sampai-sampai gue selalu takut bahwa suatu saat ini Acha yang gue miliki satu-satunya saat ini akan ikut meninggalkan gue.
Sudah 8 tahun berlalu, namun kenapa gue masih bisa merasakan rasa sakit saat semua orang mengatakan bahwa seharusnya ia ikut mati? Sampai-sampai ucapan itu terus berputar di otak gue dan membuat gue berfikir apakah seharusnya hari itu ia harus mati juga?
ʘʘʘ ʘʘʘ
Acha tersenyum lebar begitu melihat Levi dan Oliv yang menunggu kedatangannya di Budhe.
"Oh My God! Ngaku lo pergi ke pantai kan lo? Liat kulit lo jadi tanned gini!"seru Levi
Acha hanya memeletkan lidahnya.
"Hai, Zi."sapa Oliv ragu-ragu
Acha hanya mengangguk singkat, "So, how's the school without me?"tanya Acha sambil mengeluarkan rokoknya dan mulai membakarnya
"Tenang pokoknya Zi. Sampe-sampe musuh lo keliatan bahagia banget selama 3 hari lo tinggal."ledek Levi
"Bu Leona, I'm Back!"seru Acha sambil tertawa
Levi dan Oliv tertawa mendengar ucapan Acha.
"Nih oleh-oleh buat lo berdua."ujar Acha sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya
"SEE??? I TOLD YOU! Gila ke Bali lo?"seru Levi saat menerima sebuah botol arak Bali
Acha tertawa, "berisik lo ah."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFAIR
RomanceJika orang tuamu memberikan kasih sayang dan cinta, bukan berarti seluruh anak di dunia bisa mendapatkan kasih sayang dan cinta yang sama. Jika harimu selalu diisi dengan tawa dan canda, bukan berarti seluruh manusia di dunia bisa memiliki hari yang...