PART 13

302 30 2
                                    

ACHA

Gue berlari sangat kencang, menaiki 50 anak tangga yang biasanya bisa membuat gue terengah-engah, namun tidak pagi ini.

Gue langsung menggedor kamar gue dan Aarven, tidak mempedulikan tatapan bingung dari penyewa kamar kos lain. Gue terus menggedor dan memanggil nama Aarven.

Tak beberapa lama kemudian pintu kamar terbuka, menampakkan Aarven yang sepertinya belum tersadar 100%, namun gue tidak peduli. Sosok inilah yang hampir selama 12 jam terus berputar di otak gue, yang terus gue harapkan bisa cepat bertemu.

Gue langsung melompat ke dalam pelukan Aarven. Aarven yang terkejut dengan tindakan gue hampir terjatuh, namun dengan sigap ia langsung menahan tubuhnya agar kami berdua tidak terjatuh.

"Ca?"panggil Aarven

Suara yang hampir 12 jam sangat ingin gue dengar. Gue semakin erat memeluk Aarven, terasa tangan Aarven yang juga membalas pelukan gue.

Gue melepaskan pelukan dan menatap Aarven yang juga balas menatap gue. Gue dapat melihat jelas lebam yang ada pelipis kanan Aarven dan luka di sudut bibirnya. 

Gue mengusap wajah Aarven perlahan, menyentuh lukanya membuat ia meringis pelan.

"Sa--kit?"tanya gue sambil menahan tangis

Aarven terdiam sebelum mengangguk pelan.

Gue mendekatkan wajah gue pada Aarven, berhenti sejenak sebelum akhirnya bibir gue bertemu dengan bibir merah Aarven.

Tepat saat itu juga air mata yang semenjak kemarin malam gue tahan akhirnya jatuh juga.

ʘʘʘ

AARVEN

Jika bisa dihitung, gue dan Acha sudah beberapa kali berciuman. Biasanya gue akan melepaskan ciuman kami yang hanya bertahan selama 3 detik. Acha selalu meledek gue dan berkata bahwa itu bukanlah ciuman, itu hanya kecupan. 

Namun, entah itu kecupan ataupun ciuman, keduanya sama saja buat gue. Keduanya sama-sama membuat jantung gue berdebar sangat kencang sampai rasanya gue yakin Acha bisa mendengarnya.

Namun, sekarang merupakan kali kedua gue tidak melepaskan ciuman Acha.

Dan, ini mungkin untuk pertama kalinya gue tidak peduli jika hal yang selama ini gue takutkan akan terjadi,

Dan, ini mungkin untuk pertama kalinya gue merasakan desiran yang sangat hebat di seluruh tubuh gue.

ʘʘʘ

Acha dan Aarven berbaring di atas ranjang mereka. Keduanya saling terdiam memandang langit-langit kamar kosan mereka.

Aarven memiringkan tubuhnya ke arah Acha. Tangan Aarven bergerak menyentuh wajah Acha.

"Ca--"panggil Aarven

Acha menoleh, "Ya?"jawabnya

"Kamu cantik."

Acha terbatuk kecil, "Ar, ih. Geli."ujarnya

Aarven menggeleng, "Kamu cantik banget. Karena itu aku selalu takut sama cowok-cowok yang ada di sekitar kamu. Takut mereka sadar dengan kecantikan kamu dan mau ambil kamu dari aku."

Acha terdiam dan memandang Aarven yang menatapnya sangat serius.

Aarven tiba-tiba langsung menarik tubuh Acha ke dalam pelukannya, "Ca, jangan tinggalin aku kayak kemarin lagi. Aku takut, Ca."ujarnya

UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang