PART 8

372 40 5
                                    

ACHA

Gue menatap Rama yang balik menatap gue, menunggu jawaban gue lebih tepatnya.

"Achazia?"panggil  Rama

Gue terdiam sejenak dan menghela nafas panjang, "Saya gatau harus jawab apa."

"Kamu cuman perlu jawab iya atau enggak. Saya ulang pertanyaan saya, apa benar kamu menyakiti tangan Adella?"

"Ya."

"Apa yang membuat kamu melakukan itu?"

"Katanya jawabannya cuman iya atau enggak.  Kalau pertanyaannya gitu gimana saya bisa jawab ya atau enggak?"

Rama menghela nafas panjang, "Ya sudah kalau kamu tidak mau menjelaskan. Ini surat dari sekolah untuk orang tuamu."

Gue menatap sebuah amplop yang disodorkan oleh Pak Rama, "Bapak mungkin baru jadi gak pernah tau. Tapi, orang tua saya gak akan pernah datang ke sekolah."ujar gue sambil bangkit

"Achazia."panggilnya kembali, "Jika orang tua kamu tidak hadir, kamu akan diskors selama 3 hari."

Gue tersenyum dan mengangguk, "Oke."jawab gue dan berjalan keluar dari ruangan Pak Rama.

Adella brengsek.

Oliv dan Levi langsung menyambut gue begitu melihat gue keluar dari ruangan guru.

"Gimana?"tanya mereka hampir bersamaan

Gue tersenyum lebar, "3 hari."

Oliv dan Levi mendesah pendek.

"Lo kenapa bisa ribut sama Adella?"tanya Oliv

Gue hanya memberikan senyum tipis, "gokart yuk."ajak gue sambil merangkul mereka berdua.

ʘʘʘ

"Lo Adella kan?"

Adella menghentikkan kegiatannya yang hendak keluar dari kamar mandi, ia lalu menatap ke arah gue yang menutup pintu kamar mandi.

Adella tersenyum kecil, "Kenapa?"

"Lo mau apa?"

"Mau apanya?"

Gue mendesah kesal, "Let's stop this shit game. Apa yang lo mau dari Aar-- Naresh?"tanya gue

"Naresh tau kok mau gue apa."

Gue mendekatkan diri gue padanya, "Mau lo gak masuk akal."

"Sama kayak hubungan lo berdua yang gak masuk akal."

"Tau gak? Lo itu bukan suka sama Naresh. It's fucking obsessed, Psycho Girl!"seru gue kesal

Adella menatap gue tak percaya. Tangannya melayang hendak menampar gue, namun gue dengan cepat menahan tangannya dan mencengkramnya keras.

"Kenapa? Lo tersinggung?"ledek gue sambil masih menahan tangannya

Adella meringis kesakitan dan mencoba melepaskannya.

"Lo denger baik-baik, don't you dare play with us, especially me."ujar gue tajam

Adella menatap gue marah. Tanpa bisa gue cegah tiba-tiba dia berteriak sangat kencang. Gue langsung melepaskan tangannya, namun Adella langsung menjatuhkan dirinya di lantai sambil terus berteriak.

Hanya dalam hitungan detik, pintu kamar mandi langsung terbuka dan menampakkan banyak siswi lainnya yang menatap kami berdua bingung.

ʘʘʘ ʘʘʘ

UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang