PART 3

1K 80 4
                                    

ACHA

"Thanks ya, Zi."ujar Jullian setelah gue memberikan sebuah makalah padanya dan ditukar dengan sebuah amplop yang ia serahkan pada gue.

Gue membuka amplop tersebut memastikan jumlah uang tersebut, "Oke."jawab gue

"Emang the best deh lo."ujar Jullian senang

"Gila ya. Gue kok jadi ngeri."ujar Oliv sambil memandang kepergian Jullian

"Kenapa?"tanya Levi

Oliv duduk disebrang gue dan Levi dengan pandangan serius, "Lo tau kan kalau dia disuruh masuk Kedokteran nanti? Makanya dia gila-gilaan banget buat dapet nilai oke."tanya Oliv yang diikuti anggukan Levi, sedangkan gue tidak begitu peduli, "Lo bisa bayangin gak 10 tahun lagi saat lo sakit terus dokter yang ngobatin lo itu model Jullian gitu? Banyak duit tapi bego."

Levi terdiam sejenak sebelum mangut-mangut, "iya juga ya."

"berarti lo pada berdoa aja kalau lo sakit langsung mati aja jadi gak perlu ke rumah sakit."ujar gue santai

"ZIA. Lo kalau ngomong serem banget sih."ujar Oliv

Gue terkekeh, "Eh, gue baru inget. Lo bisa cari tau ada anak kelas 11 namanya Varrel, dia kemarin nyamperin gue di koridor mau minta kerjaan."

"HAH? Di sekolah?"tanya Levi terkejut

Gue mengangguk, "Cari tau dia dapet info darimana. Dan, kenapa bisa-bisanya dia nanya kerjaan di sekolah."

"Wah, gila."

"Oke, Zi. Ntar gue cari tau dan gue kasih pelajaran."timpal Oliv

Gue menggeleng, "Gak usah, gue udah kasih pelajaran. Cukup cari tau aja."

"Oke."

"Kapan kejadiannya? Kok lo gak ada cerita?"tanya Levi

"Kemarin."

Levi dan Oliv terdiam.

"Tapi, Zi. Jujur gue sampai sekarang masih penasaran sih. Gue tau lo pinter. Tapi, gue kok gak percaya yang ngerjain semua kerjaan itu lo."ujar Oliv polos

Gue langsung mendelik dan terlihat Levi yang menyikut pinggang Oliv.

"Vi, mulai sekarang semua orderan kerjaan lewat lo. Oliv gue pecat."

Oliv langsung memelototkan matanya, "Eh, Zi. Kok gi—tu? Sorry gue gak maksud."ujarnya panik

Gue berdiri, "Perjanjian yang gue kasih sama lo berdua sejak 3 tahun yang lalu gak pernah berubah. Dan cuman itu satu-satunya; jangan pernah tanya sama gue masalah siapa dan gimana kerjaan ini gue lakuin. Dan lo udah ngelanggar itu."ujar gue tajam

"Zi, maksud gue bukan gitu."

"Terus apa?"tanya gue

"Zi, tenang."ujar Levi mencoba menenangkan keadaan

"Zi, sumpah sorry banget. Gue janji gak akan langar lagi."ujar Oliv dengan mukanya yang sudah mulai pucat

Gue mendengus marah, "Gue cabut."ujar gue dan berjalan meninggalkan mereka berdua.

ʘʘʘ

Jam baru menunjukkan pukul 10 malam, namun gue sedang duduk di salah satu bar dengan 1 botol whisky di hadapan gue yang sudah tersisa setengah.

Ponsel gue terus bergetar sejak beberapa jam yang lalu menampakkan sebuah nama yang terus menelfon. Gue sengaja mengabaikannya.

30 menit kemudian, botol whisky hanya tersisa beberapa tegukan lagi. Lucunya, alcohol tersebut tidak bisa juga menghilangkan segala fikiran yang sejak kemarin terus berputar di otak gue.

UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang