PART 14

1K 42 11
                                    


ACHA

Gue membuka pintu kamar dan menampakkan Aarven yang sedang berkutat dengan laptop, disekitarnya terlihat banyak buku serta catatan lainnya.

"Hai. Makan dulu yuk."ajak gue sambil membukakan makanan yang gue beli dari rumah makan padang sebrang kosan

Aarven hanya berdehem.

"Ar-- ayok. Lapar."

"Duluan aja, Ca. Gue nanggung nih."

Gue menghampiri Aarven dan menutup laptopnya, "Ayo makan."

Aarven menoleh dan menatap gue sebelum akhirnya tersenyum kecil dan mengangguk.

Gue dan Aarven duduk di lantai menikmati makan siang kami.

"Lagi ngerjain tugas apa? Serius banget."

"Sosiologi nih."

"Oh--punya si Marlin tuh."

Aarven hanya mangut-mangut.

"Pusing gak sih, Ar?"

Aarven menoleh dan terkekeh, "Kenapa tumbenan nanya? Mau bantu ngerjain?"ledeknya

Gue tertawa, "Nope. Thank you."jawab gue cepat, "Tapi, serius deh, yang nentuin ngambil tugasnya atau enggak itu lo, jadi kalau lo lagi males, pusing atau capek bilang aja, ok?"

Aarven menatap gue lembut dan mengangguk, "Iya, Ca. So far masih oke kok."

"Gue kadang suka bingung sama otak lo. Dia kalau bisa ngeluh bakalan ngeluh gak ya? Bayangin aja, lo anak IPA tapi lo harus mikirin semua mata pelajaran anak IPS juga."

"Enggak selama lo selalu kasih asupan energi dan karbohidrat yang baik kayak gini."jawabnya

"Emang ngefek ya?"

Aarven mengangguk, "Dan yang paling penting juga biar otak gue bekerja maksimal itu gue gak boleh kekurangan dopamin."

"Dopamin? Kayak makan coklat gitu? Lo kan gak suka coklat."

Aarven menggeleng, "Dopamin gue bukan coklat sih."

"Terus apa?"

Aarven tiba-tiba mendekat dan mengecup bibir gue, "Ini."

Gue langsung membulatkan mata.

Aarven tertawa.

"AARVEN IHHHH."

ʘʘʘ ʘʘʘ

AARVEN

Gue meregangkan tubuh setelah hampir 4 jam menyelesaikan 5 tugas. Gue langsung merebahkan tubuh di atas ranjang di sebelah Acha yang sedang asik memainkan ponselnya, namun tangan kiri Acha langsung mengusap kepala gue lembut.

"Udah selesai?"

Gue mengangguk dan memiringkan tubuh memeluk Acha, "lagi ngapain?"

"Ini lagi cari apartement buat sabtu besok. Sama pesen minuman."

Gue mangut-mangut.

Acha lalu menyimpan ponselnya dan ikut memiringkan tubuhnya. Mata gue yang terpejam bisa merasakan hembusan nafas Acha di wajah gue.

"Ar, tadi gue habis baca artikel gitu."

"Artikel apa?"

"toxic relationship."

"Jangan baca yang aneh-aneh, Ca."

"Lo tau?"

Gue hanya diam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang