PART 5

612 58 5
                                    

ACHA

Gue langsung melemparkan tubuh ke atas ranjang hotel begitu Aarven membuka pintu kamar.

"Ca, ganti baju dulu."tegur Aarven lembut setelah mengunci pintu kamar

Gue hanya berdeham malas. Mata gue sudah terpejam akibat kelelahan setelah seharian memastikan kelas untuk besok lusa bisa berjalan dengan lancar. Apalagi ini untuk pertama kalinya gue dan Aarven membuka kelas di luar kota.

"Ar, kelas bakalan aman kan ya?"tanya gue masih dengan mata terpejam

Aarven terdiam tak menjawab, namun gue bisa merasakan kehadiran Aarven yang kini duduk di atas ranjang, "kalau lo belum yakin sama villa tadi, masih ada besok buat cari lagi kok."

"Kita kan besok mau ke uluwatu."

"Malem ini gue coba cari list villa lagi, besok sampe siang coba kita cek villa lagi aja. Sorean baru ke uluwatu, gimana?"

Gue membuka mata dan mendapati Aarven dengan tatapan teduhnya menatap ke arah gue.

"lo sendiri gimana?"

"apanya?"

"sama Villanya."

Aarven terdiam sejenak, "so far oke sih."jawabnya

"Yaudah gak usah, disitu aja."jawab gue

Aarven memicingkan matanya bingung, "Loh? Tadi masih belum yakin?"

Gue bangkit dari posisi berbaring dan berhadapan dengan Aarven, "Kan lo udah yakin, gue percaya aja sama lo."jawab gue sambil mendekatkan wajah gue pada wajah Aarven 

Aarven terdiam namun gue dapat melihat kedua bola matanya yang bergerak cepat menghindari tatapan gue.

"Ar"panggil gue

Aarven hanya berdehem kikuk.

"Kenapa sih?"tanya gue

"ke--kenapa apa, Ca?"tanya Aarven

Gue terdiam dan hanya menatap Aarven intens sampai akhirnya mata Aarven menatap ke arah gue.

"Ca-- kenapa sih?"tanya Aarven kikuk

Gue masih terdiam namun bibirku tersenyum kecil.

Aarven mendesah panjang, "Ca, jangan uji gue terus dong."ucapnya lemah

"Uji apa?"tanya gue pura-pura tak mengerti

Aarven memejamkan matanya, "Jangan sampe kita nyesel, Ca."bisiknya pelan

Gue gak akan nyesel kok, Ar.

ʘʘʘ ʘʘʘ

AARVEN

Gue meregangkan tubuh setelah hampir 3 jam berkutat dengan laptop untuk mencari beberapa daftar villa yang perlu gue dan Acha besok kunjungi. Gue menutup laptop dan berjalan menuju ranjang. Terlihat Acha yang sudah terbaring pulas.

Gue membaringkan tubuh di sebelah Acha, gue bisa merasakan hembusan nafas Acha.

Tangan gue terulur menyentuh wajahnya dan mengusapnya pelan. 

Melihat Acha yang damai dalam tidurnya salah satu pemandangan yang kerap membuat gue tenang dan nyaman. 

Gue tidak tau kapan pastinya sosok Acha bisa membuat seorang Aarven bisa merasa aman dan nyaman. Kehadiran Acha di hidup gue bagaikan cahaya di dalam kehidupan gelap gue. 

"Ca, lo tau kan di dunia ini cuman lo yang paling gue sayang. Cuman lo yang paling gue inginkan."bisik gue pelan, "Jangan marah sama gue ya. Gue cuman gak mau ngerusak hubungan kita demi nafsu semata."lanjut gue

UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang