my everything ; henxiao

bagian dua

"Dek" panggil Hendery.

"Hm" jawab Haechan, sibuk dengan ponselnya.

"Dek"

"Hm"

"Dek"

"Hm"

"Hm hm aja, jawab kek abang nya manggil juga"

"Iya abang ku sayang" jawab Haechan.

"Gue mau nanya" ucap Hendery, ia mengubah posisi duduknya lebih menghadap Haechan.

"Apaan?" Haechan menaruh ponselnya di atas meja.

"Dejun itu.. temen lu kan?" tanya Hendery ragu.

"Iya, temen gue. kenapa? lu naksir ya? akhirnya-"

"Gue belom selesai anjir"

"Iye iye, kenapa sih emangnya?" Haechan penasaran.

"Nggak, tadi gue ketemu"

"Anjay pdkt ceritanya ni" goda Haechan.

"Gue aja baru pertama ketemu woi, masa pdkt" ucap Hendery.

"Terus terus?" Haechan tambah penasaran.

"Dia cantik juga ya" ucap Hendery, sambil membayangkan muka Dejun yang sempat ia tatap tadi.

"Nahkan, udah mulai bucin lu sama dia. lu ngatain gue bucin sendirinya-"

"ABANG ADEK, AYO MAKAN" panggil Johnny dari bawah.

"kepotongkan hahaha" tawa Hendery, ia turun kebawah.

"BANG, KENAPA ADEKMU YANG BAIK NAN TAMPAN INI KAU TINGGALKAN?" teriak Haechan, tapi tidak ada respon dari Hendery.

"Kudu sabar gue punya abang modelan bang Dery"

"GUE DENGER DEK"

***

"Lagi apa kak?" Tanya Renjun. Mereka berada di ruang tamu sekarang.

Daritadi Dejun sibuk dengan laptopnya.

"Ini, cafe tempat gue kerja mau buka lowongan kerja. Jadi gue harus bikin posternya"

"Dek Dejun sama Renjun, nanti makan ya. Udah bibi masakin" ucap bibi.

"Iya bi, makasih" ucap Renjun dan Dejun.

"Berarti besok lu pulang malem kak? Emang gapapa?" Tanya Renjun khawatir.

"Gapapa kali, gue udah biasa"

"Kakak ga inget berita kemarin?"

Dejun mencoba mengikatnya, kemarin memang ada berita begal yang berkeliaran daerah rumah mereka, itu membuat warga juga sedikit takut.

"Iya sih, gue bisa jaga diri"

"Tetep aja kak, takut gue"

"Gapapa dek, tenang aja"

"Yaudah ayo makan njun, gue laper" lanjut Dejun.

-

Jam 01.00.

Jreng jreng

Hendery masih terjaga, ia berada di balkon kamarnya sambil memainkan gitar miliknya. Biasanya kalo jam segini belom tidur, ada yang menggangu pikiran Hendery.