Savira sedang menatap jengah pada dua orang yang membuatnya kesal karena telah menunggu lama ditambah perdebatan mereka yang memakan banyak waktu. Hari ini acara reuni sekolah mereka diadakan dan sudah satu jam yang lalu Savira sudah siap tapi malah Shana yang susah untuk dibangunkan ditambah kedatangan Miska yang merengek meminta ikut tapi Shana kekeuh tidak mau mengajak Miska.
"Ikut ya Shana ya?" rengek Miska lupa umur.
"Gak mau!"
"Ayolah, pengen ikut, kan aku sudah terlanjur disini."
"Kakak pulang aja, ish."
"Kalian ini ya, yampun, sudahlah ajak Kak Miska, gapapa juga." ucap Savira.
"Nah, Savira bolehin."
"Hhmm,"
Shana menyerah, dia berfikir lagi apa salahnya jika Miska ikut meskipun dia orang luar, lagian nanti pasti banyak yang datang mengajak pasangannya yang pasti kebanyakan orang luar sekolah.
Akhirnya mereka berangkat bertiga dengan menggunakan mobil Miska dan tentu saja dia juga yang menyetir.
"Nah gini kan enak, ada sopir," sorak Savira sambil menyamankan duduknya.
"Oh jadi ini maksudmu meng-iyakan aku ikut tadi," Miska kesal setelah tahu maksud Savira.
"Sudah ih berantemnya, ayo berangkat," Shana menginterupsi.
Sepanjang perjalanan Shana tidak banyak bicara, dia larut dalam lamunan enggan untuk mengeluarkan suara. Sesampainya mereka di sebuah hotel dimana acara reuni itu diadakan, segera mereka memasuki ballroom dimana semua teman seangkatannya berkumpul.
Banyak yang menyapa mereka berdua karena dulu mereka termasuk murid populer disekolahnya, sesekali mereka terlihat obrolan seru hingga membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Beberapa teman Shana dan Savira sudah berumah tangga bahkan ada yang sudah memiliki momongan dan ada pula yang masih betah menjomblo.
"Halo semua kawan-kawanku yang lama tak ku jumpai dan yang sering aku jumpai hingga aku eneg," sebuah suara menggelegar di dari arah pintu masuk acara, tak lain dan tak bukan itu adalah suara Rojak.
"Dia kan pemilik Bar tempo hari, dia teman kalian?" tanya Miska.
"Iya dia teman seangkatan kami, dan satu kelas juga." jawab Shana.
"Sengklek-sengklek begitu dia dulu ketua kelas," imbuh Savira.
Savira mengajak Shana dan Miska untuk memasuki ke area acara lebih dalam lagi meninggalkan Rojak yang menyapa mereka bertiga dengan heboh,beberapa teman dari lain kelas maupun satu kelas dengan mereka bergiliran menyapa dan beberapa diantaranya meminta foto bersama untuk kenang-kenangan, Miska yang sejak tadi memperhatikan Shana menyunggingkan senyum melihat gadis itu tertawa bersama teman-teman seangkatannya.
"Kesana yuk cari makanan, laper banget," ajak Savira.
"Ayok lah," jawab Shana diikuti juga oleh Miska.
Savira menuntun kedua manusia itu kearah stand makanan yang sudah disediakan oleh pihak hotel, sesekali mereka berhenti untuk sekedar basa-basi dengan teman-temannya. Tapi tiba-tiba saja Shana menghentikan langkahnya dan sama sekali tidak bergerak, membuat Miska mengernyit heran, begitu juga dengan Savira.
Tubuh Shana terasa kaku lalu bergetar hebat, tangannya menggenggam lengan Savira dengan kuat, tatapannya terpaku pada satu titik, dimana disana berdiri sepasang manusia yang mengumbar kemesraannya.
Savira yang melihat reaksi tubuh gadis disamping mereka serempak mengikuti arah pandang mata Shana dan langsung terbelalak begitu melihat apa yang di lihat oleh Shana. Miska yang masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi meminta penjelasan pada Savira melalui matanya namun tidak menemukan jawaban.
