Shana masih betah didalam selimut tebalnya, dia enggan beranjak dari ranjang empuknya walau hanya sekedar membasuh muka dan Savira lebih memilih meninggalkannya sendiri didalam kamar untuk memasak sarapan untuk mereka semua, dimana Rolland juga masih ada di rumah mereka tertidur di sofa ruang tengah.
Fikirannya masih melayang memikirkan apa yang diungkapkan oleh Rolland tadi malam, karena hal itu dirinya terjaga sepanjang malam tanpa bisa terlelap sedikitpun, didalam otaknya penuh tanda tanya besar dari mana Rolland mengetahui apa yang terjadi dulu antara dia dan Hera.
Suara pintu terbuka membuat Shana terbangun dari lamunannya dan mengalihkan pandangannya pada sosok yang berjalan mendekatinya dan duduk di pinggir ranjang mengambil posisi duduk membelakanginya.
Mau tidak mau Shana bangun dari rebahannya dan duduk dengan bersandarkan pada board ranjang. Sejenak keheningan melanda mereka hanya suara detik jam yang terdengar memenuhi ruangan.
"Jadi abang sudah tahu semuanya?" tanya Shana memecah keheningan.
Rolland mengangguk tanpa membalikkan badannya.
"Kenapa kamu tidak menceritakan pada abang?"
"Karena aku menganggap semua sudah selesai dan tidak ada yang perlu di ceritakan lagi, aku tidak mau merusak apa yang sudah abang rencanakan,"
"Nyatanya semua jadi berantakan,"
"Maafkan aku bang, aku tidak tahu jika akan seperti ini, aku juga tidak tahu jika Hera akan berubah fikiran."
"Tidak perlu meminta maaf, abang juga salah, seandainya abang tahu lebih awal semua tidak akan menjadi seperti ini, andai abang tahu jika dia yang kamu maksud, abang tidak akan menjadikannya pilihan abang."
Shana bangkit dari duduknya lalu memeluk pria yang sangat dia sayangi itu dari belakang.
"Bang, jikapun abang tidak bertemu Hera dan menjadikannya pasangan untuk abang, semua itu tidak akan merubah keadaan yang sekarang, aku akan tetap selesai dengannya, jika bukan karena abang dia tidak akan pernah bertemu denganku lagi meskipun dia pulang dari Jerman, karena baginya aku hanyalah masa lalu sebagai percobaannya menemukan jati diri, dan karena abanglah aku jadi tahu bagaimana dia sebenarnya,"
"Aku seharusnya berterima kasih padamu bang telah membawanya pulang dan menunjukan padaku hingga aku bisa menentukan langkah untuk hidupku selanjutnya, dan aku minta berhentilah menyalahkan dirimu sendiri, karena ada hubungan denganmu atau tidak, aku tetap selesai dengan Hera."
Rolland tersenyum lalu mengusap kepala adiknya dengan sayang, dia sangat bersyukur memiliki adik seperti Shana meski bukan adik kandung tapi Rolland menyayangi Shana melebihi adik kandungnya sendiri.
"Woopps, mesra sekali kalian," suara Savira menginterupsi dan kepalanya sudah menyembul dari balik pintu.
"Ayo sarapan," ajak Savira.
"Bang, gendong ya, males jalan," ucap Shana manja.
Rolland tertawa lalu dia berdiri dari duduknya yang membuat Shana langsung berada di punggungnya karena sejak tadi Shana tidak melepaskan pelukannya.
*****
Sore itu Cafe dalam keadaan ramai hingga penuh pengunjung, beberapa diantaranya ada yang merayakan ulang tahun dadakan tanpa reservasi sebelumnya yang membuat mereka sedikit kualahan, bahkan mereka harus menambah meja dan kursi dadakan di area outdoor yang kebetulan cuaca juga cerah, nampak Savira dan Shana hilir mudik membantu karyawan mereka melayani pesanan pembeli.
"Wah, ramai, ada yang bisa aku bantu?" tanya Miska yang tiba-tiba datang pada Savira.
"Nah, Kak tolong antarkan minuman ini pada gerombolan orang itu ya," pinta Savira.