5.

1.7K 172 1
                                    

Sesampainya dirumah, Miska dan Savira bergantian mengurus Shana, mulai dari membersihkan kembali luka ditangan Shana juga membersihkan badannya dan mengganti baju yang Shana kenakan.

Setelah selesai mereka bisa bernafas dengan lega lalu duduk di sofa yang berada di kamar Shana. Mereka diam mencoba menenangkan diri masing-masing, Miska terkejut ketika mendengar isakan lirih dari Savira.

"Hei, kamu kenapa?"

"Shana,Kak," ucap Savira terbata.

Miska merengkuh tubuh Savira dalam pelukannya, memberikan ketenangan pada sahabat yang sudah seperti saudara kembar Shana itu, Miska tahu bagaimana Savira menyayangi Shana meskipun tidak ada ikatan darah setetes pun, jika Shana terluka Savira juga akan merasakan luka itu, jika Shana bahagia Savira ikut merasakan kebahagiaan itu, begitu sebaliknya, karena selama ini Savira lah yang selalu ada untuk Shana.

Apa Miska cemburu?

Tidak, Miska tidak cemburu, justru dia sangat bersyukur ada Savira yang terus berada disisi Shana dalam keadaan apapun dan menyayanginya dengan tulus, pun Miska sudah seperti adiknya sendiri.

Savira melepaskan pelukan Miska ketika sudah merasa tenang, dia tersenyum berterima kasih pada Miska jika tidak ada dia saat ini mungkin dia akan panik sendirian.

"Tidurlah,"

"Tapi Shana?"

"Biar aku yang jaga."

"Tapi Kakak juga capek."

"Aku bisa istirahat disini, hhmm, aku pinjam baju Shana ya, mau bersih-bersih."

"Iya Kak, yaudah, Savira ke kamar dulu."

Savira beranjak dari duduknya, dia mengecup kening Shana lalu berjalan keluar menuju kamarnya.

Miska memutuskan untuk mengambil baju dan membersihkan badannya yang lengket karena keringat. Setelah selesai dia mengambil satu bantal dan membawanya menuju sofa, dia merebahkan tubuhnya disana, baru saja dia memejamkan matanya Miska mendengar isakan tangis Shana, segera dia beranjak dari sofa dan berjalan mendekati Shana.

Dilihatnya Shana menangis dengan mata yang terpejam, diusapnya kepala Shanna lembut agar gadis itu kembali tenang, setelah memastikan Shana baik-baik saja dan kembali tidur, Miska merebahkan tubuhnya di sofa, dalam sekejap dia tertidur saking lelahnya.

*****

Shana terbangun, dia mengerjabkan mata menyesuaikan dengan cahaya matahari yang silau menerpa wajahnya.

"Eeung,"

Shana melenguh merasakan sakit luar biasa pada kepalanya, dia juga merasakan sakit pada tangan kanan di mana luka akibat gelas yang dia pecahkan, Shana terkejut ketika mendapati tangan kanannya terbalut perban.

"Sudah bangun?" tanya Miska sambil meletakan makanan juga obat-obatan di nakas.

Shana mengangguk lalu kembali meringis kesakitan sambil memegang kepalanya.

"Kak, kepalaku sakit."

"Tiduran aja."

"Pengen duduk."

Miska membantu menata bantal di belakang badan Shana dan membantunya bersandar pada board ranjang yang sudah di beri bantal.

Seketika rasa pusing itu semakin parah menyerang kepala diikuti rasa mual pada perutnya, detik berikutnya Shana memuntahkan seluruh isi dalam perut yang hanya berupa cairan, Miska membantu Shana memegang rambut dan mengusap punggungnya dengan penuh rasa khawatir.

Savira yang baru saja masuk kedalam kamar bergegas membantu Miska.

"Sav, ambil air hangat dan handuk kesini," pinta Miska.

Shana (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang