[25]

441 16 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Pagi ini Rhea terbangun dengan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Dia merasa pegal-pegal. Apalagi tangan kirinya yang selalu berdenyut tiap kali Rhea tidak sengaja menggerakkannya.

Saat Rhea bangun tadi, sudah ada Samuel yang duduk di pinggir ranjang dengan rambut yang masih basah. Kadar ketampanan Samuel bahkan menjadi berkali-kali lipat dengan rambut basah seperti itu. Membuat jantung Rhea seolah berlari dari tempatnya.

Sekedar informasi, Samuel memberikan Rhea sebuah kamar yang berada tepat di sebelahnya. Samuel tidak ingin hal yang kemarin terjadi lagi. Oleh karena itu, Samuel memberikan sebuah kamar untuk Rhea.

Rhea menatap kagum walk in closet yang ada di hadapannya. Di sana sudah tertara rapi berbagai macam pakaian wanita. Entah sejak kapan Samuel menyiapkan ini semua. Rhea hanya bisa geleng-geleng kepala heran melihat kemampuan Samuel.

Beberapa saat yang lalu, Rhea dan Samuel baru saja berdebat karena Samuel tidak memperbolehkannya turun ranjang sedikit pun. Bahkan Samuel menyuruh dua orang pelayan yang ada di rumah ini untuk membantu Rhea dalam urusan pribadinya.

Pada akhirnya, Samuel mengalah tentang larangan turun dari ranjang, tapi tidak dengan kedua pelayan itu. Jadi di sinilah mereka sekarang. Rhea yang tengah memilih pakaian dengan dua orang pelayan yang setia menemaninya.

Rhea menoleh pada pintu kamar yang terbuka. Ada Samuel di sana dengan pakaian santainya. Samuel tersenyum pada Rhea yang sudah cantik dengan dress rumahan sebetis.

“cantik” bisik Samuel di telinga Rhea.

Busikan Samuel di telinganya membuat Rhea bergidik geli. Dia spontan mendorong tubuh Samuel menjauh.

does your hand still hurt?

Rhea menggeleng pelan. Membuat Samuel mengelus rambut Rhea penuh kelembutan.

“tas aku di mana? Ponsel? Laptop? Motor aku, Sam. Motor aku di mana?” tanya Rhea. Dia baru ingat dari kemarin dia belum melihat semua barang miliknya itu.

“udah aku buang. Besok aku beliin kamu yang baru” jawab Samuep kelewat santai.

Rhea melototkan matanya terkejut. Samuel yang gila kembali lagi. “Sam! Kenapa kamu buang barang aku!”

Samuel mengangkat kedua bahunya acuh. “mereka udah rusak, jadi aku buang. Lebih baik kita ke bawah sekarang, I’m Hungry

Tanpa aba-aba Samuel menggendong bridal style Rhea. Membuat Rhea memekik terkejut. Rhea refleks mengalungkan tangan kananya di leher Samuel.

Samuel melangkah santai seperti tidak merasakan bobot tubuh Rhea dalam gendongannya. Dia membawa Rhea masuk ke dalam lift yang ada di rumah ini.

Rhea mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Rumah Samuel sangat luas dengan berbagai lukisan, pajangan, ornamen dinding, dan barang-barang bernilai fantastis lainnya. Sepertinya Rhea harus segera menghapal setiap jalan di rumah ini agar tidak tersesat.

Samuel mendudukkan dirinya di kursi utama meja makan dengan Rhea yang ada di pangkuannya. Di sana sudah berdiri beberapa pelayan yang menyiapkan sarapan hari ini.

Rhea bergerak gelisah di atas pangkuan Samuel. Mencoba untuk turun dari pangkuan Samuel yang sialnya belum berhasil sedari tadi.

“Sam, turunin aku. Malu tau dilihatin orang-orang” cicit Rhea pelan.

Karena dipangku Samuel, saat ini posisi Rhea membelakangi semua pelayan yang ada di sana.

Samuel terkekeh geli mendengar permintaan Rhea. Berbeda dengan Rhea yang malu, Samuel terlihat sangat santai memangku Rhea seperti ini. Dia juga sadar sedari tadi para pelayan itu memerhatikan mereka berdua. Terutama Bi Irum yang tertawa melihat Samuel dan Rhea.

“kenapa kamu malu? Aku aja enggak malu”

Rhea mendongak menatap Samuel. Dia mencubit perut Samuel geram. “kamu itu kan emang enggak punya urat malu, Sam”

Samuel tertawa keras. Dia mencubut hidung Rhea gemas yang langsung dihadiahi pelototan oleh Rhea. Samuel mengambil sesendok bubur yang ada di atas meja. Lalu mengarahkannya ke depan wajah Rhea.

Rhea menggeleng saat melihat bubur yang disodorkan Samuel.

“aku enggak sakit Samuel, yang sakit itu tangan aku. Nih lihat,” ujar Rhea menunjukkan tangan kirinya yang menggantung di dada. “kenapa aku harus makan bubur coba?”

“makan Rhea” titah Samuel.

Rhea kembali menggeleng. Dia menyembunyikan wajahnya di dada bidang Samuel. “aku enggak mau bubur, Sam. Aku enggak suka”

Samuel meletakkan sendok tadi ke dalam mangkok bubur. Samuel bertanya-tanya, apakah ini salah satu sikap manja Rhea.

“terus kamu mau apa?”

Rhea memutarkan kepalanya. Dia nampak berpikir sesaat. “aku mau ayam geprek”

Samuel mengangguk mantap mengiyakan pertanyaan Rhea.

fine, nanti aku beliin kamu outlet ayam geprek. Mau berapa? Satu? Lima? Sepuluh? Atau perlu aku beli semua outletnya?”

Rhea berdecak sebal mendengar Samuel yang mulai gila lagi. Dia tau Samuel kaya, tapi bukan seperti ini juga. Enak saja dia bilang mau beli semua outlet ayam geprek.

Samuel terkekeh lagi melihat raut kesal di wajah Rhea. “nanti aku beliin ayam geprek sama outletnya, tapi kamu makan bubur ini dulu”

Rhea menggeleng menolak. Rhea itu tidak suka bubur. Itu terlalu lembek baginya. Dan dia tidak suka itu. Samuel menghela napas pelan menghadapi sikap keras kepala Rhea. Dia memutarkan badan Rhea agar menghadap langsung ke arah mangkok bubur yang ada di atas meja.

“makan Rhea”

Mendengar nada memerintah Samuel membuat Rhea mau tidak mau mengangkat sendok untuk mengambil bubur. Rhea menyuapkan sesendok bubur itu ke dalam mulutnya. Samuel mengelus kepala Rhea sayang.

“jangan lihatin aku terus. Mending kamu sarapan aja. Aku turun ya” ujar Rhea.

Samuel menahan pinggang Rhea dengan tangan kanannya. “diam di situ”

Rhea menatap memelas Samuel.

just eat your food, Rhea

Rhea menyuapkan buburnya lagi dengan enggan. Bubur ini memang enak, tapi tetap saja Rhea tidak menyukainya. Selama Rhea makan, selama itu pula Samuel memakan sarapan miliknya. Beruntung Rhea mungil sehingga kepalanya hanya mencapai dada Samuel dan Samuel bisa dengan leluasa memakan sarapan miliknya.

***

Next [26]

Black RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang