______________________________________
HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________🌻🌻🌻
Rhea berjalan keluar kelas seorang diri. Hendak menunggu Bella yang masih berada di kelas mata kuliah yang berbeda dengan Rhea. Sejak Samuel membuang motor miliknya dan menggantinya dengan sebuah mobil baru, Rhea belum pernah memakai mobil itu sekalipun. Rhea terlalu malas memakainya. Lagipula walaupun sudah diajari Samuel mengendarai mobil, Rhea masih belum merasa handal untuk mengendarainya seorang diri. Jadilah setiap mau kuliah Rhea akan menebeng pada Bella atau memesan ojek online.
Kedua mata Rhea menyipit memandang seorang wanita dengan celana bahan dan blouse yang melindungi tubuhnya. Rambut panjangnya ia ikat rendah. Sebuah senyum terbit di wajah Rhea saat menyadari siapa wanita itu. Langsung saja Rhea berlari kecil menuju tempat wanita itu berdiri.
“Mbak Sheaaa!” seru Rhea memeluk tubuh ramping Shea.
Shea terkekeh geli melihat kelakuan adiknya ini. “malu Rhe diliatin temen-temen kamu”
Rhea mengendikkan bahunya acuh. “kok Mbak ada di sini? Kenapa enggak bilang-bilang?”
“Mbak lagi ada simposium di sini. Emang sengaja enggak bilang ke kamu, kan biar surprise ” balas Shea. Dia mencubit hidung Rhea gemas.
Rhea mengaduh kesakitan mendapat cubitan dari Shea. “Mbak berapa hari di sini? Nginep di mana?”
Shea menggeleng. “hari ini Mbak balik ke Manado. Flight jam sembilan”
Rhea berdecak sebal. “kecepetan Mbak pulangnya. Baru juga ketemu, masa udah pulang ke Manado lagi nanti malem”
Belum sempat Shea membuka mulut, Rhea sudah terlebih dahulu memotongnya.
“iya iya, aku tau dokter itu sibuk. Banyak pasien yang harus diurus. Kalau gitu kita harus q-time – quality time – bareng dulu sebelum Mbak pulang”
Shea mengangguk setuju dengan permintaan Rhea. Dia menyuruh Rhea untuk masuk ke dalam taksi yang memang masih setia menunggu Shea di sana. Taksi itu membawa Rhea dan Shea ke salah satu pusat perbelanjaan. Di sana mereka menyempatkan diri untuk makan malam, berbelanja oleh-oleh, dan mencicipi beragam makanan ringan yang ada di sana. Seperti sekarang ini.
Rhea dan Shea duduk di salah satu meja yang disediakan. Di depan mereka sudah ada beberapa makanan yang mereka beli beberapa saat lalu. Tadinya Shea ingin membelikan Rhea barang-barang lain, tapi Rhea menolak. Katanya dia lebih suka dibelikan makanan seperti ini.
Rhea memakan kebab durian yang ada di atas meja. “Mbak, aku boleh nanya enggak? Kepo banget nih”
“kamu mau nanya apa, Rhe? Tumben banget pake izin-izin segala” tanya Shea memakan tahu goreng berbumbu miliknya.
“hem.. dulu pas di Amerika Mbak pernah punya pacar enggak?”
Shea menatap Rhea bingung. “kenapa emangnya? Tumben nanya gitu”
Rhea terkekeh. “Cuma penasaran aja, soalnya dulu kan kita jarang telfonan. Aku juga kayaknya enggak pernah nanya-nanya tentang itu deh sama Mbak. Atau Mbak udah cerita? Apa aku yang lupa ya?”
Shea meminum kopi yang dipesannya. Dia menatap lurus pada Rhea. “Mbak pernah punya pacar di Amerika. Enggak ada yang tau, termasuk kamu. Mbak enggak pernah cerita ke siapa pun waktu itu”
“Kenapa Mbak?” tanya Rhea lagi.
Shea terdiam sebentar. “sebenarnya saat itu hanya masalah waktu. Ingat saat Mbak pulang ke rumah selesai ujian? Saat suami Mbak datang ke rumah kita bersama keluarganya?”
Rhea mengangguk. Dia tentu masih sangat ingat dengan momen itu.
“sebenarnya waktu itu Mbak mau ngenalin pacar Mbak ke kalian semua. Tapi, Mbak telat. Suami Mbak sudah lebih dulu datang ke rumah melamar Mbak. Mbak ingin nolak lamaran itu tapi Mbak enggak bisa, Rhe. Mama dan Papa sangat menyukai suami Mbak. Mbak enggak tega buat mereka sedih dengan nolak lamaran itu”
Rhea mengelus tangan kiri Shea yang ada di atas meja. “maaf Mbak aku jadi ngungkit masalah itu”
Shea menggeleng. “awalnya emang kerasa berat banget. Tapi suami Mbak memperlakukan Mbak dengan sangat baik. Membuat hati Mbak luluh menerima kehadiran dia. Dan seperti inilah sekarang, Mbak hidup bahagia dengan suami dan anak Mbak. Rencana Tuhan akan selalu lebih indah, Rhe”
Rhea tersenyum getir. “Mbak masih ada perasaan enggak sama mantan Mbak itu? Maksud aku.. waktu itu kan Mbak putus pas masih sayang-sayangnya”
Shea tertawa mendengar pertanyaan Rhea. “dulu iya, saat awal-awal pernikahan kayaknya Mbak masih sayang sama dia. Tapi waktu berlalu Rhe, Mbak juga sadar dengan siapa Mbak hidup sekarang. Ada hati yang perlu Mbak jaga. Mbak enggak bisa seenaknya menempatkan laki-laki lain di hati Mbak. Karena pemilik sesungguhnya sudah datang, dia suami Mbak”
“kalau mantan Mbak itu masih ingin memiliki Mbak gimana? Maksudnya, dia tiba-tiba dateng dan pengen Mbak kembali lagi sama dia” tanya Rhea lagi.
Shea menggeleng tegas. “tentu Mbak akan nolak dia, Rhe. Itu hal yang mustahil. Mbak enggak mungkin melakukan itu. Gimana dengan suami dan anak Mbak nanti. Lagian Mbak udah enggak ada rasa sama dia. Dia hanya tinggal kenangan bagi Mbak”
Rhea mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
Shea menatap kalung yang dipakai Rhea. “itu kalung dari calon suami kamu?”
Sebelah alis mata Rhea terangkat. “Hah? Calon suami? Ih Mbak aku belum punya calon suami”
Shea tertawa. “Mama bilang kamu udah dilamar. Sama pengusaha lagi. Jago ya kamu nyari calonnya”
Rhea berdecak sebal. “apaan sih Mbak. Dia bukan calon suami aku. Aku masih gantungin dia”
“jangan gantungin dia lama-lama, Rhe. Kasihan. Jangan buat hati dia terluka lagi. Cukup Mbak dulu yang pernah nyakitin dia” lirih Shea menatap Rhea dalam. “dia orang yang baik Rhe. Mbak yakin dia bisa menjaga kamu”
“Mbak tau dia siapa?”
Rhea menatap Shea meminta penjelasan. Shea mengangguk mengiyakan.
“Sejak kapan? Kenapa Mbak enggak bilang sama aku?”
Shea memegang kedua tangan Rhea. “sejak Mama bilang kalau calon kamu namanya Samuel Harvey. Mama juga nunjukin ke Mbak foto dia. Maaf Mbak enggak bilang sama kamu kalau Mbak kenal sama dia”
Inilah alasannya. Pantas saja selama ini Shea tidak pernah mengungkit Samuel di hadapannya. Karena Shea sudah tau siapa orang yang melamar Rhea.
“Mbak bukan cuma kenal, tapi Mbak orang yang ada di hati dia. Bahkan sampai sekarang” lirih Rhea. Entah kenapa air mata mulai menggenang di matanya.
“Maksud kamu, Rhe?” tanya Shea tidak mengerti.
“Samuel masih cinta sama Mbak. Dia masih mengharapkan Mbak kembali sama dia. Walaupun dia tau Mbak udah punya suami dan anak”
Shea menggeleng menolak jawaban Rhea. “enggak mungkin, Rhe. Bukannya dia udah sama kamu. Itu artinya dia mencintai kamu, Rhea”
Rhea menggeleng lemah. “aku enggak tau Mbak. Dia emang menjaga dan memperlakukan aku dengan baik, tapi aku enggak tau dia nganggap aku ini sebagai Rhea atau sebagai Shea. Mbak tau kan kita ini mirip”
Shea menundukkan kepalanya. Ia menghela napas pelan. Apa yang sudah terjadi pada adiknya dan Samuel. Rasa-rasanya tidak mungkin Samuel akan melakukan hal seperti itu. Shea rasa dulu mereka putus dengan baik-baik. Shea juga yakin Samuel tidak mungkin se-brengsek itu. Apa mungkin Samuel ingin balas dendam karena dia meninggalkan Samuel dan memilih laki-laki lain? Tidak mungkin.
Shea mengusap wajahnya lelah. Apa yang sudah dilakukannya. Rhea yang tidak tau apa-apa malah menjadi korban di sini.
***
Next [35]
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rainbow
Romance▪︎▪︎ POSSESSIVE SERIES [4] ▪︎▪︎ ================================== Pertemuan Rhea dan Samuel - anak dari pemilih Harvey Holdings yang sekarang menjadi sponsor acara tahunan dari organisasi yang dia ikuti - sepertinya membuat Rhea akan menua sepuluh...