"Sendirian aja nih, geulis .... "
Aku melayangkan lirikan tajam pada si empunya suara. Lelaki itu menempati kursi plastik kosong di sebelahku, dan mencomot tempe goreng dari penampan.
"Kenapa harus duduk di sebelah gue?" tanyaku melirik ke arahnya sekilas, sambil terus menyesap es teh dengan sedotan.
"Emang nggak boleh?" Dia menopang kepalanya dengan tangan, memiringkan tubuh menatapku. "Tumben banget, nggak bareng pacar lo. Ke mana?"
"Please, Ru ... gue ke kantin mau menenangkan diri. Nggak usah bikin ribut."
"Gue ngajak ngobrol aja loh, La. Bukan ngajak tawuran." Dia mencebik. "Trouble in paradise, ya? Atau lo disuruh-suruh belajar terus, biar dapat nilai seratus?"
Mataku membelalak. "Kok lo bisa tahu?"
Dia mengerlingkan matanya. "Udah, cowok begitu putusin aja. Pacaran kan harusnya bikin bahagia, nggak bikin stres."
"Tapi niat Azka bagus. Dia pengin gue jadi lebih baik," sanggahku. "Nggak kayak lo, pacaran yang penting main, jalan, tiap minggu ganti cewek."
Secara kebetulan, setelah kalimat itu meluncur dari mulutku, seorang adik kelas, menghampiri meja kami. Ia menyerahkan bekal makan siang pada Ndaru, dengan senyum malu-malu.
"A, ini bikinan aku sendiri, lho. Dicoba, ya .... "
Ndaru membuka kotak bekal itu dan tersenyum. "Siap, geulis ... Aa Ndaru pasti habisin." Bukannya menunggui kotak makannya, perempuan itu pergi begitu saja.
"Gimana rasanya dibawain bekal sama cewek tiap hari? Seneng banget pasti," sindirku. "Lo tuh, jangan bikin mereka kegeeran. Dengan lo terima bekal makan siang itu, bikin fans-fans lo nih mikir, kalau lo juga suka mereka."
"Terus, gue harus buang makanan mereka? Mubadzir, atuh ... " Ndaru menyugar rambutnya, tersenyum tipis. "Mereka udah capek-capek bikin bekal buat gue, penuh cinta, penuh perhatian, nggak etis aja rasanya. Mau gue tolak pun, sayang ... lagian rezeki nggak boleh ditolak. "
Aku berdecih. Pintar sekali mulutnya melontarkan alasan. "Bener kata Azka, lo itu haus perhatian. Padahal, kalau lo bilang ke mereka, 'gue udah punya cewek', gue yakin mereka bakal berhenti kasih bekal ke lo. Di antara banyaknya fans lo, pasti ada satu dong, yang lo taksir. Pilih dia, pertahanin, coba setia, jangan jelalatan. Jangan umbar janji ke banyak orang. Kasihan tahu!"
"Gue dinasehatin nih, ceritanya?"
"Tapi kayaknya, lo nggak bisa bertahan sama satu cewek, ya? Nggak puas pasti ya, cuma gandeng satu cewek? Jangan serakah, Ru... nanti malah nggak dapet apa-apa."
Lelaki itu terbahak kencang, membuat seisi kantin menoleh ke arahnya. "Azka cerita apa aja sih, tentang gue?" Dia meneguk es tawarnya, sebelum menyendokkan sesuap nasi goreng ke mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXVENGER (END)
ChickLitReuni SMA jadi salah satu momok terbesar di hidup Lula, wanita berusia 30 tahun. Apa pun akan ia lakukan untuk menghindari acara terkutuk itu. Bertemu kembali dengan Azka---siswa berprestasi dan juga mantan pacarnya, yang memutuskannya tiba-tiba unt...