"Beach, leha-leha, berjemur, shopping, I am coming!"
Aku langsung menghambur ke kamar yang berbentuk gazebo, yang berjejer satu sama lain melingkari kolam renang. Satu gazebo diisi satu kamar. Pemandangan yang kudapat dari sini sangat luar biasa. Ada kolam renang dan laut lepas yang memanjakan mata, begitu pintu dan jendela dibuka. Aku menjatuhkan diri ke tempat tidur, yang dipenuhi kelopak bunga mawar sambil tertawa lepas.
Suara decakan terdengar dari arah pintu masuk. Aku melirik Ndaru yang berdiri di ambang pintu. Lelaki itu melipat tangan di depan dada sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kenapa wajahnya ditekuk gitu?"
"Agak nyesel pesen dua kamar," jawabnya melangkah ke tempat tidur dan duduk di sisi kasur. "Ini tuh pas banget buat spending night in a romantic way."
Aku terbahak. Astaga ... wajahnya terlihat memelas. "Masih bisa dinner romantis, kan?"
"Untungnya!" Dia menarik tanganku membuatku beranjak. Kami sekarang duduk saling berhadapan. "Aku jadi ingat, aku ke sini karena mau kerja. Nggak kayak kamu yang tanpa beban. Setelah kupikir-pikir, kayaknya bener, ya? Lelaki kerja keras biar ceweknya bisa foya-foya."
Kekehan kembali lolos dari bibirku. Suasana hatiku sangat baik sejak mendarat di Pulau Dewata. "Bukan prinsip yang salah, sih. I love it!" Aku menangkup kedua pipi lelaki itu, meremasnya.
Dia memajukan wajahnya dan mencuri kecupan cepat dari bibirku. Untuk beberapa saat kami cuma berpandangan, dengan saling senyum. Aku terkikik lalu giliran mencuri ciuman darinya. Entah karena terlalu bahagia atau memang dimabuk asmara, aku dan Ndaru tertawa bersama.
"Udah ah, aku mau naruh baju ke lemari. Biar nanti bisa langsung jalan-jalan." Aku beranjak dari tempat tidur ke ujung pintu tempat koperku teronggok di sana. "You should doing the same thing!"
Ndaru menggeleng. Dia malah membaringkan diri di kasur dan memejamkan mata. Sudahlah, biarkan saja. Siang-siang begini, memangnya lelaki itu bisa apa? Apalagi dengan pintu dan jendela yang terbuka lebar. Aku melanjutkan kegiatanku, menata baju di almari, lalu berganti dengan pakaian yang lebih santai. Masih ada waktu beberapa menit sampai jam makan siang. Selepas itu, baru memulai petualangan. Tidak akan kusia-siakan waktu di sini dengan berdiam diri di kamar.
***
Memilih untuk menikmati late lunch di Amok Sunset adalah pilihan sempurna. Setelah beres-beres tadi, aku ketiduran bersama Ndaru. Kami berangkat dari penginapan pukul dua siang menuju Amok Sunset, dengan perjalanan tak sampai satu jam. Lagi-lagi aku terpana melihat pemandangan dan suasana yang disuguhkan restauran pinggir pantai itu. Otak bisnisku langsung memikirkan ide-ide menggelar pesta di tempat seperti ini. Luar biasa.
"Kamu pesen apa, Babe?" Aku menyerahkan buku menu pada Ndaru.
Harusnya kutak perlu menanyakan itu, karena selama ada steik, sudah pasti menu lain tidak akan dilirik.
"Rib eye steak."
"Harusnya aku aja yang pilih tadi." Aku lalu memanggil waiters selesai memesan menu.
"Hadap sini, La ... " Ndaru mengarahkan pocket kamera yang ia bawa kepadaku. Aku tersenyum lebar ke arah kamera dan mengganti pose beberapa kali.
"Aku lupa bawa kamera polaroid!" gerutuku kesal. "Coba sini, kita selfie!"
Aku pun mengambil foto beberapa kali. Bersama Ndaru, foto pemandangan, dan menu-menu yang tersaji dengan cantik. Lelaki itu juga beberapa kali mengambil fotoku dengan ponselnya. Aku memilih foto-foto terbaik untuk diunggah ke Instagram. Aku ingin tahu bagaimana reaksi anak-anak Kalula's Organizer. Ada fotoku seorang diri duduk menyerong, ada foto pemandangan laut lepas di depan meja, dan tentu saja selfie bersama Ndaru. Dia melingkarkan tangannya di bahuku, aku bersandar di dadanya, dengan senyum lebar menempel di wajah kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXVENGER (END)
Romanzi rosa / ChickLitReuni SMA jadi salah satu momok terbesar di hidup Lula, wanita berusia 30 tahun. Apa pun akan ia lakukan untuk menghindari acara terkutuk itu. Bertemu kembali dengan Azka---siswa berprestasi dan juga mantan pacarnya, yang memutuskannya tiba-tiba unt...