|| Part 4 || Hari Pertama

132 35 25
                                    


_ HAPPY READING _
Kembali menyapa readersku.
Jangan jadi silent readers ya🙃
Gak baik untuk kesehatan😂
Voment nya ditunggu.

࿇ ══━━━✥◈✥━━━══ ࿇

Ara PoV

   Aku terbangun saat adzan subuh berkumandang. Ku mengedarkan pandangan, tak ku lihat sosok Pak Rey.

  Tak mempedulikan itu, aku segera mandi dan solat lalu turun kedapur mau membantu bikin sarapan.

  Saat kaki ku menginjak area dapur, para Art sedang memasak. Saat ku menawarkan bantuan, mereka menolak dengan alasan nanti Oma marah.

  Dasar. Aku berjalan meja makan dimana para keluarga sudah mengumpul. Aku mengambil tempat duduk disamping Pak Rey.

  Entah sejak kapan dia disini, penampilannya masih berbaju koko dan bersarung.

  'Mungkin tadi ke masjid bareng uncle dan papa.'

   Setelah makanan di hidangkan, aku tak lupa tanggung jawabku mengambilkan makanan buat suamiku sidosen killer ini.

  "Bapak mau roti bakar apa nasi goreng?" Tanyaku.

  "Nasi goreng aja."

  Aku menyendok nasi goreng ke piringnya dan piringku. Oma, bunda dan mertuaku tersenyum melihat interaksi kami.

  Sedangkan auntie Elsa melihatku sambil tersenyum sinis. Apa dia masih dendam padaku? Padahal anaknya yang salah.

  "Rey, kamu kekantor hari ini?" Tanya Papa Alif. Ayah mertuaku.

  "Besok, pa. Hari ini, Rey mau ajak Ara pindah rumah." Jawab Pak Rey sekenanya. Papa Alif hanya mengangguk kemudian bertanya lagi.

  "Ngajarnya masuk kapan?"

  "Lusa mungkin."

  "Pindah kemana, Pak? Kok gak bilang kesaya?" Tanyaku.

  "Pak? Kamu manggil Rey, Pak, sayang?" Tanya mama. Aku hanya tersengih sengih kecil.

  "Eh. Maaf ma. Ara belum biasa. Pak Rey itu dosen Ara di kampus." Jawabku sambil menggaruk kepala yang tertutup hijab.

  "Oh iya? Baguslah. Rey bisa  jaga Ara sambil mengajar." Balas mama auntusias. Juga diangguki semua orang kecuali Auntie Elsa.

  "Bang, kalau kak Ara nakal, di hukum aja. Bolosan tuh bocah, bang." Raka yang di sebelah kanan Pak Rey menyelat pembicaraan.

  "Hey, bocil. Yang bocah itu elu." Kataku tak terima di omongi bocah.

  "Huekkk. Kakak memang masih bocah. Masih liat kartun lagi." ejeknya sambil menjulurkan lidah.

  Segeraku mengambil ancang ancang menjewer kupingnya. Pak Rey di tengah tengah kita kebingungan mengatasi.

  "Sini elu bocah." Kataku sambil mencuba menggapai kupingnya.
 
  Di pertengahan perkelahian, Pak Rey menggenggam tanganku yang mencuba menjewer telinga Raka.

  "Yang waras ngalah aja." ucap Pak Rey.

  Aku tertawa melihat espresi Raka. Sindiran halus bagi Raka. Aku tak menyangka Pak Rey membelaku.

  Aku kembali duduk manis sambil tersenyum. Oma, bunda dan mama tertawa kecil.

   Tiba tiba, Pak Rey mencondongkan badannya ke telingaku. Sehingga aku bisa mendengar hembusan nafasnya.

  "Jangan ke-PD-an. Saya cuma mau terlihat baik didepan mama dan bunda." bisiknya lalu menjauhkan tubuhnya lagi.

   Skatmat. Terasa seakan kau diterbang tinggi dan kemudian dihempaskan ke bumi.

Mengejar Cinta Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang