|| PART 8 || Akting

130 36 29
                                    

_ HAPPY READING _

Voment nya jangan lupa ya readers.
Meninggalkan jejak adalah suatu keharusan buat kalian🤗

࿇ ══━━━✥◈✥━━━══ ࿇

Ara PoV

    Aku melihat pantulan diriku di kaca. Gamis putih dengan bunga bunga biru. Tak lupa di padankan dengan pashmina gaya instan warna  biru.

   Aku segera mengambil flat shoes lalu berjalan keluar. Ku lihat Pak Rey duduk di sofa sambil memainkan hapenya.

   Aku mengendap endap dari belakang. Mungkin mengagetkan Pak Rey ide terbaik. Salahnya fokus banget sama hape. Tidakkan dia melihat istrinya yang cantik menawan ini.

  "Pak Rey!"

  Bahunya sedikit tersentap. Aku tertawa melihat wajah kagetnya. Sedangkan dia, menatapku tajam.

  "Muka bapak lucu." Kataku tak berhenti tertawa sambil memegang perutku.

  "Berhenti." Ucapnya tiba tiba.

  "Ber. Ber. Berhenti. Apa pak?" Tanyaku tak lepas dari tertawa. Perutku sakit sekali gara gara tertawa tak berhenti.

  "Berhenti ketawa." Dengan tatapan tajamnya membuat nyaliku menciut.

  "Maaf" ucapku pelan.

  Pak Rey mengabaikanku lalu menuju ke mobil. Aku mengikuti langkah Pak Rey.

   Selama perjalanan, suasana hening menyelimuti kami. Aku sungguh tak tahan dengan keheningan.

  "Pak Rey, bapak tahu gak?" Tanyaku memancing percakapan.

   Tapi liatlah, kulkas ini. Dia bahkan tak mendengarkanku. Ya allah, dosa apakah hamba dulu hingga dapat suami kek kulkas ini.

    "Pak, saya gak peduli bapak jawab apa enggak. Pokoknya, bapak harus nyimak saya bicara apa." Putusku.

   'Lebih baik gini. Timbang aku nunggu dia bales ucapanku, bisa lumutan aku.' rungutku dalam hati.

   "Tadi di ka_"

  Bunyi deringan hapeku membuat aku berhenti bicara. Segera aku mengangkat telpon saat tau adikku yang menelfonku.

  "Kenapa?" Tanyaku pada adikku yang disebrang panggilan.

  "Kata bunda, kapan kapan kakak ke sini la. Bunda kangen." jawab Raka.

  "Ha? Siapa yang kangen?" godaku. Aku tau, yang kangen itu Raka.

  Soalnya aku barusan telponan sama bunda di kampus tadi dan katanya bunda, Raka sering curhat, kalo Raka itu kangen aku.

  "Bunda, kak." Bales Raka cepat.

  "Bukan elu?"

  "Bukan."

  "Beneran?"

  "Iyaa."

   "Seriusly?"

  "Iyaaa. Kak. Bunda yang kangen, bukan gue. Ngapain juga gue kangen ama lo." sanggah Raka.

  "Oh gitu. Padahal gue kangen banget sama elu." pancingku.

  "Bodoh amat. Lo kapan kesini?" Tanyanya mengalihkan topik.

  "Kapan kapan gue samperin lu. Udah ah. Kalo kangen tuh bilang. Gak usah ganti topik la." Kataku sambil tertawa lepas.

   "Ogah. Ngapain kangen ama lu. Unfaedah amat."

Mengejar Cinta Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang