|| Part 9 || Menelan Sakit

140 30 14
                                    

_ HAPPY READING _

Mulai hari mu dengan semuangad 45 okey
Keep calm and enjoy reading
Jangan lupa tinggalin jejak😉
Vomentnya🙈

࿇ ══━━━✥◈✥━━━══ ࿇

   Rey terdiam memandang langit langit kamar. Setelah pulang dari rumah mamanya, dia terus merasa gelisah.

    Kesel. Pengen marah. Tapi tak tau kenapa. Alasanya sungguh tidak jelas, tapi itulah kenyataan yang ia rasakan.

   Peristiwa Ara berbicara dengan pemanggil hapenya buat ia sedikit gelisah.

   " Lo tetap prioritas gue."

  "Love you too. Emmuahh "

  Suara Ara  bermain di fikirannya. Rasanya sedikit tak rela, Ara mengucapkan love you too pada orang lain. Tapi dia tak punya perasaan spesial,  kenapa ia merasakan ini?

  'Apa apaan sih, hati? Kenapa jadi gini? Ngapain pikiran wanita itu? Tenanglah. Dia bukan siapa siapa.' batin Rey.

  Tapi rasa ingin tahu dan ego  mendominasi otaknya. Ingin saja ia bertanya siapa gerangan yang ditelpon Ara.

  Tapi ego menolak keras dengan argumen bahwa itu tidak penting. Dan wanita itu bukan seseorang yang spesial buatnya. Lebih baik dia tidur.

  Tak ingin larut dalam perseteruan antara ego dan ingin tahu, akhirnya  Rey memilih untuk menikmati angin malam di balkon kamarnya.

   Semilir angin menyapa wajah dan rambutnya memberi ketenangan pada dirinya. Rey menutup mata menikmati ketenangan it

Hiks hiks

  Suara tangisan terdengar ditelinga Rey membuat dirinya segera membuka mata. Fikiran horor mulai memenuhi otaknya. Seperti kaset rusak yang berulang ulang.

  Rey melihat kekiri dan kekanan. Mana tau ada mbak kunti atau kang ucung bertengger di pohon atau dimana pun.

  Tak ada. Bahkan sosok 2 makhluk ghaib tak kasat mata itu tidak kelihatan dimana mana. Tapi suara tangisan itu masih kedengarang jelas dari sebelah kirinya.

  Rey kembali mengamati suara itu. Terasa begitu familiar suara itu terdengar. Seperti suara wanita yang menyebalkan baginya.

   Ara. Nama itu terlintas dalam benaknya. Rey keluar kamarnya menuju kamar Ara yang tepat disebelah kiri kamarnya.

   "Pa, Ara kangen. Hiks hiks."

  Suara tangisan Ara terdengar saat Rey mendekatkan kupingnya pada pintu kamar Rey.

   Tangisan itu terdengar menyayat sekali. Seolah olah sedang menyurahkan isi hatinya yang paling dalam.

   Lama Rey berada di depan kamar Ara, sehingga baru dia sadar bahwa suara tangisan itu sudah tidak terdengar.

  Rey membuka pintu kamar Ara dan melihat wanita itu tertidur dengan keadaan meringkuk.

  Dia menghampiri Ara dan membenarkan selimutnya. Entah mengapa. Dia melakukannya bukan karna dia mencintai Ara, tapi hanya sifat perikemanusiaannya menyadarkan dirinya. Garis bawahi sifat perikemanusiaan bukan yang lain.

   Rey mendudukkan diri di pinggir kasur Ara, melihat wanita itu tertidur pulas seperti anak kecil.

  'Liat lah dia tidur, bahkan didepanku tak pernah melepaskan hijabnya. Raut wajah yang menyebalkan ini kenapa selalu bikinku kesel. Kenapa harus dia yang menggantikan Echa? Sungguh tidak  cocok dengan diriku dan jauh sekali sifatnya sama Echa yang feminin.'

Mengejar Cinta Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang