BAB I

12.1K 539 4
                                    

Setelah kejadian pengrebekan itu disinilah Tiana dan Derren dirumah orang tua Tiana. Derren, Tiana, dan kedua orang tua Tiana sudah berada di ruang keluarga rumah Tiana.

"Hufftt". Derren hanya bisa menghela nafas kasar atas kejadian yang menimpanya dengan Tiana. Dia merasa bersalah karan tidak bisa mengendalikan diri. Dia dan gadis belia itu harus terikat dalam sebuah pernikahan.

Ya setelah kejadian digubuk tadi Tiana dan Derren dinikahkan paksa oleh warga sesuai dengan peraturan yang sudah dibuat warga.

"Ekhm,,,sudah ya nduk terima saja semuanya mungkin ini memang sudah takdirnya". Kata ayah Tiana-Bpk Siswo yang sedari tadi melihat anak semata wayangnya menangis di pelukan sang ibu. Beliau juga tidak berbuat apa apa lagi, memang mungkin ini sudah jalan takdir putrinya. Beliau hanya bisa berdoa untuk kebaikan rumah tangga anaknya.

"Maaf pak, buk, Tiana....atas apa yang terjadi saat ini saya benar benar minta maaf". Kata Derren pada Tiana dan orang tua Tiana.

" gak papa Pak Derren mungkin ini memang sudah takdirnya mau disesali pun sepertinya gak bisa". Kata ibu Tiana-Ibu Ratih sambil tersenyum menenangkan. Tiana sedari tadi hanya dapat menangis sesegukan didekapan sang ibu.

"Benar kata ibu pak Derren gak perlu merasa bersalah terus menerus, kami sudah ikhlas". Kata Pak Siswo berusaha menerima takdir sang putri.

"Panggik Derren saja bu pak". Kata Derren yang sedari tadi tak nyama dengan panggilan orang tua Tiana. Yang dijawab senyuman oleh pak Siswo

"Tiana ajak nak Derren kekamar kalian butuh istirahat dan membersihkan diri sebentar lagi azan magrib". Kata Pak Siswo

Tiana mau tak mau menuruti keinginan sang ayah, lalu berjalan menuju kamarnya diikuti suaminya dari belakang. Hufft...Tiana tak habis pikir kalau dia sekarang sudah menjadi seorang istri.

*****

Derren berada di kamar Tiana sekarang, kamar yang tak terlalu luas namun cukup rapi dan nyaman. Dengan kasur berukuran kecil yang hanya cukup menampung maksimal dua orang dan ada lemari baru, meja rias, satu ra yang berisi beberapa buku yang ditanya terdapat beberapa fram foto gadis itu.

Tiana sedang mandi sekarang, jadi Derren memutuskan untuk istirahat di kasur milik Tiana. Nyaman itu yang dirasakan Derren saat mencium wangi khas Tiana yang tertinggal di bantal tiana.

"Ekm, Bapak lebih baik mandi dulu sana". Kata Tiana yang baru saja masuk kamar setelah dari kamar mandi

"Ehm tapi saya gak bawa baju, baju saya masih dimes deket proyek". Kata Derren sambil melihat Tiana yang sedang entah melakukan apa di meja rias, Tiana nampak cantik tanpa menggunakan polesan make up apapun.

Derren mengernyitkan dahi bingung saat melihat Tiana tiba tiba keluar kamar begitu saja. Derren hanya bisa menghela nafas kasar mungkin gadis itu masih belum menerima ini semua. "Huftt, lagian siapa pula yang akan dengan senang hati menerima pernikahan karna keterpaksaan seperti ini. Dia hanya gadis belia yang seharusnya masih merasakan masa remajanya. Bagaimana jika Tiana tau status dirinya yang sebenarnya". Batin Derren

"Ini baju ayah mudah mudahan muat sama Bapak". Kata Tiana sambil menyerahkan baju ke Derren.

"Terimakasih Tiana. Kalau bisa jangan panggil saya dengan dengan sebutan bapak, panggil nama saja". Kata Derren yang risih akan panggilan yang menyebutnya "Bapak". Kesannya berasa jadi ayahnya bukan suaminya dengus Derren.

"Nihh mas mandi dulu sana keburu magrib". Tiana mengambil handuk baru dilemari dan menyerahkannya pada Derren.

Derren tersenyum mendengar panggilan Tiana. Menurut Tiana tak masalah mengganti panggilannya terhadap Derren. Dan dia akan mencoba ikhlas dengan takdir Tuhan.

Tiana PrameswariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang