BAB VIII

9.2K 372 8
                                    

Tiana sedang berada di balkon kamar Derren sambil berjalan mondar-mandir. Tadi dia habis menerima telfon dari seseorang. Dan sekerang dia bingung, bagaimana caranya untuk meminta izin ke Derren soal ini.

Hufttt, Tiana menghela nafas kasar dan berjalan menuju tempat tidur. Tiana membaringkan diri disebelah Derren yang sedang mengerjakan sesuatu.

Tiana menghadap kearah derren sambil mengamati derren yang sedang asik mengetik sesuatu di laptopnya.

"Kamu itu kenapa ngeliatin aku terus, aku tau aku ganteng dan mempesona". Kata Derren dengan tak melepaskan pandangnnya dari laptop

"Ishh kepedean". Kata Tiana sinis

"Ekhm, aku mau ngomong sesuatu bisa?". Tanya Tiana ragu

Derren yang memalingkan wajahnya kearah sang istri. Tumben istrinya ini lembut biasanya juga jutek.

"Apa". Tanya Derren

"Ehm...sebenarnya, aduh gimana ya". Gumam Tiana gugup sambil menundukkan pandangannya

Derren yang merasa memang ada hal penting yang akan disampaikan sang istri, ia meletakkan laptop dan fokus ke istrinya.

"Sini dehh". Kata derren sambil menepuk sisi ranjang yang kosong

Tiana menurut lalu duduk disamping derren. Derren menarik tiana agar masuk kedalam pelukannya agar tiana merasa nyaman.

 Tiana awalnya ingin memberontak, tapi tak jadi karena berada didekapan derren ternyata sangat nyaman.
Terbukti ketika tiana malah memilih bersandar didadanya.

"Ngomong deh sekarang". Kata derren sambil mencium dan mengusap rambut tiana

"Aku tadi dapat telfon ". Kata tiana yang dibalas ciuman dipucuk kepalanya. Derren akan mendengarkan tiana sampai selesai bicara baru akan menanggapinya

"Dari kampus yang waktu itu aku daftar beasiswa, dan ternyata diterima. Tadi pihak kampus telfon minta aku buat konfirmasi untuk mengurus persyaratan yang harus dilengkapi. Tapi aku bingung....". Kata tiana gugup

"Trus kenapa?". Tanya Derren dia baru tau kalau istrinya ini ternyata sudah mengajukan program beasiswa. Sebenarnya dia sudah memikirkan akan untuk mendaftarkan sang istri dikampus milik temannya.

"Aku mau minta izin buat lanjutin pendidikan boleh?". Tanya tiana ragu sambil mendongak melihat wajah derren. Agar dia tau ekspresi apa yang akan suaminya berikan saat dia meminta izin.

"Tapi tenang aja, aku keterimanya dijakarta kok". Kata tiana sambil menunjukkan wajah poppy eyesnya

Derren menatap sang istri. Tak biasanya istrinya menunjukkan ekspresi menggemaskan seperti ini. Biasanya yang ditunjukkan hanya ekspresi jutek ke dirinya.

"Boleh, nanti aku bantu buat siapin berkas-berkas dan antar ke kampus kamu itu". Kata Derren

"Aaahkk, terima kasih ayah". Kata Tiana sambil memeluk derren.

Derren yang mendapatkan pelukan  secara tiba-tiba radak shok tapi langsung membalasnya, jika ada kesempatan jangan pernah disia-siakan. Itu motto Derren.

Tiana berusaha melepaskan pelukaannya dari derren. Tapi Derren tidak ingin melepaskan pelukannya.

"Mau kemana sihh baru juga sebentar dipeluknya". Protes Derren

"Mau tidur, ngantuk". Kata Tiana sambil mendongak melihat ke arah Derren

Derren menatap mata Tiana dalam begitupun dengan Tiana. Pandangan Derren beralih ke bibir merah sang istri. Kedua tangan derren yang awalnya berada dipinggang Tiana, kini salah satunya sudah beralih berada dibelakang tengkung Tiana. Tiana memejamkan mata saat tau apa yang diinginkan sang suami.

Tiana PrameswariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang