BAB IV

10.8K 441 13
                                    

Tiana sedang duduk di kursi meja rias sambil memakai ­skincare rutin miliknya. Tiana memang bukan tipe wanita yang hobi berdandan, dia hanya akan berdandan seperlunya itupun hanya make-up tipis bukan yang tebal atau menor dia lebih suka memakai skincare.

Ceklek...

Suara pintu kakamr terbuka, Derren memasuki kamarnya saat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam lewat, dia baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja. Derren melirik kearah Tiana yang sedang asik merawat diri. Derren masih tidak menyangkan akan menikah untuk kedua kalinya bahkan dia menikah dengan gadis yang umurnya jauh dibawahnya. Derren melangkah menuju ranjang untuk segera mengistirahatkan badannya karena besok pagi dia akan metting ke luar kota untuk meninjau proyeknya.

Tiana menuju tempat tidur dan mulai berbaring disebelah Derren, sebenarnya Tiana ingin mengatakan sesuatu pada Derren, tapi melihat Derren yang sudah terlelap dalam tidurnya Tiana pun mengurungkan niatnya.

"Huffttt, lain kali saja kalua begitu". Gumam Tiana dan mulai memejamkan mata menuju alam mimpi.

Saat baru memejamkan matanya Tiana merasakan sebuah tangan melingkar di atas perutnya dan deru nafas Derren di bagian lehernya.

"istt, berat ihh". Gumam Tiana berusaha menyingkirkan tangan Derren dari atas perutnya. Namun usahnya sia-sia dia hanya bisa menghela nafas dan membiarkan tangan Derren memeluk tubuhnya walaupun sebenarnya Tiana risih dengan itu. Tiana melirik sekilas wajah Derren yang tengah tertidur dengan lelap disertai dengkuran halus. Tampan. Satu kata yang ada dibenak Tiana. Ya walaupun Derren bisa dikatakan berumur tapi masih kelihatan tampan dan hot apalagi saat sedang bersama anak-anaknya. Tiana menggelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran-pikiran aneh tentang sang suami.

*****

Tiana yang sudah terbiasa bangun dipagi haripun sudah terbangun dan saat membuka mata pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Derren yang sekarang wajahnya tepat berada dihadapan payudaranya. Tiana sontak melotot dengan apa yang dia lihat bagaimana bisa Derren justru berada didalam dekapannya padahal semalam dialah yang didekap oleh Derren. Tiana bergerak perlahan untuk melepaskan pelukan Derren.

Huftttt...

Tiana menghela nafas lega saat berhasil terlepas dari duda mesum itu, dia melirik kearah Derren yang sedang menggeliat mencari posisi nyaman dan melanjutkan acara tidurnya. Sedangkan Tiana masih menetralkan detak jantungnya yang sedari tadi berdetak sangat kencang.

Brak brakk brakkkk

"ommmyyyyyy". Teriak bos kecilnya dari balik pintu kamar

"Iyaaa tunggu sebentar". Kata Tiana sambal bergegas membuka pintu dan terlihat Kenzo dan Kenzi yang sedang mendongak menatapnya.

" Kenapa boys?". Tanya Tiana pada kedua jagoannya itu

" Cucu". Jawab Kenzo dengan menyerahkan botol dot miliknya pada sang mommy. Ya Kenzo memang masih minum susu menggunakan dot kesayangnnya itu, tanpa dot itu hidupnya akan hampa. Batita berusia 2,5 tahun itu masih belum mau lepas dari dot susu kesayangnnya itu.

"ohh ayo kita kedapur, mommy buatkan". Ajak Tiana sambal menggendong Kenzo dan menggandeng Kenzi menuju kedapur.

Sesampainya dibawah Kenzi berlalu menuju ruang keluarga dan menyalakan tv menonton serial favoritnya dipagi hari si kembar botak dan sikotak berwarna kuning. Sedangkan Kenzo dia dudukkan di sofa samping Kenzi. Tiana berlalu menuju dapur membuatka susu untuk Kenzo.

"NIhh susunya diminum ya, dan ini satunya buat abang". Tiana datang membawa satu gelas susu untuk Kenzi dan satu dot berisi susu coklat favorit Kenzo

"Maacihh/makasih mom". Jawab Kenzi dan Kenzo bersamaan.

Tiana PrameswariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang