06 - Vasha Nafisha

71 49 116
                                    

Vasha Nafisha, terdiam diri di balkon kamarnya. Dia terus menatap kakinya yang kini tidak bisa membantu dirinya untuk berdiri. Hanya kursi roda yang membantunya selama satu tahun ini.

Ya, satu tahun yang lalu kakinya berhenti berfungsi akibat kecelakaan yang dialaminya. Vasha tidak menangis, tapi raut wajahnya seolah-olah memberitahu bahwa ada luka dan kesedihan disana.

Vasha bukan tidak bisa menangis, tapi dia lelah. Percuma menumpahkan air matanya jika apa yang ia tangisi tidak akan bisa kembali pada genggamannya.

"Sayang" panggil seseorang dari pintu balkon. Seketika raut wajah Vasha berubah ceria. Vasha sangat pandai untuk merubah raut wajahnya.

"Bang Davi, kenapa baru kesini?" Tanya Vasha. Davian tersenyum lalu berlutut di depan Vasha.

"Maaf, abang baru sempat kesini jengukin kamu. Apa kabar sayang?" Tanya Davian sambil mengusap lembut pipi adiknya.

"Aku baik bang. Besok aku mulai terapi lagi"

"Iya abang tahu. Kamu ngapain malem-malem gini di balkon?" Tanya Davian lagi sambil mendorong kursi roda Vasha untuk masuk kembali ke kamarnya.

"Aku lagi liatin bintang, tapi bintangnya engga mau ketemu aku"

"Mana ada bintang keluar saat ada hujan" goda Davian sambil mencubit pelan hidung Vasha.

Hujan yang dimaksud Davian adalah Vasha. Nama Vasha memiliki arti hujan.

"Ih Abang, jangan cubit-cubit hidung Aku. Nanti aku bilangin Mama loh"

"Kan pelan-pelan. Mama mana? Kok Abang engga liat Mama di bawah?"

"Mama lagi ke rumah sakit. Salah satu karyawan Mama ada yang kecelakaan, jadi Mama harus cek kesana"

"Oh gitu. Kamu udah makan?"

"Udah, Abang belum ya?"

"Abang juga udah. Tadi di jalan Abang beliin pudding kesukaan kamu, kebawah yuk"

"Oke bos"

Davian kembali mendorong kursi roda keluar dari kamar Vasha menuju lift dalam rumah.

Semenjak Vasha di vonis lumpuh, orangtua Vasha langsung membangun Lift dalam rumahnya karena posisi kamar Vasha ada dilantai dua.

"Enak engga?" Tanya Davian sambil melihat Vasha tengah menyantap pudding Mangga kesukaan gadis manis itu.

"Enak banget"

"Abang udah beliin banyak, udah abang masukin juga ke kulkas. Tapi sebelum makan pudding, harus makan nasi dulu ya biar engga sakit perut"

"Siap bos" kata Vasha sambil tersenyum

"Dasar"

"Bang.." panggil Vasha

"Hmm"

"Kabar Papa gimana?" Tanya Vasha kemudian.

Entah mungkin hanya perasaan Davian saja, semenjak Vasha kecelakaan satu tahun yang lalu, hubungan antara adik dan Papanya kurang begitu dekat. Padahal dulu sang Papa selalu menemui Vasha walaupun Papa dan Mama nya telah bercerai lima tahun yang lalu.

DAVIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang