Tiba saatnya bel pulang berbunyi, semua murid SMK Pelita segera pulang saat hujan mulai reda. Langit masih mendung, sewaktu-waktu hujan akan kembali mengguyur bumi.
Rheta bangkit dari duduknya ingin mendekati Yudha tapi di hadang oleh Bagas. Rheta menatap Bagas sambil mengernyit.
“Awas, Gas” kata Rheta.
“Mau kemana?” Tanya Bagas.
“Ajakin Yudha pulang lah” jawab Rheta
“Lo ikut pulang bareng gue” kata Bagas.
“Tapi kan gue mau sama Yudha”
“Pulang bareng gue” kata Bagas lagi lalu menarik lengan Rheta.
“Bagas ih, dasar tukang maksa” gumam Rheta, tapi akhirnya Rheta mau juga pulang bareng Bagas.
Btw awalnya Rheta dan Bagas tidak dekat, tapi semenjak kelas sebelas dan semenjak Bagas tidak suka melihat Yudha risih di dekati Rheta, akhirnya dia sendiri yang berusaha mendekati Rheta agar Rheta tidak mengganggu Yudha.
“Jangan cemberut” kata Bagas sambil memasangkan helm pada Rheta di gedung parkiran.
“Kenapa lo suka hadang gue kalo gue lagi pengen deket sama Yudha? Gue kan pengen di anter pulang sama Yudha, Gas. Bukan sama lo” kata Rheta.
“Karena gue engga suka lo deket sama Yudha”
“Kenapa engga suka? Yudha kan sahabat lo”
“Karena gue suka sama lo” Bagas memberitahu. Dia naik keatas motornya.
“Apa lo bilang?”
“Engga ada siaran ulang”
“Ihhh Bagasssss”
“Cepetan naik, keburu ujan ntar” kata Bagas. Rheta pun akhirnya naik keatas motor dengan wajah cemberut.
Belum jauh dari sekolah, hujan kembali turun membuat Bagas terpaksa menepikan motornya kembali.
“Ihh kenapa harus hujan sih” gumam Rheta setelah Dia dan Bagas berteduk.
“Engga boleh gitu, hujan itu anugerah” kata Bagas di sampingnya.
“Gas …”
“Hmm ..”
“Lo suka gue?”
“Hmm ..”
“Tapi kan lo tau gue suka sama Yudha”
“Lo Cuma kagum sama dia, bukan suka”
“Kagum?”
“Hmm ..”
“Tapi Yudha kayaknya suka juga sama gue”
“Kenapa lo yakin kalo Yudha suka sama lo?”
“Selama ini dia selalu baik, perhatian dan dia suka peduli sama gue”
“Sikap Yudha emang gitu ke siapapun kan? Ke Lakes yang lain juga dia gitu. Jadi lo pikir Yudha juga suka sama anggota Lakes?”
“Tapi …”
“Gue bakal tunggu lo sampe lo bisa lihat gue, bukan Cuma liat Yudha” kata Bagas sukses membuat Rheta terdiam.
***
Sementara di sekolah, Liana terjebak hujan dan belum bisa pulang. Tadi saat bel pulang berbunyi, Liana harus kembali ke perpustakaan untuk mengembalikan buku paket yang ia pinjam tadi pagi. Akhirnya disini lah dia, berdiri di luar kelas menatap hujan turun yang semakin deras.
“Harusnya tadi gue suruh Dhara tungguin, kan biar engga kejebak ujan gini” gumam Liana.
Tiba-tiba seseorang menyampirkan sebuah jaket pada tubuh Liana. Liana sontak menoleh.
“Astaga, Davian. Lo ngagetin gue aja” kata Liana.
“Kenapa masih di sekolah?”
“Tadi abis dari perpus”
“Dhara dan Vishaka?”
“Mereka berdua udah pulang”
“Kalo gitu lo balik sama gue”
“Iya”
Beberapa saat mereka berdua terdiam, Davian mengangkat kepalanya menatap langit.
“Li” panggil Davian
“Hmm, kenapa?”
“Lo mau ujan-ujanan engga?”
“Ujan-ujanan?”
“Hmm, kayaknya bakal lama, kita ujan-ujanan aja” kata Davian, belum sempat Liana menjawab, Davian menarik tangan Liana berlari menuju gedung parkiran dengan menembus guyuran hujan.
Yudha sejak tadi berdiri tidak jauh dari tempat Liana berusaha tersenyum walaupun sebenarnya dia cemburu melihat kedekatan Liana dan Davian. Tapi dia tidak bisa memaksa Liana untuk menjauhi Davian Karena Yudha sadar posisi.
***
TBCSerius part ini menurut gue aneh
***
Minggu kemarin harusnya update 2 kali tapi gue update sekali, maaf ya.
Laporan di kantor numpuk banget astagfirullah, belum lagi ngurus anak.
Gini nih wanita karir + ibu rumah tangga, harus pinter bagi-bagi tugas.
See you guys, mudah-mudahan bisa update hari minggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVIAN
Teen Fiction"Cinta ga harus dimiliki bukan? gue memang cinta sama lo, tapi bukan berarti gue bisa paksa lo untuk nerima hati gue. Lo bahagia, itu sudah lebih dari cukup bikin gue ikut bahagia" _Davian_