09 - Davian Marah

49 38 100
                                    

“Terimakasih” kata Vasha pada si pemuda setelah selesai di obati oleh seorang perawat. Pemuda yang menolongnya mengangguk dan tersenyum. Kini mereka berada di sebuah klinik yang berada tidak jauh dari taman sempur.

“Lain kali hati-hati ya, nama kamu siapa?”

“Vasha, nama kakak?”

“Aku Damar. Kamu ke sempur tadi sama siapa?” tanya si pemuda yang ternyata bernama Damar.

“Sama Mba Mimi dan Mang Yaya”

“Hmm karena itu udah setengah jam yang lalu, aku yakin mereka udah engga ada di sempur dan pasti lagi nyari kamu. Aku antar pulang aja ya”

“Iya kak”

“Sebelumnya aku minta maaf udah ninggalin kursi roda kamu di sempur, tadi aku panik liat darah kamu” kata Damar menyesal.

“Engga apa-apa, mungkin udah sama Mba Mimi sekarang”

“Yaudah aku pesan taxi online dulu ya, aku engga mungkin bawa kamu pulang dengan motor aku” kata Damar kemudian merogoh ponsel miliknya di dalam kantong celana lalu membuka aplikasi taxi online di dalam ponsel.

“Alamat kamu dimana, Sha?”

“Perumahan Dramaga kak”

“Oh ya, blok berapa? Kebetulan aku juga tinggal disana, aku di blok M5 ”

“Aku Blok B1 kak”

“Hmm oke, udah aku pesan taxi online nya” kata Damar, Vasha mengangguk.

Tidak sampai lima menit, Damar mendapat notifikasi dari pengemudi.

“Taxi nya udah di depan, kita keluar ya. Maaf aku gendong ya, Sha” kata Damar sebelum mengangkat tubuh Vasha. Vasha kembali mengangguk. Damar tipe cowok sopan, dia meminta izin terlebih dahulu sebelum menggendong tubuh Vasha.

Vasha melingkarkan kedua tangannya di leher Damar. Damar membawa Vasha keluar dari klinik menuju taxi yang sudah menunggunya.

Karena melihat calon penumpang nya menggendong seseorang, sang supir langsung keluar dan membantu membuka pintu mobil belakang agar Damar bisa lebih mudah membawa masuk Vasha.

“Sekali lagi terimakasih kak” kata Vasha setelah duduk di dalam mobil, Damar tersenyum lalu ikut duduk di sebelah Vasha.

“Jalan pak” perintah Damar.

“Loh kok kakak ikut masuk?” tanya Vasha bingung.

“Aku harus pastikan kamu pulang sampai rumah dengan selamat”

“Tapi motor kakak gimana?” tanya Vasha lagi.

“Aman, engga bakal ilang kok, kalo ilang tinggal minta beli lagi” kata Damar bercanda. Vasha tersenyum.

“Dasar” gumam Vasha.

Damar ikut tersenyum lalu mengelus puncak kepala Vasha. Tiba-tiba Vasha mengingat masalalu. Setetes air mata jatuh ke pipi nya namun Vasha segera sadar dan menghapus air matanya.

“Kenapa, Sha? Kok nangis. Ada yang sakit?” tanya Damar panik melihat air mata Vasha. Vasha menggeleng.

“Aku ga apa-apa kak”

***   

Hampir empat puluh lima menit di perjalanan karena terjebak macet, akhirnya Vasha dan Damar sampai di depan rumah Vasha. Mba Mimi dan Mang Yaya, langsung berlari keluar rumah setelah mendengar suara klakson mobil datang.

Mba Mimi dan Mang Yaya bernafas lega, akhirnya anak majikan mereka telah pulang.

“Alhamdulilah, non Vasha akhirnya pulang” gumam Mba Mimi. Sementara Mang Yaya membantu Damar mendudukan Vasha di kursi roda.

DAVIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang