"Mba Mimiii. Mbaaa" teriak Vasha dari kamar. Beberapa saat kemudian seorang wanita yang berumur lima tahun lebih tua dari Vasha datang menghampiri.
"Ada apa non Vasha?"
"Temenin aku ke Sempur yuk, Mba"
"Tunggu Ibu pulang ya, Non. Saya engga berani bawa Non Vasha keluar rumah"
"Tapi aku pengen ke sempur Mba" rengek Vasha.
"Kalau begitu saya minta izin Den Davi dulu ya, Non"
"Engga boleh! Abang engga bakal izinin" tolak Vasha.
"Nah itu non tau engga bakal dapat izin dari Den Davi. Kalau kita ke Sempur terus Den Davi tau, Mba entar yang di marahin, Non"
"Aku yang tanggung jawab, Mba. Ayo Mba"
"Aduh Non, nanti ya nunggu Ibu pulang dulu"
"Kalo Mba engga mau nemenin aku, aku bisa sendiri sama Mang Yaya"
"Iya deh Non, yaudah ayo" desah Mba Mimi, Vasha tersenyum.
Mba Mimi mendorong kursi roda Vasha keluar. Setelah berada di teras, Mba Mimi dengan di bantu Mang Yaya menggendong Vasha untuk masuk ke dalam mobil.
Jarak taman sempur dari rumah Vasha tidak dekat, bisa menghabiskan waktu tiga puluh menit jika tidak terhalang macet.
Vasha tersenyum setelah berada di taman, ia memejamkan matanya lalu menghirup udara sekitar. Vasha memang sangat ingin keluar rumah, tapi tidak pernah ada yang mengizinkan Vasha keluar rumah karena mungkin keadaan Vasha yang menggunakan kursi roda.
"Mba, aku haus" kata Vasha.
"Aduh Mba lupa engga bawa minum. Non Vasha tunggu disini ya, jangan kemana-mana, mba cari warung dulu"
"Oke mba"
"Janji tunggu disini ya, Non"
"Iya Mba. Janji" kata Vasha lagi, Mba Mimi mengangguk lalu meninggalkan Vasha.
Vasha mendongak kan kepalanya menatap langit. Matahari tengah bersembunyi di balik awan, seakan tidak ingin bertemu dengan Vasha.
"Kenapa kak? Kenapa kita jadi seperti ini? Kenapa seolah-olah kamu tidak lagi memperdulikan aku? Kenapa? Apakah aku sudah tidak ada di hatimu kak?" Vasha berbicara pada matahari yang bersembunyi dibalik awan.
Vasha terkejut saat kupu-kupu hinggap di tangan kanannya.
"Hai manis" sapa Vasha pada kupu-kupu berwarna cantik itu, Vasha tersenyum. Tapi senyumannya hilang saat kupu kupu kembali terbang perlahan meninggalkan Vasha.
"Eh mau kemana, tungguin" kata Vasha. Dengan susah payah, Vasha memutar kursi roda nya untuk mengejar kupu-kupu tadi. Vasha terus saja mengejar kupu-kupu hingga tidak sadar d depannya ada jalan turunan.
Vasha panik saat kursi rodanya tidak bisa ia kendalikan. Tangannya pun terluka akibat memaksa menghentikan laju kursi roda. Akhirnya Vasha menutup mata dengan kedua tangan, dia pasrah jika harus terjatuh dari kursi roda miliknya.
Entah karena apa, laju kursi roda akhirnya berhenti dan posisi Vasha masih berada diatas kursi roda. Perlahan Vasha menurunkan kedua tangannya dan menatap seorang pemuda menggunakan baju basket tengah menahan kursi rodanya dengan wajah panik.
"Kamu engga apa-apa?" Tanya pemuda itu dengan nafas memburu.
Vasha hanya diam, masih syok karena hampir celaka.
"Hei, kamu engga apa-apa kan?" Tanya pemuda itu lagi sambil memegang tangan Vasha. Lagi lagi Vasha diam tidak menjawab. Vasha hanya membuka kedua telapak tangannya yang kini mengeluarkan darah segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVIAN
Teen Fiction"Cinta ga harus dimiliki bukan? gue memang cinta sama lo, tapi bukan berarti gue bisa paksa lo untuk nerima hati gue. Lo bahagia, itu sudah lebih dari cukup bikin gue ikut bahagia" _Davian_