Bab 11

209 27 1
                                    

Sudah sekitar dua hari Jeno di rawat di rumah sakit. Banyak portal  berita yang memberitakan dirinya terkait percobaan bunuh diri yang ia alami, Jeno pun heran bagaimana berita itu bisa tersebar dengan sangat cepat. Atau mungkin karena dia adalah anak dari Jung Yunho seorang pengusaha   "JEH¥ §eoul" yang berjalan di bidnag perhotelan.

Hotel  tersebut sudah bercabang di beberapa kota dan terdapat juga di LA, tak hanya hotel  orang tua Jeno memiliki usaha peninggalan milik Almarhum istinya, yakni cafe yang bernama "BiA Cafe" memiliki 3 cabang salah satunya berada di busan yang di kelola oleh Jeno. sehingga apapun yang terjadi padanya menjadi sorotan publik, entahlah yang jelas Jeno tak ingin memikirkan hal itu.

Keadaan Jeno sudah lumayan membaik, ia juga sudah 2 kali mengikuti terapi untuk mengatasi depresinya.  Ia sudah bisa duduk bersandar, karena luka di perutnya sudah mulai mengering. Hanya saja Jeno tidak boleh terlalu banyak bergerak.

Tadi kepala sekolah dan wali kelasnya juga sempat datang menjenguk keadaan Jeno, ia memberikan toleransi peringanan hukuman terhadap Jeno sampai ia benar-benar sembuh dan bisa masuk sekolah, maka ia harus menjalankan konsekuensi karena telah membolos tiga hari dan tidak mengikuti pembelajaran matematika selama 4 kali pertemuan.

Jeno duduk bersandar di tempat tidur pasien di temani oleh Yunho Appanya. Ia melihat beberapa serial televisi yang tayang, untuk mengatasi rasa bosan berada di dalam ruang rumah sakit.

"Appa, bolehkah kita berbicara sebentar " kata Jeno

"Boleh, apa yang ingin kau bicarakan " Kata Yunho mendekat ke arah Jeno, duduk di kursi samping tempat tidur pasien.

"Kemarin aku meminta taemin hyung untuk memberikan laporan terkait tunjangan terhadap keluarga Jaemin" kata Jeno jujur.

"Em, appa sudah mengetahuinya" kata yunho

"Maaf aku tidak memberitahu" kata Jeno

"Tidak papa, apa ada masalah?" Tanya Yunho

"Aku hanya bingung, kenapa Jaemin bekerja paruh waktu ke sana kemari untuk melunasi hutang pengobatan terapi miliknya terhadap rentenir. Bukankah harusnya ia bisa menggunakan uang yang Appa beri untuk semua keperluan hidupnya" kata Jeno

"Benarkah? Appa selalu mengirim dengan rutin. Bagaimana bisa itu terjadi, apa kamu sudah menanyakan kepada Jaemin?" Kata Yunho terkejut

"Belum, butuh waktu untuk ku berbaikan dengannya. Baru aku bisa menanyakan banyak hal padanya. Sebaiknya Appa hentikan dulu mengirim uang ke rekening itu, Jeno memiliki firasat buruk terkait hal itu, Mungkin rekening itu di salah gunakan dengan seseorang " kata Jeno

"Em, bisa jadi seperti itu. Nanti appa akan mencari tahu ke bank, tentang penarikan dana yang ada di rekening itu" kata yunho

"Baiklah, aku mempercayaimu. Appa kau tau, Jaemin tinggal seorang diri. Bibinya bekerja menjadi TKA di china, dia sering membolos sekolah karena Jaemin harus bekerja paru waktu. Aku sangat sedih ketika mengetahui hal itu, bukankah aku sangat Jahat? Membuatnya tinggal sendiri tanpa orang tua di sisinya. Aku seorang pembunuh" kata Jeno lirih, ia menagis sesenggukan di depan sang ayah.

Jeno merasa sesak pada dadanya setiap kali mengingat hal itu. Ia merasa sangat bersalah dan tidak tau harus bertindak apa, ia hanya ingin menumpahkan semua beban yang selama ini ia pendam terhadap Appanya.

Yunho yang tau akan kesedihan yang di alami Jeno Pun, bangkit dari kursi dan mendekat ke arah anaknya. Ia memeluknya dan mengusap kepala Jeno dengan sayang. Ia berfikir setelah 3 tahun kejadian itu, jeno sudah melupakannya dan sudah hidup dengan baik. Namun pikirannya salah, Bahkan sampai saat ini Jeno masih mengingat betul bagaimana kejadian itu ia alami, yunho tidak menyadari bahwa anaknya ini dalam keadaan yang sulit.

friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang