Bab 6 part 2

312 22 0
                                    

Jaemin duduk di sofa ruang tengah dengan semangkuk ramen yang ada di tanganya. Saluran Tv menyala menyiarkan beberapa program televisi. Ia tidak fokus melihat program acara tersebut melainkan Jaemin terdiam melamun dengan begitu banyak memori yang terekam kembali dalam ingatannya beberapa tahun yang lalu.

Flashback on.

Setelah dua hari mengalami kritis kini Jaemin sudah tersadar. Ia memaksakan diri untuk duduk di kursi roda karena tubuhnya yang masih lemas dan kakinya yang masih sakit untuk bergerak.

Kursi roda yang di dorong oleh bibinya berjalan menuju ke arah ruang rawat UGD  yang berada yang terletak di lantai tiga.

Dengan wajah pucat dengan perban di dahi, tangan, menggunakan gips pada salah satu kakinya dan memakai alat Cervical Collar  yang terpasang di lehernya agar cidera leher yang dia alami tidak semakin parah. Ia memandang ke arah kaca ruang UGD yang menampakan seorang perempuan paruh baya terbaring lemas di ranjang rumah sakit dengan beberapa perban, dan beberapa alat medis yang terpasang di tubuh nya.

Jaemin diam tidak berucap apapun yang keluar dari mulutnya, namun dapat kita lihat dari sorot matanya yang memperlihatkan betapa sedihnya dia melihat keadaan ibunya yang sedang berjuang antara hidup dan mati.

"Kamu tidak perlu khawatir Jaemin~na, ibumu akan baik-baik saja. Kita hanya perlu mendokanya" kata bibinya menenagkan Jaemin.

"Em" kata Jaemin singkat, namun air matanya menetes deras keluar membasahi pipinya.

Setelah beberapa menit melihat keadaan ibunya, Jaemin kembali ke lantai Empat untuk melihat keadaan Jeno.

Ia menatap Sendu kearah Jaehyun yang berada di luar ruangan milik sahabatnya.

"Bagaimana keadaan mu? Kenapa kamu kesini" tanya Jaehyun khawatir mendekat ke arah Jaemin

"Gwenchana, b bo leh kah aku masuk" kata Jaemin lirih dengan wajah yang pucat

"Baiklah, aku antar" kata Jaehyun mengambil alih kursi roda yang di dorong oleh bibi Jaemin.

Jaehyun mendorong kursi roda milik Jaemin masuk ke dalam ruang L.4. R. 02VIP tempat Jeno berada.

"Mungkin kau butuh waktu sendiri, aku akan keluar terlebih dahulu. Nanti kalau sudah, aku akan kembali lagi" kata Jaehyun memberi ruang Jaemin untuk berada di ruang rawat Jeno sendirian.

Sepeninggalan Jaehyun, Jaemin menumpahkan semua tangisnya di samping ranjang ruang rawat Jeno yang mana di sana terbaring lemah tubuh Jeno dengan wajah yang sama pucat nya dengan dirinya dan beberapa luka di tubuhnya.

"ish, ke kenapa kau sangat bodoh Jeno~ya" kata Jaemin lirih sambil menangis tersedu-sedu.

"Kau tau aku sudah mati-matian menyelamatkanmu,tapi tetap saja kau mengalami hal yang sama dan bahkan ibuku juga mengalaminya" kata Jaemin menagis.

"Yakk kau harus bangun dan bertanggung Jawab, sekkia." Kata Jaemin sedikit mengeraskan suaranya yang masih terdengar lemah, suaranya serak karena sambil menangis.

Mata Jeno terpejam namun jiwa dan telinganya tidak tuli, seakan mendengar apa yang di bicarakan oleh Jaemin. Air mata milik Jeno mengalir keluar dengan mata yang masih terpejam.

Flashback off

Ingatan tiga tahun yang lalu kembali berputar di otak Jaemin secara tiba-tiba. Kedua matanya kini tengah berkaca-kaca, ia meletakan mangkuk ramen dengan kasar di atas meja yang ada di hadapannya.

Jaemin mengusap wajahnya kasar, ia membaringkan tubuh nya di sofa. Jaemin menatap ke arah televisi dengan tatapan kosong.

Tuhan, bayangan itu selalu hadir dalam pikiran membuat rasa sakit kembali terasa saat mengingatnya. Kata Jaemin dalam Hati.

friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang