19 - Permintaan

639 120 45
                                    


Ada yang kangen gak? Hehehe

Selamat membaca yaa 🤗


**

Setelah kepulangan Tegar dan Gita tiga hari lalu, Mina menghembuskan nafasnya dengan lega kala melihat draft kartu keluarga yang di kirimkan oleh Gita melalui WhatsApp.

Entah berapa uang yang wanita itu habiskan untuk Mina karena prosesnya tergolong cepat, tapi Mina tidak peduli. Yang terpenting, apa yang ia mau sudah ditangannya sekarang.

Sedikit merapikan rambutnya, Mina tersenyum di hadapan cermin. Hari ini ia akan menengok Aru, bersama Mirza.

Pada saat keluar dari kamar, Mina dapat melihat Mirza yang tengah berdiri di daun pintu masuk, menatap ke arahnya— ada rasa sedikit haru saat lelaki itu tersenyum padanya.

"Sudah siap?" tanya Mirza, Mina menganggukan kepalanya, namun langkahnya terhenti sebentar dan segera menutup pintu yang terbuka.

"Mas..." Mirza yang ada di hadapan Mina tersenyum lembut, menggumam tanda menyahut.

"Bisa peluk aku, sebentar saja?" ucap Mina dengan suara pelan, sedikit malu. Namun Mirza segera menarik Mina kedalam pelukannya, hangat, tenang, seperti biasa.

Tak ada yang berubah, saat ini. Mina memejamkan mata di pelukan Mirza, menarik punggung lelaki itu dengan sangat erat. Mirza tersenyum dan mengusap lembut punggung Mina.

Pelukannya tidak di lepas selama kurang lima belas menit, ketika terlepas, Mina memberanikan diri untuk membiarkan tangannya dalam genggaman sang lelaki yang menuntunnya ke dalam mobil.

Biarkan saja, sejenak sebelum semuanya berakhir.

**

"TANTE MINAAAA!" Aru berseru dengan riang dan melompat kegirangan ketika Mina turun dari mobil bersama Mirza.

Mina tak dapat menahan kegemasannya pada anak lelaki Mirza, segera ia memeluk Aru lalu menciumi kedua pipinya yang berwarna merah semu.

"Aru sudah sembuh? Kenapa bermain diluar?" tanya Mina dengan lembut, mengusap rambut keriting dan menatap mata bulat Aru.

"Sudah, karena Tante mau datang, jadi aku langsung sembuh!" serunya, yang membuat Mina tersenyum lalu menyerahkan paperbag ditangannya.

Aru sedikit melirik pada Mirza sebelum menerimanya, lalu ketika melihat Mirza tersenyum dan mengangguk, ia kembali menatap Mina dengan senyum manisnya.

"Terima kasih, Tante Mina yang sangaaaaat cantik!" Aru menghambur lagi pada pelukan Mina, menghujani pipi Mina dengan kecupan ringan, yang terpaksa harus membuat Mirza menghentikannya.

"Aru, tidak boleh begitu." ujar Mirza, namun Aru tertawa sambil masuk kedalam, memamerkan hadiah dari Mina kali ini, syal dan topi rajut hasil buatan Mina sendiri.

"Kenapa tidak boleh? Aku suka dicium oleh Aru." jahil Mina sambil mengambil posisi berdiri dihadapan Mirza.

"Entahlah, saya tidak pernah merasa iri pada anak kecil sebelumnya." ucap Mirza pelan tetapi Mina masih bisa mendengarnya, Mina tertawa sedikit, lalu berbisik di telinga Mirza.

"Mau lagi?" telinga Mirza seketika memerah mendengar bisikan Mina, ia segera menjauh dan Mina tertawa puas sambil melangkah menuju kedalam rumah Mirza menyusul Aru.

Meninggalkan Mirza dengan jawaban iya.

**

Mina sedikit berbincang dengan Dhiza ketika Mirza tengah memandikan Aru dengan air hangat. Terus terang saja keadaannya sedikit mulai canggung, karena percakapan keduanya terakhir kali.

Bittersweet ; MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang