Pagi hari datang.Setelah semalaman sibuk memikirkan apa yang harus ia lakukan saat ini, agar bisa mengembalikan apa yang Tegar dan Gita berikan, dan ia pergi sejauh-jauhnya. Sampai ia menemukan solusi yang tepat.
Mina terbangun, mengerjapkan matanya tanpa menggerakan tubuhnya sedikitpun.
Ia hanya membuka mata, melamun. Hidupnya seolah tak memiliki arti untuk saat ini. Tetapi mau tak mau, Mina harus menjalaninya.
Apa aku mati saja?
Mas Yuta juga belum tentu bisa terbangun. Lalu, aku berjuang untuk siapa?
Begitu kiranya yang Mina pikirkan. Ia hampir saja menyeret langkah kakinya ke dapur dan mengambil sebilah pisau dapur tadi malam.
Namun rencananya gagal karena penjaganya berada disana. Membuat kopi, rupanya. Masih Mina ingat.
Mbak, terbangun ya? Mau minum?
Sapaan itu tadi malam membuat Mina terdiam, tak menjawab. Ia hanya bisa kembali ke kamarnya dan mencoba tertidur dengan tenang.
***
"Berisik." Gumam Mina saat ia mendengar gemuruh suara mobil berdatangan ke halaman rumahnya, mau tak mau ia segera keluar dari dalam kamar, membuka pintu tinggi dihadapannya dengan lebar.
Matanya terkejut begitu melihat beberapa furnitur yang masih ada diatas mobil bak tersebut.
Gita, ini pasti ulah Gita. Pikirnya.
Fokusnya kembali, dan kakinya beringsut mundur ketika salah seorang pengawal menghampiri, yang masih Mina ingat ia bernama Mirza.
"Mbak, karpet mau dipasang sekarang?" Mina hanya memiringkan tubuhnya— memberi izin masuk dan mengangguk kecil, ia juga segera masuk kedalam kamar untuk mengambil ponselnya.
Sementara Mirza, lelaki itu mengisyaratkan para tukang untuk bebenah rumah Mina, memasang karpet, menempatkan sofa, televisi, dan beberapa furnitur lainnya.
Meskipun dalam hatinya bertanya, apakah majikannya ini akan suka? Ah, itu urusan belakangan.
"Mir," Mirza menoleh, menghampiri Banda yang berdiri didekat mobil bak.
"Ada gosip," ujar Banda yang membuat Mirza tertawa kecil namun sedikit penasaran.
"Menurut lo, cewek itu siapanya Pak Tegar?" Mirza menyipitkan matanya.
"Adeknya, kalo kata saya." Banda refleks mencibir.
"Mentang-mentang balik kampung halaman, gak mau pake lo gue lagi nih kayak kita kemaren-kemaren di Jekardah?" kata Banda, Mirza menganggukan kepalanya.
"Bisa custom, Nda. Btw gue seneng banget bisa balik, akhirnya Pak Tegar tempatin gue disini." Banda mengangguk, lalu menepuk bahu Mirza.
"Balik lagi topik tadi, lo pasti tercengang."
"Apaan?" Tanya Mirza, Banda menutup sisi mulutnya dengan telapak tangan dan berbisik ditelinga Mirza.
"Hah? Yang bener? Udah gila kali Bu Gita?!"
"Iya anjir, lo pikir deh kurang sempurna apa Bu Sagita tapi malah ngizinin lakinya kawin lagi." kata Banda sambil melipat kedua tangannya diatas dada.
Keduanya merasa bebas, jelas. Bekerja bersama Tegar di Jakarta membuat Banda dan Mirza sedikit tertekan karena Tegar melatih mereka untuk selalu serius. Tapi kali ini, seolah mendapatkan kesempatan untuk bebas dari kandang, keduanya sangat bersyukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet ; Mina
FanfictionMalam terburuk yang pernah ada. Di malam pertama, Mina harus mendapati kenyataan bahwa dirinya hanyalah seorang istri kedua dari pengusaha kaya raya. Hidupnya yang kelam semakin bertambah muram. Namun- pertemuan bersama Mirza mengubah segalanya. ...