**
Tiga puluh menit lalu, Mirza keluar dari dalam rumah Mina dengan mengibaskan pakaian yang melekat pada tubuhnya.
Reaksinya jelas, tubuhnya panas dan sedikit gerah. Tidak dipungkiri lagi, ia butuh air dingin.Tak ada waktu mandi, Mirza hanya meneguk air mineral dingin dari kulkas, lalu sekarang Mirza berjongkok di depan kolam ikan yang ada di belakang.
Banda baru saja datang, bersama seorang keponakan Mbok Tri, yang akan menggantikan pekerjaan Mbok sampai si Mbok pulih.
Sejenak Mirza mengingat beberapa saat lalu, ketika ia hampir saja melewati batas, namun Mirza sadar.. melakukan dalam keadaan Mina yang seperti ini bukanlah hal yang adil. Maka dari itu, ketika lenguhan terakhir Mina lolos, Mirza segera menarik diri dan memakaikan kembali baju atas Mina yang hampir turun kebawah.
"Halo, ya Pak. Ini saya." buka Mirza ketika ponselnya berdering, mendapati penelponnya, Tegar.
Tegar yang bertanya keberadaan Mina.
"Anu— Pak, belum keluar kamar dari tadi. Mungkin masih tidur," jelas Mirza.
"Tumben sekali, Mina tidak biasa terbangun siang." gumam Tegar, Mirza memutar otak untuk beralasan.
"Kayaknya, semalam Pak. Mbak Mina katanya gak bisa tidur,." jelas Mirza berharap tak menimbulkan curiga.
"Baiklah, sampaikan pada Mina saya akan ke Semarang tiga hari lagi bersama Gita." ucap Tegar yang di jawab oleh ketersediaan Mirza untuk menyampaikan, sampai akhirnya Mirza menatap pada pintu yang menghubungkan dapur dengan teras belakang.
**
Sadar sepenuhnya di pukul sembilan malam. Setelah tadi siang dan sore meminum sup penghilang pengar dari asisten rumah tangga yang menggantikan Mbok Tri, Mina terduduk di kursi makan.
Kepingan ingatannya saling bertemu, memadukan pada suatu kejadian— ia sekarang ingat betul, apa yang ia katakan, bahkan lakukan bersama Mirza.
Meremas rambutnya dan menunduk, Mina kembali tegap begitu mendengar suara pintu dapur terbuka, menampilkan Mirza disana.
"Mbak Mina,"
"Hm." tiba-tiba kedua pipinya merona.
"Maaf, tadi saya mau menyampaikan ini sore hari tapi sepertinya— "
"Banda kemana?" potong Mina sambil melirik pada belakang tubuh Mirza.
"Banda lagi nonton ikatan cinta. Katanya lagi seru," hampir menahan tawa, Mina kembali tersadar.
"Ada apa Mas?"
"Pak Tegar dan Bu Gita tiga hari lagi kesini. Tadi katanya sudah menelpon dan chat Mbak Mina tapi gak ada jawaban." Mina menganggukan kepalanya mengerti, karena ia sudah tau, dan sudah memikirkan rencana.
"Hanya itu?"
"Ya, Mbak." sahut Mirza sambil menunduk, tak berani menatap wajah Mina.
"Baiklah, kalau tidak ada lagi. Mas, silahkan kamu duduk di sana." tunjuk Mina pada salah satu kursi kosong dihadapannya, tak ada kekuatan menolak, Mirza segera duduk.
"Maaf, mungkin hari ini aku melakukan banyak kesalahan besar. Kamu merasa tidak nyaman, kan?" tanya Mina. Mirza mengangkat wajahnya dan segera menatap Mina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet ; Mina
FanfictionMalam terburuk yang pernah ada. Di malam pertama, Mina harus mendapati kenyataan bahwa dirinya hanyalah seorang istri kedua dari pengusaha kaya raya. Hidupnya yang kelam semakin bertambah muram. Namun- pertemuan bersama Mirza mengubah segalanya. ...