7 - Cemburu?

689 142 47
                                    

Terhitung sudah tiga bulan Mina berada di Semarang. Menyesuaikan diri, melepas kecewanya atas apa yang telah terjadi.

Kehadiran Banda, Mirza, Endaru, Mbok Tri, dan Pak Edi.. sangat berarti banyak baginya.

Mereka membantu Mina secara tidak langsung, dengan hiburan-hiburan kecil yang membuat Mina sedikit menemukan lagi kepingan hidupnya yang telah hilang.

Apalagi, pekerjaan di perkebunan yang kadang cukup sibuk membuat Mina sedikitnya berdamai. Meski terkadang, mendengar nama Tegar saja kekesalannya bisa memuncak.

Aru sering datang ke rumahnya sepulang sekolah, sekadar ikut mengerjakan PR, atau bermain dengan Pak Edi dan Mirza. Sesekali Aru menemani Mina bermain game console PS 3.

Bersama Mirza, Mina merasakan ada sesuatu yang cukup membuatnya nyaman jika berada disamping Mirza. Entah karena mereka bernasib sama, atau karena hal lain.

Perhatian Mirza juga tak kalah membuat Mina berpikir dan sedikit membuka diri. Terlebih saat malam itu, saat mereka mengantarkan Tegar dan ibu mertua Mina ke bandara untuk kembali ke Jakarta, saat itu pula Mirza mengajak Mina untuk berkeliling kota Semarang.

Masih ingat, 'kan?

Semuanya, saat ini.. bagi Mina, terasa menyenangkan. Terkecuali jika mengingat Tegar, Gita, dan perjanjian mereka.

*

Pagi ini, dirinya dikejutkan oleh seorang perempuan yang tengah menenteng rantang besi didepan pagar, tak hanya itu. Aru berada di genggaman tangan kanannya.

Perempuan itu berbincang sesaat bersama Banda, Mina membalas melambaikan tangannya dan tersenyum pada Aru dibalik pagar.

"Siapa?" tanya Mina pada Banda ketika Banda menghampirinya.

"Saya izin memanggil Mirza ya Mbak," jawab Banda yang membuat Mina menghalangi langkahnya.

"Kamu gak jawab pertanyaan saya?" tutur Mina dengan sedikit menekan perkataannya.

Banda tersenyum dengan canggung,

"Dhiza, Mbak."



Dari sela-sela jendela dapurnya, Mina mengintip.

Melihat perempuan bernama Dhiza itu sedang membuka satu-persatu rantangnya untuk Mirza. Mirza juga tersenyum, mengusap lembut rambut Dhiza.

Mina membalikan badannya, tepat ketika Mbok Tri datang menyapa.

"Non, mau membuat makanan?" Mina refleks menggeleng, kedua tangannya saling bertautan kaget.

"Aru ada di depan, Mbok?" Mengalihkan pembicaraan— Mbok Tri mengangguk.

"Iya, Non. Sedang membuat kapal-kapalan dengan Pak Edi." jawab Mbok Tri yang segera membereskan bahan masakan dari dalam kulkas.

"Non mau dibuatkan sarapan dulu sebelum ke perkebunan?" Mina menggeleng, menolak.

"Nanti saja makan siang, Mbok." Mina berlalu sambil tersenyum, sementara Mbok Tri menengok ke luar jendela dan melihat Mirza disana.


*

"Tante Mina!" seru Aru sambil menghampiri Mina yang baru saja turun dari teras rumah karena ia hendak pergi ke perkebunan.

Mina langsung mensejajarkan tubuhnya dengan Aru, memeluk anak lelaki itu dan mengusap rambut serta wajahnya.

"Tante mau kemana?" tanya Aru, Mina tersenyum lalu mengusap bahu Aru.

"Bekerja, ke perkebunan. Aru gak sekolah hari ini?" Aru menggelengkan kepalanya.

Bittersweet ; MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang