Keluarga

1.7K 315 49
                                    

Moonlight Hospital

Michele merebahkan dirinya diatas tempat tidur rumah sakit, ia memandang ke langit-lagit ruangan itu dan mempertanyakan apa yang sedang ia lakukan.

Ia seharusnya menghindari Sky, seperti yang sudah ia lakukan beberapa tahun yang lalu. Ia bisa mendiamkannya selama bertahun-tahun. Meredam perasaannya. Tapi kemana takdir membawanya kini? Sky punya anak, bahkan anaknya berada di Day Care yang ia tangani.

Michele sudah berusaha agar ia tidak berinteraksi dengan Winter saat ia berada di Day Care. Ia berusaha menghindarinya, tapi gadis itu terlalu manis dan ia selalu menempel pada Michele. Mungkin karena ia sudah mengenal Michele sebelum ia mengenal perawat dan guru yang ada di Day Care?

"Dokter Michele!" Michele ingat saat hari pertama Winter datang ke Day Care dan  gadis kecil itu melihat Michele masuk ke ruang kelasnya dengan jubah putih khas dokternya.

Winter berlari kearahnya setiap hari saat jam visitnya ke day care. Ia akan memeluk pinggangnya dan tersenyum sambil memandang wajah Michele dari bawah.

Michele akan mengusap kepala gadis itu setiap kali ia melakukannya.

Jika dilihat secara seksama, ia memiliki beberapa fitur yang ia dapat dari Sky. Kulitnya putih seputih gula, bibirnya juga mirip. Bahkan senyum mereka pun sangat amat mirip.

Winter juga sering menunjukan beberapa hal random yang ia punya. Sudah seperti menunjukan kepada orang tuanya sendiri saja.

"Dokter Michele! Daddy beliin Winnie barbie doll loh!"

"Dokter Michele! Mau makan siang sama Winnie nggak? Share yuk! Kata daddy harus share."

"Dokter Michele! Gendong~" 

"Dokter Michele! Dokter Michele!"

Tidak ada hari tanpa Winter tidak memanggil namanya. Bahkan anggota day care pun tahu betapa menempelnya gadis kecil itu pada Michele.

Michele sungguh-sungguh jatuh hati pada gadis manis itu, ia tidak bisa memperlakukannya berbeda hanya karena masa lalunya dengan ayah gadis itu.

Terlabih lagi dengan kejadian hari ini. Hati Michele sangat sedih, ketika gadis yang aktif itu tertidur di tempat tidurnya, menunggu pendonor yang mau mendonorkan darahnya. Jika Dokter Linda sampai turun tangan, biasanya hal itu cukup genting. Ia tidak berharap jika kasus Winter akan parah, tapi itu yang ia pikirkan. Ia sangat berharap Winter baik-baik saja.

Dan disinilah ia sekarang. 

"Dokter Michele sudah siap?"

Ia menganggukan kepalanya.

_

Jam di dinding menunjukan pukul 7 malam, jam kerja untuk Dokter Hugo dan Dokter Selena juga sudah selesai. Mereka langsung berlari menuju salah satu ruang rawat.

"Lo gapapa?" Selena bertanya saat ia membuka pintu kamar itu.

"Ada apa? Lo kenapa tiba-tiba transfusi?" Hugo juga bertanya dengan nada khawatir.

Michele terkekeh, "Tenang guys. Bukan gue yang transfusi. Gue yang donor."

"Dah gila ya lo!" Selena menyambung, "Badan lo udah kecil, lemah juga masih donorin darah?"

"Kok lo dibolehin donor sih? Dokternya siapa sini gue yang ngomong! Gila aja, orang sesibuk lo disuruh donor." Hugo juga menaikan nada suaranya.

"Dokter Linda. Mau bantah dia lo?" Michele terkekeh.

"Anjir, gajadi." Jawab Hugo.

"Heh, kenapa gak?" Selena bertanya.

"Pasien gue ada yang butuh donor, ya gue donor. Kalian juga kalo bisa selamatin pasien kalian, pasti kalian mau kan?" Jawab Michele.

Winter | wenga [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang