Epilogue : Winter

1.9K 242 16
                                    

Aku duduk di sebuah cafe bersama seorang anak berumur lima tahun duduk disebelahnya.

"Kak Winnie, besok natal kakak nggak disini dong?" Tanya gadis kecil itu.

"Iya sayang. Kak Winnie harus sekolah dulu, tapi nanti kalo libur kakak pulang kok. Jadi nanti bisa main-main sama Gisel, ya." Kataku menjawab Gisel, gadis kecil yang selalu berada di Sweet Night Cafe. Ia anak dari Uncle Vincent. Istrinya membuka cafe ini, bersebelahan dengan bar and bistro milik keluarga uncle Vincent.

"Yah padahal Jijel mau minta kak Winnie pilihin kado buat natalan." Gisel cemberut dan menyedekapkan kedua tangannya.

"Kan ada kak Jessi." Jawabku.

"Kak Jeji pacaran terus kak. Ga asik!" Sahut Gisel.

Jessi adalah sahabatku, lebih tepatnya dia anak Aunty Selena. Kami berdua terpaut lima tahun tapi kami sangatlah dekat.

"Selamat siang, Gisel..." sapa sebuah suara wanita dewasa dari arah belakangku.

"Aunty Micel!" Sapa gadis kecil itu sambil memeluk Michele, ah maksudku Wendy, mommyku.

Giselpun berlari kembali kearah meja kasir, tempat dimana ia biasa duduk dengan ibunya.

"Siang mom." Kataku menyapa.

"Kamu udah lama disini Win? Udah pesen belum?" Tanya mommy padaku.

Aku mengheleng. "Pikirnya mau nunggu daddy dateng, tapi lama banget kesel. Winnie pesen aja ya, mommy mau apa?"

"Daddy kamu tuh, kalo janjian sukanya molor terus. Padahal mommy udah ijin lho pulang praktek cepet. Pasti kelamaan ngobrol dikantor ini daddy kamu." Seperti biasa, mommy selalu mengomel kalau daddy tidak tepat waktu, tapi kalo udah sayang-sayangan... beuhhh pengennya pake headset aja aku dirumah.

Baru saja aku membuka buku menu, sosok yang kami tunggu-tunggu datang. Dari arah pintu sudah terlihat dua sosok laki-laki berkacamata berjalan bersama. Kulit mereka berdua putih bagai porselin, begitu juga aku dan mommy. Entah mengapa kami sepertinya cocok jadi keluarga vampire.

"Nah itu daddy kamu dateng." Mommy pun melambaikan tangannya, padahal tidak perku melambaikan tangan juga daddy akan tahu karena kami duduk di spot favorit daddy.

"Duh, lama ya? Sorry tadi macet di gor basketnya Rendy." Sahut Sky, daddyku sambil duduk disebelah mommy.

"Lho kok Rendy yang disalahin?" Sahut Rendy.

Namanya Rain Aldy Gunawan. Usianya 15 tahun. Dia adik laki-lakiku. Ya, adikku laki-laki. Padahal aku sangat berharap punya adik perempuan jadi kami bisa main bersama, tapi takdir memberiku si tengil satu ini. By the way, namanya unik ya?

Here is a little back story. Keluarga dari daddy memang menggunakan nama alam. Seperti grandpaku bernama Chandra yang artinya bulan, grandmaku Kejora artinya bintang, bisa pas banget ya. Fix emang jodoh sih. Terus Aunty Irene namanya Claudia diambil dari Cloud yang artinya awan, sedangkan daddy bernama Sky yang berarti langit.

Aku sendiri lahir di musim dingin yang bersalju, maka daddy nemamaiku Winter. Tadinya kalau aku punya adik perempuan kami ingin menamainya Spring atau Summer. Lucukan? Tapi ternyata malah laki-laki. Dan dia lahir di hari yang hujan. Jadilah daddy menamainya Rain, kami menyingkat namanya menjadi Rendy dari Rain Aldy. Biar seirama dengan nama mommy, Wendy. Ah coba saja nama mommy Windy yang artinya 'berangin', nama grup WA keluarga kami akan kuganti dengan judul "Ramalan Cuaca" —yang sebenarnya sudah pernah aku lakukan hahaha.

"Kamu tanding basket, dek?" Tanyaku pada Rendy.

"Iya. Ngelawan Felix tau kak." Sahut Rendy.  Felix sendiri adalah anak Uncle Juna.

Winter | wenga [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang