12. I'm Sorry

3.2K 420 22
                                    

TERIMA KASIH BUAT KALIAN YANG UDAH UCAPIN SELAMAT ULANG TAHUN 🤗😘💕 MAAF KALO ADA YANG BELUM AKU BALAS UCAPAN ULANG TAHUNNYA😔

***

Renjun menatap layar ponselnya, sudah beberapa minggu dirinya tidak memberikan kabar kepada Eommanya. Entah mengapa perasaan Renjun saat ini sedang gelisah. Dirinya memikirkan Eommanya sejak pagi.

Apa harus Renjun kembali kesana? Tapi ia masih penasaran akan ucapan Jeno mengenai Appa Jaemin serta Eommanya.

"Sedang apa kau?" Tanya Jeno yang tiba-tiba sudah ada dihadapannya.

Renjun mendecak kesal. Dirinya sangat kesal ketika ada seseorang yang mengganggunnya disaat ia sedang berfikir.

"Ada apa?" Sungut Renjun kesal dan mulai memasukkan barangnya kedalam tas.

"Sedang memikirkan apa sampai kau tidak sadar kalau bel pulang telah berbunyi sedaritadi dan anak-anak juga sudah pada bubar?" Tanya Jeno yang menyamakan langkah kaki Renjun yang sangat kecil namun cepat.

Renjun mengedihkan bahunya acuh. "Bukan apa-apa." Jawab Renjun.

Mereka berdua jalan beriringan menuju parkiran sekolah. "Shit! Siapa yang berani mengotak atik mobilku?!" Maki Renjun kesal ketika melihat ban mobilnya kempes. Ralat, mobil Jaemin.

Jeno tertawa. "Butuh tumpangan?" Tawar Jeno.

Dengan helaan pasrah, Renjun menyetujui tawaran Jeno. Ia mulai naik keatas dan duduk di jok belakang motor Jeno.

"Pegangan!" Peringat Jeno.

Renjun mendecak. "Modusanmu tidak berla-- yak! Kau sengaja?!" Rutuk Renjun kesal karena Jeno yang sengaja meng-gas motornya dan membuat Renjun spontan memeluk tubuhnya.

Jeno terkekeh. "Tentu saja. Pegangan! Aku akan mengebut! Jangan salahkan aku jika kau terjatuh!" Peringat Jeno lalu mulai menjalankan motornya meninggalkan perkarangan sekolah yang sepi.

Mereka membelah jalanan dengan keadaan hening, tidak berniat untuk membuka suara sampai pada akhirnya Renjun sadar bahwa ini bukan arah menuju rumahnya.

"Kau mau membawaku kemana?!" Teriak Renjun tepat di samping kuping Jeno.

"Kita makan terlebih dahulu!" Balas Jeno dengan teriakan.

Baru saja Renjun ingin membalas, Jeno sudah menambah kecepatan motornya dan membuat Renjun bungkam.

Dilain sisi, Jaemin terus mengkhawatirkan ibunya yang tak kunjung pulang. Sedangkan dirinya menunggu sedari tadi. Bahkan Mark yang menemaninya pun sudah pulang kerumahnya.

Jaemin gelisah, ia terus mondar mandir, melihat jam. "Andwe! Aku harus melihatnya sendiri!" Final Jaemin lalu mulai mengambil jaket jeansnya dan pergi menuju tempat kerja Winwin.

Butuh waktu sekitar 15 menit untuk Jaemin sampai ditempat kerja Winwin. Ia segera masuk dan bertanya kepada Jungwoo selaku teman kerja Winwin. "Permisi Ahjumma, apakah Ahjumma melihat Eomma-ku?" Tanya Jaemin.

Jungwo yang sedang membuat Coffe untuk pelanggannya pun mengehentikan aktifitasnya, menyuruh karyawan lainnya untuk mengantikan tugasnya lalu menghampiri Jaemin.

"Bukannya sudah pulang daritadi, Renjun? Aku tadi izin sebentar jadi aku tidak tau kalau ia sudah pulang atau belum." Tanya Jungwoo.

Jaemin tersenyum tipis lalu mengangguk. "Iya tadi Eomma sudah pulang. Namun Eomma bilang ingin pergi ke supermarket. Mungkin dia berbincang dulu dengan temannya." Jawab Jaemin mencoba untuk tidak membuat khawatir Jungwoo.

"Ah kalau begitu aku pamit dulu ya. Sepertinya Eomma sudah pulang. Sampai Jumpa Ahjumma." Pamit Jaemin.

Jungwoo mengangguk. "Sampai Jumpa! Kalau Eomma-mu belum pulang? Teleponlah aku agar kita bisa mencari bersama." Ucap Jungwoo yang dibalas acungan jempol oleh Jaemin.

Jaemin segera kembali kerumahnya untuk memastikan Winwin. Tapi sepertinya itu hanya harapannya, karena Winwin tak kunjung pulang.

"Appa!" Gumam Jaemin menyebut nama Appanya ketika pikirannya terlintas bahwa tadi dirinya melihat ayahnya bersama dengan ibunya.

Jaemin gelisah, ia berharap Yuta tidak melakukan hal aneh kepada Winwin. Tapi, apakah mungkin Yuta bersama dengan Winwin? Rasanya seperti tidak mungkin. Namun jika dilihat dan dipikirkan, Winwin menghilang ketika terakhir kali Jaemin melihat bahwa Yuta dan Winwin bertemu.

***

Winwin meringis ketika badannya serasa remuk dan suhu ruangan yang terasa dingin serta badannya yang terasa lengket.

Ia mengedarkan pandangannya menelusri tempat dan mengingat kejadian tadi malam.

"Sudah bangun? Apakah sakit? Maafkan aku." Ujar Yuta yang baru saja masuk kedalam ruangan dengan nampan yang berisi makanan untuk disantap Winwin.

"Lepaskan aku." Pinta Winwin, ah lebih tepatnya lirih.

Yuta memutarkan matanya jengah. "Bisakah kau tidak memintaku dengan lirih seperti itu dan tidak dengan tatapan memelasmu? Aku sangat tidak menyukainya."

Winwin mengadahkan kepalanya menatap Yuta penuh kebencian. "Lepaskan aku!" Geram Winwin.

"Aku tidak mengikatmu." Sahut Yuta.

"Tapi kau mengunciku!" Balas Winwin.

Yuta mengedihkan bahunya acuh. "Kau tidak membersihkan dirimu? Butuh bantuan? Ah ya sepertinya perkataanmu tentang menikah hanyalah omong kosong belaka."

"Urusan sudah atau belumnya aku dalam menikah itu bukan urusanmu." Geram Winwin mulai memunguti bajunya dan berjalan menuju kamar mandi.

Yuta mendecak kesal ketika melihat Winwin yang seperti sedang menahan kesakitan. Yuta segera menaruh nampan yang ia pegang keatas meja lalu menggendong Winwin ala bridal Style dan menempatkan Winwin kedalam bath up.

"Tidak usah protes, segera bersihkan dirimu atau aku sendiri yang akan membersihkan dirimu?!" Ancam Yuta sebelum pergi meninggalkan Winwin.

Winwin meringis, ia segera membersihkan dirinya asal lalu keluar dari kamar mandi dengan baju yang ia kenakan tadi malam.

"Aku ingin pulang!" Pinta Winwin kepada Yuta yang tengah meminum americano-nya dan melihat ponselnya.

"Makanlah dulu makananmu sebelum pulang." Ujar Yuta.

Winwin menatap jengah Yuta lalu memakan makanan yang telah disediakan Yuta. Percuma kalau melawan Yuta, ia sangat keras kepala.

"Bukakan pintunya sekarang!" Titah Winwin setelah mengunyah habis makanan terakhirnya.

Yuta bangun dari duduknya, merapikan jasnya sebelum berkata. "Baiklah, asalkan temui Jaemin terlebih dahulu. Dia sangat merindukanmu." Ujar Yuta yang sukses membuat Winwin terpaku.

Nafasnya tercekat seakan oksigen yang ia hirup tidak sampai keparu-parunya. Jantungnya terasa tehenti sejenak. Nakamoto Jaemin? Anak yang ia rindukan selama ini, anak yang selalu hadir dan menghantui dirinya dengan perasaan bersalah.

"Ayo!" Ajak Yuta dengan menggenggam tangan Winwin.

Winwin tetap berada diposisinya. "Aku tidak bisa!" Ucap Winwin yang membuat langkah Yuta terhenti lalu menoleh menatap Winwin dengan tatapan kecewa dan marah.

"Apa? Kau tidak bisa? Kenapa? Kau tidak menyayangi Jaemin? Putri semata wayang kita? Kau tidak rindu padanya? Kau boleh marah kepadaku tapi tidak dengan anak kita! Anak kita sudah menunggumu selama sepuluh tahun ini dan kau bilang tidak bisa? Terbuat apa hatimu sampai tidak mau menemui anak kandungmu sendiri! Darah daging yang kau kandung selama 9 bulan lalu kau tinggalkan disaat dia membutuhkan asi seorang ibu?! Apakah kau masih tidak cukup menyakiti Jaemin dan aku selama ini?! Kenapa?! Apa yang membuatmu tidak ingin menemuinya?! Jawab aku! Tatap mataku! Jangan menunduk seolah-olah kau yang tersakiti disini! Tatap aku! Tatap aku NAKAMOTO WINWIN!" Teriak Yuta diakhir kalimat yang membuat Winwin refleks menogak.

"Ya! Aku tidak mencintai kalian berdua! Aku tidak perduli denganmu dan juga Jaemin! Jadi, bisakah kau lepaskan aku dan kembali seperti semula?! Anggap saja per--" ucapan Winwin terputus karena Yuta yang melepaskan genggaman tangannya pada pundaknya.

"Aku tidak akan melepaskanmu sampai kau bertemu dengan Jaemin!" Final Yuta lalu meninggalkan Winwin.

"Maafkan aku." Lirih Winwin

NA FAMILY - YUWIN, MARKMIN, NOREN (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang