16. Of Course

3.4K 464 46
                                    

Setelah pulang sekolah, Jaemin langsung bergegas menuju Busan, dimana ia dan sang ibu berjanjian untuk bertemu.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat jam dari seoul menuju busan, Jaemin akhirnya sampai ditempat tujuan.

Jaemin masuk kedalam restaurant, dan terlihat Winwin yang sudah menunggu dipojok sana.

Dengan langkah senang serta gugup, Jaemin menghampiri dan duduk dihadapan Winwin.

"Menunggu lama, Eomma?" Tanya Jaemin diiringi cicitan diakhir kalimat, Eomma.

Winwin tersenyum, bangkit dari duduknya dan memeluk Jaemin. "Eomma rindu padamu Jaeminie." Bisik Winwin disamping telinga Jaemin.

Jaemin tersenyum, berusaha menahan air matanya yang jatuh ketika Winwin berbicara seperti itu. "Nado." Balas Jaemin, membalas pelukan Winwin yang tak kalah erat.

"Bagaimana kabarmu dan Appa-mu? Apakah Appa-mu memperlakukanmu dengan baik? Apakah Jenna memperlakukanmu selayak anaknya atau malah sebaliknya? Maafkan Eomma Jaeminie." Tanya Winwin dan sesal Winwin setelah pelukan mereka terlepas.

Jaemin tersenyum seraya terkekeh mendengar pertanyaan Winwin yang bertubi.

"Kabar aku dan Appa baik-baik saja Eomma. Appa memperlakukanku dengan baik. Jenna? Ia hanya aku anggap sebagai benalu dikeluarga kita. Dan ya, Eomma tidak perlu mengutarkan kata maaf kepada Jaemin. Eomma tidak mempunyai salah kepadaku." Ujar Jaemin mengelus punggung tangan Winwin yang tengah memggenggam tangannya.

Winwin menggeleng. "Aniya, Eomma memang salah. Seharusnya Eomma tidak menyerah akan hubungan Eomma dengan Appa dan masalah yang kita hadapi yang berakhir Eomma harus meninggalkanmu setelah kamu lahir. Kamu pasti menunggu dan merindukan Eomma. Kamu berhak marah kepada Eomma." Ujar Winwin.

"Jaemin memang akan selalu menunggu dan merindukan Eomma. Tapi Jaemin tidak pernah marah karena Eomma yang meninggalkan Jaemin, Jaemin tau pasti Eomma mempunyai alasan sendiri kenapa meninggalkan Jaemin. Ternyata penatian Jaemin tidak sia-sia, Eomma sekarang sudah ada dihadapan Jaemin." Seru Jaemin.

"Jaemin sudah tau alasan Eomma meninggalkan Appa serta Jaemin. Maafkan Jaemin yang lancang karena sudah membaca buku diary, surat perceraian serta perjanjian antara Eomma dan Haraboji di dinding kamar Eomma." Sesal Jaemin karena sudah lancang atas privasi Winwin.

Winwin awalnya kaget mendengar penuturan Jaemin. Namun ia tidak bisa marah atas kelancangan Jaemin. Jaemin dan Renjun berhak tau atas masalah yang menimpa keluarganya.

"Tak apa, Eomma tak marah."

"Kembalilah Eomma." Pinta Jaemin.

Winwin menggeleng. "Maafkan Eomma, Eomma tidak bisa Jaeminie. Eomma tidak mau mengambil resiko dan kehilangan orang yang Eomma cintai lagi." Tolak Winwin penuh penyesalan.

"Eomma tidak usah takut. Aku akan menjelaskannya kepada Appa agar Appa tidak marah kepada Eomma dan membantu Eomma agar kembali bersama lagi." Jelas Jaemin.

"Maaf Jaemin, Eomma tidak bisa menerima permintaanmu. Eomma tidak mau kehilangan kalian. Biarlah kita seperti ini. Kau bersama Appa-mu, Renjun bersama Eomma. Aku tidak mau karena keegoisanku akan membawa bahaya kepada dirimu dan Renjun." Tolak Winwin.

"Eomma, biar aku yang berbicara kepada haraboji agar haraboji mengijinkan Eomma dan Renjun kembali tinggal dikediaman Na. Haraboji sangat menyayangi Nana, ia tidak mungkin menolak keinginan dan permintaan Nana." Ujar Jaemin yang terus memaksa agar Winwin mau kembali.

"Jaemin sayang, Haraboji memang sayang kepada Jaemin, begitu juga kepada Appa. Namun, tidak kepada Eomma. Mungkin Eomma akan kembali kepada kalian, tapi tidak saat ini sayang." Jelas Winwin.

"Eomma, Jaemin mohon. Izinkan Jaemin untuk mencoba semua ini." Pinta Jaemin dengan tatapan memohon agar Jaemin dibolehkan mencoba mengembalikan keluarganya seperti semula.

Winwin yang tak tega melihat tatapan Jaemin, mau tak mau ia menuruti perkataan Jaemin. "Baiklah, Eomma mengizinkan kamu mencoba. Apakah kamu sudah menjelaskan semuanya kepada Appa?" Tanya Winwin.

Jaemin menggeleng lemah. "Tadinya kemarin aku ingin menjelaskan semuanya kepada Appa. Appa sudah memberitahukan cerita karangan haraboji. Namun, ketika aku ingin menjelaskan cerita Eomma? Appa harus pergi menyelesaikan permasalahan yang ada diperusahaannya."

Winwin mengangguk mengerti akan penjelasan Jaemin. "Jaemin sayang, kalau Appa tidak percaya setelah Jaemin menjelaskan semuanya? Jaemin tidak boleh memaksa Appa, ya?" Pinta Winwin.

"Kenapa Eomma?" Lirih Jaemin.

"Jaemin, orang tua Appa itu sisa haraboji. Apa Jaemin mau melihat Appa membenci orang tuanya sendiri. Halmeoni menitipkan pesan kepada Eomma sebelum dirinya meninggalkan Eomma dan keluarga kita. Beliau berpesan bahwa Eomma harus menjaga Appa-mu dan juga Haraboji. Kalau misalkan kau memaksa dan membuat Appa membenci harabojimu? Sama saja Eomma melanggar janji yang telah Eomma buat kepada Halmeoni-mu."

"Baiklah." Pasrah Jaemin setelah mendengar penjelasan Winwin.

Winwin tersenyum, mengusap surai rambut Jaemin. "Anak pintar. Sekarang, Jaemin pesan makanannya." Ujar Winwin.

"Selamat Sore Ahjumma." Ucap seseorang yang baru saja tiba dihadapannya.

Winwin mengerutkan dahinya heran menatap remaja yang ada dihadapannya, berbeda dengan Jaemin yang kaget.

"Jeno?!" Pekik Jaemin yang tertahan.

"Temanmu?" Tanya Winwin.

"Selamat sore Ahjumma. Perkenalkan nama saya Jeno, kekasih dari Huang Renjun." Ujar Jeno memperkenalkan dirinya.

Winwin dan Jaemin syok mendengar penuturan berani Jeno. "Bolehkah saya duduk?" Tanya Jeno.

Winwin yang masih syok akan penuturan Jeno, ia hanya mengangguk asal. Jeno tersenyum lalu duduk disamping Jaemin serta dihadapan Winwin.

"Ahjumma pasti kaget ya?" Pertanyaan Retorik yang keluar dari mulut Jeno.

Winwin mengangguk, menggelengkan kepalanya guna mengembalikan jiwanya yang sempat hilang karena terkejut. "Tentu. Kau kekasih Renjun? Bagaimana bisa?" Tanya Winwin penasaran, sama hal-nya dengan Jaemin yang penasaran akan penuturan Jeno.

"Aku kekasih Renjun sewaktu Renjun bersekolah di Sopa, menggantikan Jaemin yang hilang entah kemana." Jelas Jeno.

"Jadi, selama ini Renjun bersekolah disekolah Jaemin?" Tanya Winwin.

"Iya, aku jatuh cinta pandangan pertama. Aku tertarik kepadanya ketika  dirinya berkelahi dengan orang yang sering membuli Jaemin, kata temanku. Aku juga tidak tau tentang Jaemin karena aku tidak tertarik dengannya. Namun ketika aku melihat Renjun, pandanganku langsung terkunci olehnya." Jelas Jeno.

'Oh, jadi ini alasan kenapa loker-ku bersih tidak mengeluarkan sampah serta orang yang membuli-ku tidak membuli-ku kembali? Renjun telah menyelamatkanku.' Gumam Jaemin.

'Ah iya, serta Jenna yang sudah tidak berani menyentuhku dan menyuruhku ini itu. Jadi Renjun alasannya? Gumawo Renjunie.' Gumam Jaemin.

"Kau tau darimana bahwa Renjun tinggal disini?" Selidik Winwin.

"Aku bertanya kepada Jaemin mengenai keberadaan Renjun. Namun Jaemin hanya menjawab bahwa Renjun telah kembali. Aku itu tipe orang yang tidak suka ditinggal pergi tanpa alasan yang pasti. Alhasil aku mengikuti Jaemin sampai sini. Awalnya aku ingin bergabung diawal, namun aku melihat bahwa kalian sedang membicarakam sesuatu hal yang penting. Akhirnya aku memutskan untuk menunggu sampai kalian selesai." Jelas Jeno.

"Jadi Eomma, dimana Renjunie?" Tanya Jeno.

"Kau sungguh menyayangi putriku?" Selidik Winwin.

Jeno mengangguk antusias. "Tentu saja! Kalau aku tidak sayang dengannya? Aku tidak akan menyusulinya dan mengikuti Jaemin sampai sini" jelas Jeno penuh keyakinan.

NA FAMILY - YUWIN, MARKMIN, NOREN (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang