14. How?

3.1K 442 59
                                    

WELLCOME BACK LEE TAEYONG😭😘 KARENA LEE TAEYONG KEMBALI, AKU UP😭.

---

Boleh nanya gak sebelum kalian baca? ultimated bias kalian siapa DI NCT maupun diluar NCT? Walaupun kalian sering oleng, kalian pasti gak bisa ninggalin bias kalian.

Kalo aku udah pasti URI LEADER sejak pandangan pertama liat dibranda You Tube yang tiba-tiba muncul LEE TAEYONG yang gantengnya gak ngotak dan berhasil bikin aku bilang 'dia tipe aku' dan bikin aku oleng dari Jungkook yang notabennya bias pertama aku sebelum berubah menjadi LEE TAEYONG.

***

"Jangan pernah keluar, Eomma!" Titah Renjun marah.

Winwin menghela nafasnya. "Renjun--"

"Ku mohon." Lirih Renjun sekali lagi.

Winwin menghela nafasnya lalu mengangguk. "Baiklah. Lebih baik kau bersihkan badanmu terlebih dahulu. Eomma akan memasakkanmu sesuatu." Perintah Winwin.

Renjun mengatur nafasnya, mengontrol emosinya agar tidak melampiaskannya ke orang tua yang sangat ia sayangi, Eomma-nya. Setelah Emosinya stabil, Renjun mengangguk lalu masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sekaligus menjernihkan pikirannya.

Setelah memastikan Renjun sudah masuk kedalam kamar mandi, Winwin segera bergegas keluar dan mengusap dadanya lega karena melihat Jaemin yang masih duduk disana.

Winwin langkahkan kakinya menuju Jaemin yang tengah berfikir. Ditepuknya pundak Jaemin yang membuat gadis cantik itu tersentak kaget lalu berdiri menghadap Winwin.

"Jaemin-ah, kembalilah kerumah-mu dulu. Renjun sangat emosi saat ini. Besok, temui-lah Eomma di alamat ini." Ujar Winwin kepada Jaemin yang saat ini sedang menatapnya.

"Jaemin sayang, kau mengerti nak?" Tanya Winwin sekali lagi seraya mengusap kepala Jaemin.

Jaemin tersentak lalu mengangguk dan tersenyum senang. Penantiannya selama ini tidak sia-sia. Sang Eomma memanggil namanya 'Jaemin' bukan 'Renjun'.

"Baguslah kalau seperti itu. Apakah kau bisa naik mobil? Ini kunci mobil-mu yang Renjun pinjam." Ujar Winwin seraya memberikan kunci mobil itu ketangan Jaemin.

Jaemin menatap kunci mobil itu lalu menggeleng. "Aku tidak bisa menyetir mobil." Sahut Jaemin.

Winwin yang tau hal ini mungkin terjadi-pun mengeluarkan sebuah kertas petunjuk untuk Jaemin pulang.

"Kembali-lah kerumah-mu dengan petunjuk ini. Tenangi Appa-mu dan jelaskan Appa-mu apa yang sebenarnya terjadi." Jelas Winwin.

Jaemin mengangguk, ia segera menaikan pegangan kopernya dan hendak menyeret kopernya kalau saja Winwin tidak memeluknya secara tiba-tiba.

"Hati-hati Jaemin sayang. Kalau ada apa-apa? Kau bisa telepon Eomma. Besok akan Eomma jelaskan semuanya kepadamu. Maafkan Eomma." Ujar Winwin tak terasa setetes air jatuh dari matanya. Ya, Winwin menangis dipelukan Jaemin, sang anak yang puluhan tahun ia tinggalkan.

"Sstt, Eomma jangan menangis. Ini bukan salah Eomma, takdir yang memisahkan kita menjadi seperti ini. Eomma tenang saja, Jaemin akan menjelaskan semuanya kepada Appa." Ujar Jaemin, melepaskan pelukan yang sebenarnya tidak ingin ia lepaskan.

Jaemin melangkahkan kakinya meninggalkan perkarangan rumah Winwin, sedangkan Winwin? Ia melihat punggung Jaemin yang makin lama semakin menjauh.

Setelah Jaemin hilang dari pandangan Winwin, Winwin segera masuk kedalam rumahnya. Takut jika Renjun melihatnya keluar akan memancing kemarahan Renjun. Kenapa Winwin takut dan bukannya malah memarahi Renjun karena bersikap seperti ini? Jawabannya tidak. Renjun dan Jaemin berhak marah kepadanya, ini semua salahnya. Kalau saja ia tidak menyerah dengan keadaan serta ancaman ayah Yuta, keluarga mereka tidak akan seperti ini. Namun, Winwin tetaplah Winwin. Ia takut akan kehilangan orang yang ia sayangi lagi karena keegoisannya. Maka dari itu Winwin memilih langkah ini walaupun harus memisahkan kedua anak yang harusnya bersatu.

"Sudah selesai? Pakai pakaianmu terlebih dahulu setelah itu kembali kesini." Perintah Winwin.

"Besok saja, kita bahas ini semua besok. Renjun capek, Renjun ingin istirahat." Pinta Renjun yang disetujui Winwin.

***

Dilain sisi, Jaemin baru sampai dirumahnya sejak menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam dari Busan menuju Seoul.

"Jaemin-ah!" Ujar Yuta senang, memeluk Jaemin seakan tak mau kehilangan dirinya.

Jaemin sempat tertegun dengan pelukan tulus Yuta sampai tak sadar ia membalas pelukan Yuta.

"Nana-ya kau tak apa-kan? Maafkan Appa, Appa tau tadi kamu marah dan kaget kepada Appa karena memberitahu Eomma-mu secara tiba-tiba." Ujar Yuta.

Jaemin yang setengah mengerti arah pembicaraan Yuta pun segera membawa Yuta menuju kamarnya. Didudukkan Yuta disofa yang ada dikamarnya.

"Appa tunggu sini dulu. Biar Nana mengambilkan minum buat Nana dan Appa." Ujar Jaemin.

Yuta mengangguk, lantas Jaemin keluar dan kembali dengan membawa dua cangkir teh hangat. Diberikan teh hangat itu kepada Yuta agar bisa mengontrol dirinya yang mungkin kaget dengan pernyataan Renjun tadi.

"Appa sudah tenang?" Tanya Jaemin setelah melihat nafas Yuta yang teratur.

Yuta mengangguk. "Sekarang jelaskan kepada Nana apa yang barusan terjadi." Pinta Jaemin.

Yuta mulai menjelaskan semuanya. Jaemin paham sekarang kenapa Renjun tadi marah kepadanya dan mengusirnya. Ia kaget karena pernyataan sang ayah yang tiba-tiba.

"Sekarang Appa bisa jelaskan kenapa Eomma bisa pergi dari kita?" Tanya Jaemin.

"Tentu, tapi kau jangan marah dengan Eomma-mu maupun Appa." Peringat Yuta.

Jaemin tersenyum. Marah? Mana mungkin! Jaemin tau yang sebenarnya! Mana mungkin dirinya bisa marah?!

"Tentu, sekarang jelaskanlah." Pinta Jaemin.

"Hubungan kita berawal dari sebuah keterpaksaan. Appa yang selalu memaksa Eomma-mu dan Eomma-mu yang selalu menuruti Appa. Sikap Appa ke-Eomma dulunya jauh dari kata baik. Appa sering melakukan hal buruk kepada Eomma melalui ucapan maupun tindakan. Namun, Appa berani bersumpah bahwa Appa tidak pernah memukul Eomma-mu. Namun, hubungan yang diawali keterpaksaan berubah menjadi cinta yang murni, seakan tak mau meninggalkan satu sama lain. Tapi perbuatan Eomma-mu berubah. Ia lebih memilih Huang Hendery daripada kamu yang merupakan buah hatinya sendiri. Eomma meninggalkanmu setelah melahirkan dirimu dan disaat itu Appa sedang ada perjalanan dinas. Eomma meninggalkanmu disaat kau butuh dirinya, tanpa memberikan kata ataupun salam perpisahan kepada Appa. Hanya menitipkanmu dan juga nama-mu, Nakamoto Jaemin. Hanya itu." Jelas Yuta dengan sorot mata kecewa, sedih, rindu, marah menjadi satu.

"Appa tau darimana bahwa Eomma memilih Huang Hendery?" Tanya Jaemin.

"Huang Hendery merupakan sahabat Eomma-mu yang sangat mencintai Eomma-mu. Dia yang sering menemani Eomma-mu disaat Appa sedang melakukan perjalanan dinas atau disaat Appa tidak ada. Terlebih ketika Appa mendengar bahwa Hendery akan segera menikah dengan seorang wanita." Ujar Yuta.

"Kau tunggu sini dulu. Biar Appa mengambil sesuatu untuk ditunjukkan kepadamu." Pinta Yuta.

Jaemin mengangguk dan menunggu Yuta. Bagaimana sang ayahnya bisa sebodoh itu? Mengambil keputusan hanya dari apa yang didengarnya?

"Ini." Ujar Yuta yang kembali kekamar Jaemin seraya memberikan sebuah amplop coklat serta sebuah buku diary. "Ini bukti kedekatan Eomma-mu dengan Hendery, surat sebelum meninggalkanmu serta buku diary Eomma-mu. Hanya ini yang Appa punya tentang Eomma-mu." Ujar Yuta.

"Ah iya, dan cincin pernikahan yang Eomma-mu kembalikan serta surat cerai yang sampai saat ini Appa belum menandatanganinya." Tambah Yuta.

Jaemin mulai membuka amplop itu. "Appa, bagaimana jika alasan Eomma meninggalkan kita itu bukan karena Huang Hendery melainkan ancaman dari pihak Appa?" Tanya Jaemin setelah melihat amplop serta buku diary Winwin yang dimiliki Appanya.

NA FAMILY - YUWIN, MARKMIN, NOREN (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang