Mata Alaska membulat kala melihat seorang yang begitu Alaska tidak suka berada di hadapannya saat ini.
"Lo? Ngapain?!"
Nara yang begitu kaget dan dengan refleks Nara menjatuhkan nampan yang berada di tangannya, Nara menatap tidak percaya bahwa Nara akan bertemu dengan Alaska saat dirinya bekerja di sini.
"Tu--- Tuan muda," gugup Nara.
"Jawab gue!" Bentak Alaska, dan saat ini mereka tengah menjadi pusat perhatian di cafe ini dan untungnya saja hari ini cafe tidak begitu ramai.
"Al, lo enggak perlu bentak dia juga kali, emang dia siapa Lo? Sampe lo bentak dia!" Bela Ervan.
"Gak perlu ikut campur."
"Sial," umpat Ervan dan memilih untuk terdiam saja.
"Jawab!"
Belum sempat Nara menjawab seorang pria tampan berstyle jas menghampiri meja Alaska dkk. "Ada apa ini? Kenapa anda membuat keributan di cafe, saya?" Tanya pria itu.
"Ka--- Kak Stefano," kata Nara.
"Hai, Nar. Ada apa ini?!"
"En--- enggak."
"Tidak mungkin enggak ada apa- apa."
"Jawab Gue!" Ucap kembali Alaska kepada Nara.
"Anda tidak perlu membentak pekerja saya!" Ucap Stefano dengan tegas.
"Hah?"
Semuanya menatap tidak percaya atas ucapan pria di depan mereka, terlebih lagi dengan Alaska yang begitu bingung dengan hal ini.
Kenapa bisa Nara bekerja di sini?
"Maaf, Tuan muda. Nara bekerja di sini," lirih Nara.
"Ikut, gue!" Menarik paksa tangan Alaska, mereka ingin menghentikan Alaska tapi itu semua akan sia- sia. Alaska adalah pria yang arogan jika mereka menghentikan pasti Alaska akan marah kepada mereka.
"Sak--- sakit," lenguh Keynara.
Alaska masih tidak melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Nara malah Alaska semakin kuat, Alaska membawa Nara ke sebuah tempat yang cukup sepi tempat ini tepat berada di belakang cafe ini.
Alaska menghempaskan sangat kasar tangan Nara. "Sak--- sakit," rintih Nara, Alaska masih belum melihat perilakunya terhadap Nara. Alaska juga bingung kenapa dirinya seperti ini?
"Tuan sak--- sakit hiks," tangis Nara yang melihat tangannya begitu sangat merah dan seperti terluka akibat cengkram keras dari Alaska.
"Lebay," ucap Alaska tanpa berpikir panjang lagi.
"Tuan kenapa kaya gini sama Nara? Apa salah Nara sama Tuan muda?"
"Jawab gue, lo benaran kerja di sana?"
"Kalau 'Iya' kenapa? Tuan muda enggak berhak larang Nara, emang Tuan siapa Nara?"
"Lo pembantu, lo gak usah sok, lo cuma babu di rumah keluarga gue!"
"Apa salahnya kalau Nara kerja sampingan? Nara kaya gini cuma mau bantu ibu, kenapa Tuan muda yang marah?"
"Bacot, sekalinya Babu ya Babu!"
Nara mendengar dengan begitu jelas, kenapa Alaska tega sekali berkata itu kepada Nara? Apa salah Nara jika Nara bekerja? Kenapa jadi pria itu yang marah?
"Nih," seraya menyerahkan sebuah salep dan plester kepada Nara dan Alaska langsung pergi meninggalkan Nara yang tidak percaya tidakan Alaska barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
Ficção AdolescenteBiar sama- sama enak, yuk di follow dulu sebelum membaca:) Ganti judul dari My is A Maid ke My Perfect Husband:) Sekuel ke 2: Young Marriage *** "Apa Kamu cinta aku?" Empat kalimat yang membuat seorang Alaska tergiang- giang atas kalimat itu, dir...