Entah kenapa hal ini tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya...
Atsumu sedang mengikat tali sepatunya di depan pintu rumahnya.
"Sayang, kau yakin akan memintanya untuk datang kesini?" tanya Atsumu disela-sela kegiatannya.
(name) yang baru saja datang menghampiri sang suami sambil membawa kotak bekal menyahut girang.
"Tentu saja! Hanya dia yang bisa melakukan hal itu dengan sangat baik!" balasnya.
"Cih! Kenapa harus dia yang muncul di dalam pikiranmu..." gumam Atsumu pelan yang masih bisa didengar oleh (name), membuat sang empu terkikik geli.
"Ini bekalmu. Sudah aku siapkan semuanya di dalam kotak itu," ujar (name).
Atsumu berdiri dari posisinya lalu menerima kotak bekal itu. Ia lalu memasukkan bekalnya ke dalam tas yang biasa ia bawa saat pergi berlatih.
"Itterasshai," ucap wanita itu sambil tersenyum menyipitkan matanya.
Pria bersurai kuning keemasan itu diam. Tidak tersenyum atau bahkan tidak membuka mulutnya. Tak kunjung mendengar balasan, (name) mengernyitkan dahinya bingung.
"Kenapa? Ada yang salah?" tanyanya.
Wanita itu kembali tidak mendapat jawaban dari suaminya. Pria itu hanya menatap lekat kedua manik sang istri sembari sedikit mempoutkan bibirnya.
Semakin merasa kebingungan, (name) kembali berujar. "Atsumu-"
Cupp
"Kalau sampai dia melakukan hal yang tidak-tidak padamu, jangan harap dia bisa bernapas dengan tenang dalam hidupnya."
(name) membulatkan matanya seketika. Ada dua hal yang membuat ia terkejut. Pertama, Atsumu mencium bibirnya secara tiba-tiba. Dan yang kedua, ucapan suaminya yang seolah memperingati dirinya dengan sangat tegas.
Wanita itu menelan ludahnya dengan susah payah. Ia hanya sanggup mengangguk untuk membalas ucapan Atsumu.
Setelah mendapat anggukan setuju, Atsumu tersenyum lalu mengusap surai (name) hangat.
"Ittekimasu," ujarnya lalu membuka daun pintu untuk pergi ke gym tempat ia akan berlatih bersama timnya.
(name) menghela napasnya berat.
"Dasar dia itu... Membuatku ketakukan saja..."
***
Siang hari, (name) sedang berkutat di dapur dengan alat dan bahan masakan yang sudah ia siapkan sebelumnya.
Ting tong
Suara bel itu membuat (name) menghentikkan kegiatannya. Ia bergegas menuju pintu rumahnya lalu membukanya untuk melihat siapa yang menekan bel rumahnya.
"Konichiwa. Aku datang kesini atas permintaanmu," ujar orang itu tepat setelah (name) membukakan pintu.
"Osamu?! Ya ampun... Aku kira kau tidak akan datang secepat ini," balas (name) dengan riang.
Osamu tertawa kecil lalu membenarkan posisi topinya yang sama sekali tidak miring. "Lebih cepat lebih baik bukan? Lagipula aku sudah tidak sabar bertemu dengan saudari iparku," balasnya.
(name) balas tersenyum lalu mempersilahkan Osamu untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Kau mau minum apa?" tanya (name). Osamu langsung menyahut. "Nanti saja jamuannya. Sekarang kita lakukan apa yang ingin kau pelajari terlebih dahulu."
Wanita itu mengangguk mengiyakan. Mereka berdua lalu pergi ke dapur dan menggunakan apron yang sudah (name) siapkan sebelumnya. Osamu memakaikan sarung tangan plastik di kedua tangannya lalu melirik wanita yang ada di sebelahnya.
"Kau siap?" tanyanya.
(name) menyahut antusias. "Tentu!"
Ya. Mereka berdua berencana membuat onigiri bersama-sama. Semalam sebelumnya, (name) menelpon Osamu lalu memintanya untuk mengajari wanita itu cara membuat onigiri.
Bukannya (name) tidak bisa membuat onigiri. Hanya saja wanita itu ingin mengetahui sekaligus belajar bagaimana membuat onigiri yang memiliki citarasa yang lebih enak dari yang biasa ia buat.
Dengan perlahan Osamu mengajari (name) langkah demi langkah dan dengan tekun pula wanita itu mengikuti semua intruksi yang Osamu katakan padanya.
Setelah semua onigiri berhasil dibuat dengan sempurna, (name) dan Osamu duduk bersebrangan di kursi meja makan. Mereka juga mencicipi hasil onigiri mereka dan bahkan sesekali mengacungkan ibu jarinya tanda makanan yang mereka buat berhasil.
"(name)..." panggil Osamu.
Wanita itu berdehem sambil melirik sang empu. "Hm? Kau haus?" tanyanya.
Osamu menghelakan napasnya. "Tidak. Itu bisa aku ambil sendiri," balasnya.
"Lalu kenapa? Ada hal yang ingin kau katakan?" tanya (name) kembali.
Perlahan Osamu menatap kedua manik (name) dengan serius. Auranya bahkan terasa berbeda dari sebelumnya.
"O-Osamu? Se-semuanya b-baik-baik saja?" tanya (name) gugup.
"(name)..."
"Ya-"
"Kenapa kau mau menikah dengan si bodoh itu?! Kenapa kau memilihnya dibanding diriku?! Apa dia lebih tampan dariku?! Apa dia melakukan hal yang spesial padamu sampai-sampai kau mau dipersunting olehnya?! Kenapa kau lebih memilih pria bersurai kuning daripada pria bersurai abu-abu?! Kenapa (name)?! Kenapa?!" ucap Osamu panjang lebar tanpa henti.
(name) tertegun seketika. Bukannya panik, dia justru malah tertawa, membuat Osamu tidak terima akan hal itu.
"Hei?! Kenapa kau tertawa?! Tidak ada yang lucu di sini kau tau kan?!" ucapnya tidak terima.
Wanita itu menyeka sudut matanya lalu mengatur napasnya. "Ya ampun... Aku kira ada yang salah tadi," ujarnya.
Osamu mendengus sebal sambil memalingkan wajahnya. (name) menghentikkan tawanya lalu tersenyum menatap saudara iparnya itu.
"Kenapa aku menikahinya? Entahlah... Aku juga tidak tau kenapa aku mau menikah dengannya. Dia selalu bertingkah menyebalkan di hadapanku. Dulu dia bahkan tidak segan-segan mengejekku dengan alasan karena dia sangat suka melihat wajahku ketika aku kesal. Tapi... Entah kenapa aku mencintainya. Mencintai pria yang kunobatkan menjadi pria paling menyebalkan di dunia," terangnya.
Untuk sesaat Osamu mematung, terkejut dengan penjabaran dari wanita yang kini ada di hadapannya. Perlahan seulas senyum terlukis di bibirnya. Tatapannya menghangat begitupun dengan senyumannya.
"Aku bahagia saudara kembarku memiliki wanita hebat sepertimu di dalam hidupnya," ujarnya, membuat (name) balas tersenyum.
"Selama aku bersama Atsumu, aku tidak akan membuatnya kehilangan kebahagiaan di dalam hidupnya."
***
"Sayang!! Aku pulang!"
"Yo, Tsumu. Kau sudah pulang rupanya."
"Geh?! Samu?! Kenapa kau masih di sini?! Kenapa kau tidak kembali ke tempat asalmu?!"
"Aku sedang menghabiskan waktu bersama saudari iparku. Salah?"
"Tentu saja salah! Salah besar! Arrghhh!!! Sayang kenapa kau tidak usir dia darisini?!"
"Kenapa (name) harus mengusirku? Lagipula dia merasa nyaman dengan keberadaanku di sini."
"Pulang sana! Jauh-jauh dari istriku!"
"Tidak mau~"
"Hishhh! Pulang!"
"Tidak."
"Anak ini!! Awas kau, Samu!!!!"
"Tsumu!!!"
"Perang saudara yang kesekian, dimulai."
...tapi pertanyaan Osamu secara tidak langsung membuatku sadar dan teringat tentang perasaanku pada Atsumu selama ini.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband {Miya Atsumu}
FanfictionPerjalanan (name) menjadi Nyonya Miya dimulai dari sekarang. 🌹Miya Atsumu x reader Haikyuu from Haruichi Furudate