Satu hal yang selalu aku tau...
Sinar sang surya mulai memasuki celah-celah jendela kamar pasutri baru itu. Angin sepoi-sepoi berhembus pelan, meniupkan udara sejuk dipagi hari.
"Sayang!!! Ayo bangun!!!"
Suara teriakan itu siapa lagi kalau bukan Atsumu. Ia membangunkan (name) sambil menarik selimut yang sebelumnya menutupi tubuh sang istri.
"Ughh... Atsumu kau jangan berteriak seperti itu... Kau bisa membangunkan para tetangga nanti," ujar (name) dengan mata tertutup.
Atsumu semakin menggoda (name) dengan menoel-noel pipinya. "Ayo bangun sayang. Kau bilang kau mau menemaniku lari pagi, iya kan? Kalau begitu sekarang saatnya," balasnya.
(name) menarik kembali selimutnya lalu menutupi seluruh tubuhnya hingga kepala.
"Aku masih mengantuk, Atsumu. Lagipula kapan aku berkata seperti itu?" tanyanya. Keukeuh ingin tetap tidur.
Atsumu mendengus sebal lalu menarik kembali selimut yang dipakai (name).
"Kemarin! Masa kau lupa? Ayo sayang... Kau ingin hidup sehat kan? Kau cinta suamimu ini bukan? Ayo lari pagi bersama," ujarnya sambil menarik lengan sang istri.
(name) menenggelamkan wajahnya pada bantal dengan malas.
Duh... Mager...
"Ayo sayang!!!" ucap Atsumu kembali.
Mau tak mau (name) harus mengurungkan niatnya untuk tidur kembali. Disaat matanya belum terbuka sepenuhnya, telinganya sudah mendengar banyak ocehan yang diucapkan suaminya yang tidak berhenti menceramahinya itu.
"Baiklah-baiklah. Tunggu di bawah. Aku akan bersiap-siap," ujar (name), membuat Atsumu senang tak terhingga.
"Okee sayang!!"
***
Beberapa saat berselang, (name) sudah siap dengan pakaian lari paginya. Atsumu nampak girang melihat penampilan sang istri bahkan ia tak berhenti untuk tersenyum.
"Ayo!" sahutnya. (name) tersenyum kecil lalu mengangguk mengiyakan.
Mereka berdua memulai hari dengan lari pagi mengelilingi daerah di sekitar rumah mereka. Sesekali mereka beristirahat untuk sekedar meminum minuman yang sudah mereka bawa dari rumah.
(name) sering tertinggal oleh Atsumu. Mengingat kecepatan larinya yang sangat cepat dan langkahnya yang sangat lebar membuat jarak antara dirinya dan sang istri sangat jauh.
Namun Atsumu dengan setia dan sabar menunggu sang istri bila sang empu berada jauh di belakangnya. Ia bahkan selalu memberi (name) semangat disetiap langkahnya.
Kini, Atsumu dan (name) sedang duduk berteduh dibawah pohon rindang sambil meminum minuman mereka.
Atsumu menyibakkan rambutnya ke belakang menggunakan jemarinya. Nampak keringat menetes dari setiap ujung surai kuning keemasannya. Hal itu membuat (name) terpana beberapa saat.
Wajahnya... Memiliki aura yang berbeda dari biasanya.
"Sayang? Kau baik-baik saja?"
Ucapan Atsumu dan lambaian tangannya membuyarkan lamunan (name) seketika.
"Y-ya! A-aku baik-baik saja!" balasnya sambil meminum minumannya dengan terburu-buru untuk menyembunyikan degup jantungnya yang tengah berdebar hebat.
Oh jantung... Tenanglah sedikit.
Atsumu hanya memiringkan kepalanya dengan wajah polosnya. Setelah ia selesai dengan minumannya, ia mendekati (name) lalu berjongkok membalikkan tubuhnya membelakangi sang empu.
(name) yang melihat itu terheran-heran. "Kenapa?" tanyanya.
"Naiklah. Aku akan menggendongmu," balasnya.
Wanita itu membulatkan matanya. Sadar akan hal itu, Atsumu terkekeh. "Sudahlah, ayo naik. Kau pasti lelah."
Dengan ragu (name) melingkarkan kedua tangannya di leher Atsumu. Tak lama setelah itu, Atsumu lantas menggendong sang empu lalu berdiri dari posisinya.
"A-apa ini tidak apa? " tanya (name) dengan ragu.
Atsumu terkekeh sambil melirik sang istri yang berada di salah satu bahunya. "Tentu saja. Aku tidak mau membuatmu semakin kelelahan jadi aku memutuskan untuk menggendongmu sampai rumah," balasnya.
"T-tapi kau juga baru selesai berolahraga," sambung (name). Atsumu kembali tersenyum.
"Prioritasku adalah dirimu."
(name) tersenyum dalam diam. Ia semakin mempererat pelukannya pada Atsumu sambil menikmati angin sejuk yang menerpanya.
"Arigatou."
Atsumu tersenyum lalu mulai berjalan melangkahkan kakinya.
"Apapun untukmu."
***
"Bagaimana pemandangan dari atas sana?"
"Biasa saja. Tidak ada yang spesial."
"Tentu saja tidak ada karena yang spesial hanya bisa dilihat ketika kau berdiri di sampingku."
"Maksudmu?"
"Diriku."
"Eiiyyyy!"
"Hei! Kenapa responmu seperti itu?! Aku tidak spesial maksudmu?!"
"Spesial pakai komplit."
"Kau seperti tidak serius mengatakannya."
...adalah Atsumu selalu mendahulukan diriku di atas segalanya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband {Miya Atsumu}
FanficPerjalanan (name) menjadi Nyonya Miya dimulai dari sekarang. 🌹Miya Atsumu x reader Haikyuu from Haruichi Furudate