Setelah aku berkata seperti itu...
"Wahh... Cantik sekali..." ucap (name) sambil menggendong seorang bayi perempuan di pangkuannya.
Tetangganya itu tersenyum lembut. "Dia cantik sepertiku bukan?" ujarnya diakhiri kekehan kecil, membuat (name) juga ikut terkekeh mendengar ucapannya.
Sore ini, (name) sedang berkunjung ke tetangga sebelahnya yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sebagai tetangga yang baik, wanita itu menjenguk ibu dan bayinya sambil membawa buah tangan yang ia bawa sendiri.
(name) menidurkan bayi perempuan itu di ranjang kasur bayi dengan hati-hati.
"Tidur yang nyenyak, sayang..." ucapnya sambil menepuk-nepuk pelan bayi itu.
Tetangganya yang melihat perlakuan (name) pada bayinya itu tersenyum. "Sepertinya kau sudah siap menjadi ibu," celetuknya, membuat (name) sedikit terkejut.
"Benarkah? Aku tidak menyadari hal itu," ujarnya dengan canggung.
Tentangganya itu mengangguk. "Bahkan jika Tuan Miya melihat perlakuanmu pada anakku seperti tadi, dia juga pasti beranggapan hal yang sama sepertiku," balasnya.
(name) tersenyum canggung. Tanpa ia sadari, tetangganya itu berjalan ke arahnya lalu menepuk bahunya.
"Ku harap kalian segera dikaruniai seorang anak."
(name) balas tersenyum lalu berterima kasih.
Ku harap hal itu menjadi kenyataan secepatnya.
***
Malam telah tiba. Atsumu yang baru saja selesai mandi dan melihat istrinya yang tengah melamun di depan jendela berjalan ke arah sang empu sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Atsumu tiba-tiba, membuat (name) sedikit tersentak.
"A-ah... Tidak ada. Tidak ada yang aku pikirkan," ujarnya sambil tersenyum.
Atsumu menatap kedua manik (name). Dengan jeli ia bisa melihat istrinya ini tengah berbohong kepadanya.
Pria itu kembali bertanya. "Kau yakin tidak ada yang menganggu pikiranmu? Kau melamun terus daritadi," ucapnya.
Terdengar helaan napas dari (name). Ia lalu tertunduk.
"Atsumu... Apa aku... Terlihat sudah siap menjadi seorang ibu?"
Atsumu membulatkan matanya seketika. Ia terkejut dengan pertanyaan mendadak sang istri. Jika Atsumu mengingat-ngingat, belum pernah (name) membicarakan atau bertanya tentang hal seperti itu padanya.
Butuh beberapa detik untuk Atsumu mengerti perkataan sang istri.
"Apa telah terjadi sesuatu saat kau berkunjung ke tetanggamu tadi sore?" tanyanya.
Dengan perlahan (name) menceritakan semua yang ia alami saat ia menjenguk tentangganya. Setelah ia menceritakan semuanya, Atsumu menutup matanya sesaat lalu memeluk sang istri dari belakang.
"Atsumu-"
"Ya. Kau sudah siap menjadi seorang ibu," sela Atsumu sambil menaruh dagunya di salah satu bahu sang empu.
Ucapan Atsumu membuat (name) diam seketika.
"Dan aku juga berharap kau segera memberiku hadiah terbesar itu secepatnya," sambungnya sambil memeluk perut (name) erat. Perlahan Atsumu mengecup leher sang istri, membuat sang empu merasa geli.
"Kau mau kan memberikan hadiah terbesar itu padaku?" tanya Atsumu sambil menenggelamkan wajahnya di bahu (name).
(name) mengusap lengan Atsumu yang melingkar di perutnya dan mengangguk.
"Aku akan berusaha."
***
"Sayang~"
"Ya?"
"Aku mau itu~"
"Itu apa?"
"Kau pura-pura tidak mengerti atau bagaimana?!"
"Aku benar-benar tidak mengerti... Memangnya apa yang kau mau?"
"Hahh... Baiklah, sepertinya aku harus langsung bertindak."
"Bertindak? Eh-Atsumu turunkan aku!!!"
"Kau bilang kau mau berusaha bukan? Aku akan membantu usahamu malam ini juga."
"E-eh tunggu dulu!! Tidak begitu konsepnya!!!"
"Shhhh... Diam atau aku cium?"
"A-Atsumu tolong turunkan aku!!"
"Ohoo... Istriku tidak mau diam rupanya. Baiklah, akan aku mulai."
"Atsum-hmmpppp!!!"
...Atsumu berubah menjadi pria paling serius. Iya. 'Serius'.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/224083437-288-k311823.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband {Miya Atsumu}
Fiksi PenggemarPerjalanan (name) menjadi Nyonya Miya dimulai dari sekarang. 🌹Miya Atsumu x reader Haikyuu from Haruichi Furudate