02. clarity

2.5K 411 37
                                    

Mashiho terbangun dari tidurnya begitu merasakan cahaya serta udara panas menerpa wajahnya. Sinar matahari begitu terik menerangi kamarnya. Ketika melirik ke kanan dan kirinya, ia baru saja menyadari bahwa ini bukanlah kamarnya.

Melainkan, kamar Kim Junkyu.

Kepalanya masih terasa sangat sakit. Mungkin karena efek minuman beralkohol yang ia minum dalam jumlah banyak kemarin malam. Mashiho berharap tidak ada hal aneh yang ia lakukan selama ia tak sadar.

Perlahan kakinya menapak diatas lantai dengan karpet bulu bewarna abu - abu itu. Memandang setiap sudut kamar Junkyu yang masih tetap sama, tak berubah sedikitpun. Bahkan foto - foto nya bersama Junkyu masih terpajang rapih di atas meja maupun rak bukunya.

Mashiho mengulum bibirnya, melanjutkan kembali langkahnya. Keluar dari kamar, melangkah menuju kemana arah suara dentingan piano melantun. Lantunan yang sangat indah di pagi hari.

Menuruni satu persatu anak tangga, Mashiho memandang kearah ruang tengah. Dimana ia melihat dengan jelas sosok Junkyu sedang terduduk membelakanginya. Jari - jari panjangnya bergerak menekan satu persatu tuts piano yang menciptakan nada yang mengalun indah di telinganya.

Ia memilih memandang dari kejauhan, menikmati lantunan itu. Memandang bahu sempurna Junkyu dari belakang. Tak berniat untuk menghampirinya, sebab dirinya masih cukup canggung setelah hari dimana ia memutuskan hubungannya dengan Junkyu secara sepihak.

"What are you doing in there, Sweetheart? kemari lah. Duduk di samping ku."

Teguran Junkyu berhasil membuyarkan lamunannya. Lelaki Kim itu menolehkan kepalanya, tanpa berbalik sedikitpun. Mengisyaratkan Mashiho untuk duduk di sampingnya. Tanpa ragu, Mashiho menghampirinya. Duduk di sampingnya seperti apa yang ia perintahkan.

"Bagaimana? masih pusing?"

Mashiho menoleh, memandang side profile Junkyu yang begitu sempurna. Membuat jantungnya berpacu dua kali lipat lebih cepat dari sebelumnya.

"Kak.. apa kakak yang mengganti pakaian ku semalam?"

Mashiho justru membalikan pertanyaan pada Junkyu. Membuat lelaki Kim itu menghentikan kegiatannya menekan tuts piano. Ia mengalihkan atensi sepenuhnya pada sang kekasih, tersenyum miring mendengar pertanyaan itu.

"Ya. Kenapa memangnya? tenang, Sweetheart. Aku tidak akan melakukan hal yang macam-macam padamu tanpa mendapat izin darimu. Aku tidak seburuk itu,"

"Tidak. Aku sama sekali tidak mengira kakak akan melakukan itu. A─aku, hanya merasa.. malu."

Junkyu tertawa kecil, mengusak surai hitam pekat Mashiho dengan gemasnya. "You're so adorable, Mashi. Apa kamu lapar? tunggu disini, aku akan memasakkan sarapan untukmu."

Junkyu langsung bangkit dari duduknya, melangkah kearah dapur. Saat itu juga Mashiho melunturkan senyumnya, merasakan perbedaan dari sikap Junkyu yang begitu aneh.

Terkadang ia bersikap manis, namun di saat yang berbeda ia akan bersikap lebih tempramental.

Sikap mu aneh, kak Junkyu.

Namun entah kenapa, sikap manisnya justru berhasil meluluhkan hati Mashiho. Walaupun tak bertahan lama, Mashiho menyukai keduanya. Sikap Junkyu yang posesif dan pencemburu membuatnya semakin yakin bahwa,

Junkyu telah mencintainya perlahan - lahan.

[ Heroine. ]

"Kemana saja kamu kemarin?"

Baru saja Mashiho masuk ke dalam rumahnya, tiba - tiba sang Ayah yang sibuk dengan laptopnya terduduk di sofa menegurnya setelah melihat kedatangannya. Suara beratnya berhasil menginstruksi Mashiho untuk memberhentikan langkahnya.

"Kamu tidak punya mulut untuk menjawab pertanyaan Ayah, hm?"

"A─aku menginap dirumah temanku kemarin, maaf karena tidak memberitahu mu lebih dulu, Ayah." Mashiho meremas ujung hoodie yang ia kenakan. Berharap sang Ayah percaya dengan kebohongannya. Karena, tidak mungkin mengatakan pada Ayahnya dengan apa yang sudah terjadi kemarin hari.

Tuan Takata melepas kacamatanya, menyuruh putra satu - satunya itu untuk duduk di dekatnya. Mashiho menghampirinya, duduk disampingnya yang langsung di sambut dengan usapan lembut di surai nya.

"Sweetie, kamu tahu kan kalau Ayah sangat tidak menyukai kebohongan yang keluar dari bibirmu?"

Mashiho gugup begitu mendengar pertanyaan Ayahnya. Benar apa dugaannya, selama ini ia masih dalam pantauan. Apapun yang ia lakukan diluar sana, pasti Ayahnya tahu.

"Ayah, aku minta maaf." Mashiho menunduk. Tak berani menatap balik wajah Ayahnya.

"Kamu pergi ke tempat hiburan malam untuk mabuk. That's so embarrassing. Kamu seharusnya tak melakukan itu. Kamu merusak harga dirimu sendiri, Sweetie."

Mashiho mengigit bibirnya. Sungguh tak ingin membalas perkataan Ayahnya. Ia tahu kalau ia salah karena memilih menangkan dirinya dengan cara yang salah. Ia hanya merasa kacau hingga tak memikirkan apa kerugiannya.

"Lalu, kamu masih berhubungan dengan Kim Junkyu tanpa sepengetahuan ku. Open your eyes, Sweetie. Dia seorang laki-laki. Di luar banyak gadis-gadis cantik dan manis yang bisa kamu pacari. Kenapa harus Kim Junkyu?"

Cukup. Mashiho sudah tidak tahan.

"Ayah, kumohon. You don't understand. Aku mencintainya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku sudah terlanjur mencintainya, Ayah. Aku sungguh tidak peduli dengan apapun yang menghalang hubungan kami."

Tuan Takata menghela nafasnya. "Kamu salah mencintainya, putraku. Kamu telah sangat salah memilihnya."

[ Tbc ]

mulai slow update,
sedih udah engga bisa kayak dulu lagi yang rajin update tiap harinya.

Heroine +Junshiho ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang