04. isanity

2.1K 336 38
                                    

"Park Jihoon, kau disini?"

Junkyu mengerutkan keningnya begitu mendapati teman dekatnya yang bernama Jihoon sedang terduduk seorang diri pada salah satu kursi di sudut ruangan night club miliknya.

Ia terlihat semakin kurus dari hari ke hari. Pipinya mulai menirus, kantung mata nya juga mulai semakin menghitam karena pengaruh kurangnya tidur. Singkatnya, Jihoon benar–benar hancur.

"Lihatlah dirimu. Keadaanmu kacau sekali. Apa kau bosan hidup?"

"Diam lah, sialan. Kau tidak tahu apa–apa." Jihoon menegak segelas alkohol terakhir di tangannya. Memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Tak mempedulikan kedatangan Junkyu serta ocehannya yang bisa saja merusak gendang telinga nya itu.

Junkyu menaikan satu alisnya, mengigit bibir dalamnya. "Aku tahu. Choi Hyunsuk adalah alasan mu, bukan?

Jihoon langsung menolehkan kepalanya, menatap Junkyu dengan pandangan memburam. Matanya menyipit, mencoba menetralisir pandangannya.

"Dia sudah mati. Berhenti menghancurkan dirimu sendiri, Park Jihoon. Tidak ada guna nya."

Junkyu berucap dengan santainya. Tak mempedulikan Jihoon yang kini sudah menggeram menahan amarah mendengar ucapannya yang terkesan meremehkan. Bukan hanya meremehkan dirinya. tetapi juga meremehkan Hyunsuk.

"Bajingan!"

Jihoon langsung berdiri dari duduknya dengan kasar, hingga kursi yang ia duduki terjatuh. Kedua tangannya meremas kerah kemeja yang dikenakan Junkyu dengan menggeram marah.

"Hyunsuk masih hidup, sialan! sekali lagi kau mengatakan dia telah tiada, tak segan–segan aku memukul wajah menyebalkan mu ini!" Jihoon mendorong tubuh Junkyu menjauh darinya. Memandangnya penuh amarah.

Junkyu membenarkan kerah kemejanya, terkekeh kecil ketika mendapat perlawanan dari Jihoon.

"Aku hanya mengatakan sebuah fakta, Jihoon. Dia memang telah tiada, kau tidak bisa mengelak nya."

"Aish, kau!" Jihoon hendak melayangkan sebuah pukulan pada wajahnya, namun dengan sigap Junkyu menahannya. Kemudian menepuk bahunya untuk menenangkan.

"Daripada kau hancur hanya karena Hyunsuk, bagaimana kalau malam ini kita bersenang-senang?" Junkyu menaik–turunkan alisnya, terkesan menggoda Jihoon yang kini menatapnya tajam.

"Menjijikan sekali, jangan bermimpi kau, brengsek!"

"Kenapa? bukannya akan sangat menyenangkan kalau kedua pihak penyerang saling mendominasi? you look pretty hot too."

Jihoon hampir saja muntah mendengar pertanyaan dari Junkyu. Bagaimana bisa salah satu dari mereka akan bersedia menjadi pihak penerima? astaga. Jihoon sungguh tidak bisa. He’s dominant. Dia tidak akan pernah menjadi pihak penerima sampai kapanpun.

"Don’t be crazy, Junkyu! enyahlah dari hadapan ku."

"Oh ayolah, Park Jihoon. Kalau kau mau, aku bisa saja menjadi pihak penyerang untukmu malam ini."

[ Heroine. ]

Seraya menunggu Junkyu yang sedang berada di perpustakaan kampus, Mashiho mendudukkan dirinya di pinggir lapangan basket. Sesekali ia mencuri pandang kearah Jaehyuk yang sedang bermain basket bersama salah satu temannya.

Mashiho tidak begitu terlalu mengenalnya, namun ia tahu bahwa lelaki itu adalah Heeseung.

"Jae, your crush."

Heeseung sedikit berbisik. Memberi kode pada Jaehyuk bahwa ada Mashiho yang kini sedang terduduk menatap kearahnya.

"Hah?" Jaehyuk langsung menoleh, menghentikan kegiatannya mendribble bola basket. Memandang Mashiho yang juga sedang memandang kearahnya.

"Hai, Mashi! wanna play basketball with us?"

Heeseung yang memang pada dasarnya tahu bahwa Jaehyuk menyukai Mashiho, lantas langsung memanggilnya. Dan menawarkannya untuk bermain basket bersama mereka.

Mashiho dengan antusiasnya mengangguk. Meninggalkan tas punggungnya, berlari kecil ke tengah lapangan menghampiri Jaehyuk dan Heeseung. Jaehyuk pun meneguk salivanya, entah kenapa ia merasa gugup tak seperti biasanya.

"Let's play." Mashiho menginstruksi, merebut bola basket dari tangan Jaehyuk yang sedari tadi hanya melamun memandangnya.

Mereka akhirnya bermain basket bersama seperti bagaimana cara bermain basket pada umumnya. Jaehyuk berkali – kali kalah dalam permainan sebab tidak fokus. Sedangkan Heeseung hanya menjadi pihak pemantau. Membiarkan Mashiho dan Jaehyuk bermain bersama.

Namun, tanpa sengaja pandangan Heeseung terarah pada sosok lelaki yang sedang berdiri di sudut lapangan, memandang tajam kearah Jaehyuk dan Mashiho yang sedang asik bermain basket.

Heeseung tak dapat melakukan apapun, ia hanya dapat bungkam. Memilih tak menghiraukan Junkyu yang terlihat menahan amarahnya.

Tamat lah sudah.

[ Tbc ]

di real life, heeseung juga kawan jaehyuk loh.

Heroine +Junshiho ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang