Suasana ramai sudah menjadi hal biasa yang didengar (y/n) selama tiga tahun belakangan ini. Gojou adalah orang yang cukup terkenal ketika membuka penutup matanya. Yah, (y/n) akui mata biru langit Gojou memang sangat indah.
Tangan (y/n) bergerak mengupas kulit apel. Gojou tergeletak diatas kasur karena demam. Salah sendiri tidak mandi kemarin setelah bermain salju. Sudah tua bukannya tahu diri malah makin kekanak-kanakan.
(Y/n) menyuapkan Gojou sepotong apel. Matanya datar menatap Gojou yang sibuk mengelap ingusnya ketisu. "Kau menjijikkan sekali om."
Gojou merengek pelan, "(y/n)-chan~ aku ini sedang sakit, hentikan gaya bicara tak berhati milikmu itu."
(Y/n) menghela nafas, "iya iya."
Pelukan erat dipinggang, membuat gadis itu mengernyit. Gojou Satoru hanya menjadikan alasan sakit untuk bisa menyentuhnya.
"Menggelikan."
"Ehehehe."
(Y/n) mengambil obat dan air minum yang ada diatas nakas. "Minum obat dulu."
Gojou mengangguk pasrah dan menelan susah payah obat yang disodorkan (y/n). Tangannya masih setia melingkar dipinggang gadis itu.
"Om." panggil (y/n).
"Ya?"
"Jangan peluk-peluk!"
.
.
.
(Y/n) selalu ingat akan batasannya bisa mendekati Gojou. Dia dan Gojou terpaut sepuluh tahun. Tapi sayang, Gojou selalu mencoba menghancurkan jarak yang sengaja (y/n) buat.
Ruang tengah terdengar berisik, ada Nobara, Megumi dan Yuuji yang datang bertamu. Ketiganya adalah murid Gojou yang saat ini sedang sakit.
Tangan (y/n) membawa nampan berisi minuman dan cemilan ketempat keempatnya duduk.
"Silahkan dinikmati." ucapnya tersenyum tipis.
Nobara mengembangkan senyumannya, "nee-san pacarnya Gojou-sensei?"
"Bukan."
Kespontanan (y/n) dalam menjawab pertanyaan Nobara membuat Yuuji langsung tertawa terbahak-bahak.
"Gojou-sensei belum nembak aja udah ditolak!" ucap Yuuji tertawa.
Megumi mengulas senyum tipis, "modus pertama gagal berakhir ditolak. Mari kita berdoa untuk hati yang retak."
Nobara, Megumi dan Yuuji langsung menangkup tangan dan menghadap ke Gojou yang mencebik kesal.
"Semoga hati Gojou-sensei diterima disisinya." ucap Yuuji.
"Murid-murid kampret."
.
.
.
Tubuh berbalut jaket tebal duduk menyender disebuah bangku taman. Salju sudah turun sejak satu jam yang lalu. Tubuhnya perlahan menggigil terkena udara dingin. (Y/n) menatap jalanan kosong mengingat pembicaraan tadi siang.
Surat penerimaan siswa baru sudah keluar dan (y/n) dinyatakan diterima di Universitas Kyoto Seika. Selangkah menuju cita-cita nya menjadi seorang mangaka.
Obsesinya pada dunia permanga an membuatnya menempuh jalur sulit. Terlebih orang tua yang tidak menyukai kelebihan anaknya sendiri dibidang seni hingga membuat (y/n) terpaksa menumpang tinggal dirumah Gojou.
Tangannya memegang bingkisan berisi makanan manis yang dia ketahui. Makanan-makanan itu tadinya akan dia berikan pada Gojou sebagai hadiah perpisahan sebelum memberi tahu Gojou mengenai keberangkatan (y/n) ke Kyoto.
Tapi entah kenapa kakinya tak mau bergerak pulang seolah terpaku ketanah. Otaknya terus berpikir realistis untuk memenuhi cita-cita, sedangkan hatinya berteriak tak senang karena meninggalkan Gojou yang sudah mau menampungnya selama tiga tahun belakang.
Gojou baik padanya, ya walaupun terkadang sifat brengsek alami pria muncul pada diri Gojou. (Y/n) tak peduli Gojou sering memeluk atau mencuri sekali atau dua kali ciuman darinya, karena menurut (y/n), Gojou adalah bocah yang terjebak didalam tubuh orang dewasa.
Hela nafas keluar dari bibir pucat (y/n). Masih ada sisa satu bulan sebelum berangkat ke Kyoto.
"Satu bulan yah?" lirih (y/n). Matanya menatap kelangit kelam. "Kurasa tak masalah membiarkan Gojou bermanja-manja."
Kekeh kecil keluar dari mulut (y/n). Kakinya melangkah pelan menuju kediaman Gojou. Tangannya memeluk erat bingkisan makanan manis didada.
Berjalan selama lebih dari lima belas menit dari pusat kota. (Y/n) disambut dengan Gojou yang berdiri menyender dipagar kediamannya.
Manik (e/c) dan ocean bertemu, (y/n) menyunggingkan senyum tipis, "kenapa kau diluar? Kau kan masih demam."
Gojou menggeleng pelan. Tangannya menaut jemari dingin (y/n) dan membawanya kedepan mulut. "Aku menunggumu."
"Kau bisa menungguku didalam rumah."
"Aku menunggu kau bawa sesuatu, perutku lapar." ucap Gojou. (Y/n) mengembangkan senyumannya dan memperlihatkan bingkisan yang dia bawa.
"Aku beli beberapa makanan manis," kata (y/n). "Ayo kita makan didalam."
Gojou tersenyum dan menarik pelan tangan (y/n). Memasukkan tangannya yang menggenggam tangan (y/n) kedalam saku jaket. Sedang tangannya yang lain mengambil bingkisan.
"Tumben? Ada acara apa?"
"Itu untuk..." (y/n) memotong ucapannya saat menatap mata Gojou. Bibirnya tak sanggup berkata itu hadiah sebelum berangkat ke Kyoto. Kepalanya menggeleng pelan, masih ada waktu. Dia bisa memberikan hadiah lain sewaktu akan berangkat nanti. "Aku gabut, jadi kubeli saja tadi."
Gojou terkekeh, "gabutmu beli makanan, pantas saja pipimu jadi sebesar itu. Tembem."
"Asal bukan kelemak, aku tak masalah pipiku se tembem apa."
Gojou tersenyum lebar lalu menunduk dan mencubit pelan pipi (y/n). "Iyain deh."
.
.
.
.
.
.
T
B
C
.
.
.
.
.
.
San: adem-adem dulu ya 😗
.
.
.
.
.
.
See you next chapter 😗
24 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ ꒦ ͝ Proposal (G.Satoru x Reader)
ФанфикшнMate Project by San_21_Arts . . . "Huh? Nikah? Tapi aku baru lulus SMA om." "Ngapapa kan udah legal." Iya... Yaudah, tapi sama siapa?" "Sama om dong~" "Kalau itu sih enggak mau, kita beda sepuluh tahun om." . . . Start: 20 Januari 2021 End : 14 Mei...
